Adit seorang mahasiswa yatim-piatu yang diremehkan oleh para mahasiswa kaya di kampusnya mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Tak lama dari itu, Hito Aswatama yang merupakan sepupu dari ketua geng mahasiswa kaya mendapatkan kecelakaan dan membuat jiwanya pindah ke tubuh Adit. Hito pun menggunakan identitas Adit untuk mengungkapkan siapa yang menjadi dalang dari pembunuhan dirinya. Dan masalah lain pun muncul ketika kakeknya ingin mengangkat pewaris yang baru menggantikan dirinya yang telah mati. Alhasil, Hito alias Adit harus berseteru dengan sepupu serta pamannya untuk mempertahankan kursi pewaris utama keluarga Aswatama. Sayangnya, perebutan itu justru mengulik masa lalu Hito, di mana ternyata kematian orang tuanya ada hubungannya dengan para keluarga besar. Misteri apa yang disembunyikan oleh para paman dan sepupunya? Mampukah Hito alias Adit mempertahankan posisinya sebagai pewaris utama? Baca terus kisahnya di BANGKITNYA AHLI WARIS TERSEMBUNYI.
"Orang miskin tidak perlu kuliah! Cukup kerja jadi kuli harusnya sudah bersyukur!"
Hahahaha!!!
Umpatan kasar dari segerombolan mahasiswa yang terkenal sebagai geng anak kaya tampak menertawai Adit; lelaki berumur 21 tahun yang mengenakan kemeja polos, hoodie berwarna biru muda dan celana denim lusuh.
Puluhan pasang mata tampak menatapnya dengan hina. Ia disudutkan di depan kedai bakso yang ada di kantin salah satu fakultas dengan wajah penuh bekas pukulan. Tidak sedikit juga yang mengabadikan gambarnya melalui kamera yang mereka bawa sambil menertawai betapa konyolnya Adit menjadi badut anak-anak kaya.
"Jangan berlagak sok pintar di kelas. Sudah kubilang untuk mengerjakan tugasku, tapi kau menolak. Dasar bedebah konyol! Kau pikir punya kesempatan untuk menolakku?" Sena tampak mencengkeram erat dagu Adit dengan satu tangannya. Matanya membulat tajam ke arah lelaki itu.
"Bos, hajar lagi saja. Biar dia tahu siapa yang berkuasa di sini! Ini bukan kampus pemerintah. Ini kampus milik anggota keluarga Aswatama. Siapapun yang kuliah di sini harus tunduk sama Sena Aswatama! Ngerti?!" Daniel, selaku teman dari Sena berteriak ke seluruh mahasiswa yang hadir di sekitar situ.
Sena pun menyeret leher Adit dan menyuruhnya berdiri. Ia kembali memukul perut lelaki itu berulang kali hingga Adit jatuh terduduk. Kali ini darah segar keluar dari mulutnya. Ia juga merasakan perutnya begitu nyeri.
"Wah-wah-wah! Ini dia si kutu buku yang katanya mau dapat IPK cumlaude. Mau pamer di tahun terakhir atau bertingkah bodoh? Bila sebelumnya kau membantu Sena mengerjakan tugas besarnya, kau tidak akan menderita seperti ini!" ucap Anna; kekasih dari Adit.
"Ke ... kenapa kau bersamanya?" Adit tampak bingung. Anna bahkan membelai rambut Sena dan duduk di pangkuan lelaki bedebah itu.
"Oh, lihat! Ada yang mengeluh di sini. Kau yakin bertanya kenapa aku bersamanya? Jawabannya jelas, bukan? Karena dia adalah Sena Aswatama, salah satu anggota keluarga terkaya dan terpandang di negeri ini. Sedangkan kau? Kau itu cuma tikus di sampahan!" sindir Anna.
"Ta–tapi kita sudah bersama selama satu tahun. Apa itu tidak ada artinya untukmu?" tanya Adit dengan mata berbinar.
"Satu tahun ke belakang aku hanya memanfaatkanmu. Aku dekat denganmu hanya untuk mendapatkan bantuanmu mengerjakan tugas-tugasku. Dan aku tertolong. Terima kasih. Tapi sekarang, lebih baik kita putus saja. Lagipula, aku sudah bersama dengan Sena," jelas Anna sambil mengecup pipi lelaki yang sedang memangkunya.
Di saat itu, amarah Adit tidak lagi bisa terbendung. Kedua tangannya tampak mengepal erat. Dan urat-urat di lehernya terlihat begitu jelas. Dalam kepalanya, ia mengutuk Sena dan anak buahnya dengan 1001 keburukan di dunia ini.
"Kurang ajar!"
Dan ia pun meledak. Adit maju menghampiri Sena dan mengayunkan satu tinjunya ke arah wajah si ketua geng. Tapi Daniel menghentikan mahasiswa menyedihkan itu dengan menendang perutnya hingga membuat Adit terhempas ke belakang dan membentur kuali bakso besar. Semua yang ada di atas meja kedai bakso itu berjatuhan ke lantai dan mengguyur tubuh Adit. Untungnya si pedagang bakso baru saja ingin buka. Bila tidak, kuah panas bakso pasti sudah melepuhkan kulit lelaki itu.
"Lihat! Betapa konyolnya sampah ini! Hei, Bung! Sebaiknya kau pergi sekarang sebelum aku benar-benar memiliki niat untuk membunuhmu!" Sena tertawa kembali bersama teman-temannya. Tak lupa, para penonton lainnya juga ikut menertawai mahasiswa miskin itu.
"Sial! Kenapa jadi begini!" ujar Adit dalam hati.
Sekujur tubuhnya tampak sakit. Ia sudah tak sanggup lagi untuk menerima penghinaan ini. Dengan wajah menunduk ke bawah, ia pun berdiri dan meninggalkan kantin fakultas dengan tubuh basah kuyup. Ia bahkan tidak peduli lagi dengan ranselnya yang telah diacak-acak oleh anak geng itu.
Dengan langkah tertatih-tatih, ia menyusuri lorong fakultas dengan air mata yang tertumpah di pipi. Sungguh ia menyesal telah berkuliah di kampus itu. Namun ia lebih menyesal karena telah dibohongi oleh perempuan yang menurutnya spesial.
"Apa kau puas sudah mengacak-acak harga diri seekor tikus?" Tiba-tiba ada yang bicara dengan Sena dari arah mahasiswa yang berkumpul.
"Oh, hai, sepupu. Kau baru mau masuk kelas? Kau pasti ketinggalan momen menyenangkannya. Salah satu temanku bisa mengirimkan video full-nya padamu." Sena menyapa sepupunya yang sedari tadi menyaksikan dengan wajah gusar setiap detik apa yang dilakukan olehnya.
"Jangan memegangku dengan tangan kotormu! Kau lebih hina dari kotoran itu sendiri!" Ucapan Hito Aswatama tampak menusuk.
"Kau bilang apa?! Kau menyebutku seperti kotoran?!" Sena mulai gusar. Ia menarik kedua kerah kemeja Hito hingga lelaki berusia 21 tahun terangkat sedikit ke atas.
Sayangnya, Hito tidak tinggal diam. Ia menendang perut Sena hingga lelaki itu melepaskan genggamannya. Hito juga mencekik leher Sena dan membantingnya ke arah kiri hingga lelaki itu terhempas di lantai. Sayangnya, Daniel, Anna dan beberapa anggota geng Sena tidak berkutik. Hito dikenal sebagai pewaris utama dari keluarga Aswatama. Ia disebut sebagai pangeran berdarah dingin di kampus. Tidak ada yang berani macam-macam padanya. Itu karena ia memiliki bodyguard setia yang selalu hadir di jarak aman untuk melindunginya.
Dan kali ini, bodyguard milik Hito berada begitu dekat dengannya. Ia sama sekali tidak gentar dengan sepupunya beserta geng bodoh yang dibentuk Sena.
"Hi–Hito! Kita bisa bicarakan ini baik-baik!" Sena mengulurkan tangannya ke depan seraya memohon agar sepupunya menghentikan hal itu.
"Kau memukuli seorang mahasiswa sampai harga dirinya hancur. Dan sekarang aku akan mengajarkanmu bagaimana keluarga kita memberikan pelajaran bagi anggota keluarga yang telah mempermalukan keluarga besarnya!" Hito meminta kepada bodyguard-nya untuk memberikan pistol yang terselip di pinggang sang bodyguard.
Hito mengokang pistol tersebut dan mengarahkan ujungnya ke wajah Sena. Sontak saja lelaki itu ketakutan hingga memohon kepada Hito. Seluruh anggota gengnya pun ikut bersujud di belakang Sena seraya memohon.
"Ampun, Hito! Ampun!" Sena menutup kedua matanya seraya memohon.
Ia tahu benar tentang Hito. Ia jauh lebih labil dibandingkan dirinya. Sena pernah sekali beradu tembak di lapangan tembak keluarga besar Aswatama yang ada di luar kota. Dan lawannya adalah Hito. Lelaki itu tak bergeming dalam adu tembak itu hingga ia mengalahkan Sena dengan skor yang tak masuk akal. Jadi, Sena tahu benar kalau Hito marah, ia pasti akan membunuhnya.
"Bos, tolong hentikan. Banyak mahasiswa yang melihat. Bila berita ini sampai ke telinga Kakek Anda, maka Anda akan dalam bahaya," ungkap John; bodyguard kepercayaan Hito.
Dar!
Sebuah tembakan telah dilepaskan. Tapi tidak mengenai Sena atau teman-temannya. Hito sengaja melesetkan tembakannya ke arah pohon di belakang sepupunya.
"Ini adalah ultimatum untukmu. Bila kau masih bertingkah seolah memiliki kampus ini, aku tidak akan segan meminta Kakek untuk menutup tempat ini. Dan setelah itu, kau bebas berteriak-teriak di koridor kampus sepuasnya. Mengerti?!" teriak Hito.
"Ba ... baik, Pak!" jawab Sena dan para temannya.
Setelah itu, Hito memberikan kembali pistol itu ke John. Ia pun segera mengambil ransel milik Adit yang tergeletak di lantai bersama barang-barang lainnya.
Lalu Hito segera berlari meninggalkan John dan seluruh orang-orang di kantin untuk menyusul Adit yang saat ini tampak sedang berjalan sendirian di jalan utama kampus. Ia benar-benar hancur sekali lagi ketika banyak orang yang menghinanya di sepanjang jalan.
Dan ketika ia hendak menyeberang jalan, Hito memanggilnya dari belakang.
"Hei! Bocah kuah bakso!" teriaknya.
Adit pun menoleh ke belakang. Ia tak tahu kalau yang memanggilnya adalah Hito Aswatama.
"K–Kau?! Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Adit. Matanya membulat besar.
"Mengembalikan ranselmu. Apa perlu kuantar ke rumah sakit?" tanya Hito sambil memberikan ransel di tangannya.
"Tidak perlu. Aku pakai obat warung saja." Adit tahu siapa Hito Aswatama. Tapi ia memilih untuk menghiraukannya dan kembali berjalan.
"Kuharap kita bisa jadi teman di tahun terakhir ini!" teriak Hito. Ia tersenyum kecil dan berharap ucapannya di terima oleh Adit.
Di lain sisi, Sena yang mendapatkan hinaan luar biasa tampak menelepon teman-teman geng kenalannya. Ia meminta kepada mereka untuk membunuh Hito malam ini juga.
"Buang jauh-jauh jasadnya ke tengah laut! Sisakan saja tangan atau kepalanya! Mengerti?!" teriak Sena di ujung telepon.
Bab 1 Penghinaan
03/07/2024
Bab 2 Kesempatan Kedua
03/07/2024
Bab 3 Pemakaman Hito
03/07/2024
Bab 4 Ini Aku; Hito!
03/07/2024
Bab 5 Rencana Selanjutnya
03/07/2024
Bab 6 Makeover Adit Handoko
03/07/2024
Bab 7 Kepergok Sena
03/07/2024
Bab 8 Gaya Baru Adit Handoko
03/07/2024
Bab 9 Adu Tembak
04/07/2024
Bab 10 Petunjuk!
04/07/2024
Bab 11 Jebakan Sena
08/07/2024
Bab 12 Bala Bantuan Tiba
09/07/2024