Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Suara petir menggelegar dan air hujan yang mulai turun membuat Axelle melajukan motornya kencang agar segera sampai ke kontrakan Vania. Secepat apa pun motor itu melaju, tapi mereka tetap saja kehujanan. Mereka berdua turun di sebuah rumah sederhana tempat Vania mengontrak bersama tiga temannya.
Suasana rumah masih sepi dan lampu rumah juga belum menyala, itu artinya penghuni kontrakan yang lain belum ada yang pulang.
Vania segera turun dan membuka pintu rumah. Beberapa tempat terdapat genangan air karena rumah itu bocor. Axelle segera membantu Vania mengambil bak untuk menampung air hujan.
Mereka berdua duduk di sofa berdempetan karena sofa yang lain terkena air hujan. Udara dingin semakin menusuk apalagi pakaian mereka basah. Suasana yang sepi ini membuat pikiran keduanya tidak tenang karena mereka hanya berdua.
“Van, kamu ganti baju aja dulu, bajumu basah nanti sakit, lho,” kata Axelle sambil mengusap jemari kekasihnya. Gadis yang dipacarinya satu setengah tahun yang lalu saat mereka masih SMA.
Vania mengangguk lalu masuk ke kamar tidurnya yang satu ruangan dengan ruang tamu, kamar itu hanya bersekat dinding tanpa pintu, kamar itu hanya ditutupi gorden saja.
Mata Axelle terus saja tertuju kearah kamar Vania, terlihat bayangan Vania mengganti bajunya. Kamar yang Vania tempati memang sempit hanya ada ranjang dan juga lemari serta meja belajar, jadi jika Vania mengganti bajunya terlihat kaki Vania yang putih itu.
Berkali-kali Axelle menelan ludahnya membayangkan tubuh polos Vania. Bukan tanpa sebab, mereka berdua baru saja pulang melihat film di bioskop. Adegan romatis dari layar lebar di bioskop masih terngiang di benak Axelle, ada sesuatu yang mendorongnya untuk masuk ke kamar vania dan akhirnya lelaki jangkung itu masuk ke kamar Vania.
Vania yang sedang memakai baju dan belum sempurna menutup bagian bawahnya langsung terperanjat hingga rok yang akan dipakainya terjatuh dan terlihat dalaman yang dia pakai.
Axelle menelan ludahnya, dia masih menatap apa yang belum pernah dia lihat. Tubuh Vania begitu menggoda. Tiba-tiba tangannya menarik tubuh kekasihnya dan mendekapnya erat. Axelle telah dikuasai nafsu sekarang.
“Jangan, Xel.” Vania menggeleng saat wajah Axelle mendekat ke lehernya, dia berusaha mendorong tubuh kekar itu.
“Kenapa? Bukankah kita saling cinta?” Axelle yang sedang dikuasai nafsu menatap dengan kecewa saat Vania menolaknya. Entah apa yang merasukinya, yang jelas Axelle tidak bisa mengendalikan tubuh dan pikirannya. Dorongan dari dalam sana begitu kuat menjebol kesadarannya.
“Ini tidak benar, kita tidak boleh melakukannya.”
“Aku mencintaimu, ini adalah bukti cinta kita. Apa kamu tidak mencintaiku?”
“Tapi, Xell, aku ….” Belum selesai Vania bicara bibirnya sudah dibekap oleh bibir Axel hingga Vania tidak bisa menolaknya. Dia ingin sekali menolak, tapi entah kenapa tubuhnya juga bereaksi ingin lebih.
Tanpa berkata lagi Axelle membuka kancing baju Vania yang belum sempurna terkancing itu, tangan besarnya memegang sesuatu di sana yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Desahan pun keluar dari bibir mungil sang kekasih. Axelle menganggap itu adalah ungkapan persetujuan Vania.
Axelle semakin yakin kalau Vania tidak keberatan melakukannya, dia pun mulai membuka satu persatu pakaian yang menutupi tubuh indah sang kekasih lalu menggiringnya lembut ke atas ranjang. Tanpa bicara mereka berdua akhirnya melupakan segalanya.
Terjadilah apa yang seharusnya tidak terjadi, mereka telah melampaui batas, mereka lupa dengan janji mereka akan terus menjaga hubungan itu tetap suci dan mereka lupa bahwa yang mereka lakukan akan menghancurkan masa depan mereka.
Vania memejamkan matanya, wajah tulus penuh kasih sayang orang tuanya seolah menatapnya kecewa, dia tahu bagaimana hancurnya orang tuanya jika melihat anak gadisnya melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan. Air mata Vania menetes, rasa sesal memenuhi dadanya setiap mengingat nasehat orang tuanya. Dia membenci dirinya yang tidak bisa melawan nafsunya .
Axelle berusaha memeluk tubuh Vania saat kekasihnya berusaha melepaskan diri, dia juga menyesal telah melakukannya, dia juga takut jika sampai terjadi hal yang tidak diinginkan pada hubungan singkat itu. Apa yang bisa dia lakukan karena orang tuanya pasti akan mengusirnya dari rumah jika mengetahui apa yang telah dia perbuat pada Vania.