Aku mengutukmu, Ayu! Kau tidak akan pernah hidup bahagia karena menjadi istri durhaka! Sebuah kutukan yang selalu terngiang di telinga Ayu Ning Tyas. Wanita berusia 28 tahun yang merupakan janda dan dua kali gagal dalam rumah tangganya karena memiliki masa lalu kelam. Saat ia tidak ingin menikah lagi, takdir seolah sedang mempermainkan hidupnya karena sebuah kecelakaan yang membuat kedua kakinya lumpuh. Hingga ayah dari pria yang telah menabraknya beritikad baik untuk bertanggungjawab dengan cara menikahkannya. Namun, pria yang merupakan CEO dari perusahaan besar tersebut menghancurkan impiannya untuk menjadi seorang istri saat di malam pertama melihat sang suami lebih memilih bercinta dengan wanita lain di ranjang pengantin yang harusnya menjadi surga dunianya. Akankah hidup seorang Ayu Ning Tyas akan berakhir berbahagia? Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalunya, hingga membuatnya selalu mengingat kutukan dari suami pertamanya?
Sosok wanita berhijab terlihat sedang menenteng tumpukan kotak makanan yang ada di tangan kanan dan kiri sedang berada di depan sebuah gedung menjulang tinggi. Perusahaan properti terbesar di Jakarta yang sangat terkenal, yaitu Brawijaya Grup dan sudah tidak diragukan lagi omset keuntungan pertahun yang meraup miliaran rupiah serta menjadi salah satu perusahaan besar paling berpengaruh di Jakarta..
Hal itu pun juga diketahui oleh sosok wanita yang saat ini tengah membawa kotak makanan di tangan kanan dan kirinya. Wanita berusia 28 tahun tersebut bernama Ayu Ning Tyas, merupakan janda dua anak yang membuka usaha catering dan perusahaan besar di hadapannya salah satu pememakai jasanya.
Usahanya yang sudah terbilang cukup berhasil dan bisa untuk menghidupi dirinya serta satu anaknya berusia 3 tahun. Sementara anak pertamanya berusia 7 tahun ikut bersama mantan suami di kampung. Ia memang dulu menikah muda karena setelah lulus SMA sudah dilamar oleh pria dewasa yang memiliki selisih usia sepuluh tahun.
Namun, rumah tangganya hancur karena kesalahannya di masa lalu. Sudut bibir Ayu melengkung ke atas saat melihat gedung menjulang tinggi di hadapannya. Ia hari ini memang sengaja datang sendiri ke perusahaan untuk mengantarkan catering karena pegawainya hari ini izin libur.
Meskipun hanya memiliki satu orang pegawai yang mengantarkan catering, itu pun merupakan berkah untuknya. Hari ini, petugas antar yang tak lain adalah tetangga sendiri sedang sakit dan tidak bisa bekerja, sehingga ia berinisiatif untuk mengantarkan sendiri.
"Alhamdulillah, ada satu lagi pelanggan untuk usaha cateringku. Semoga berkah dan bermanfaat," ucap Ayu yang kini menyeberang jalan setelah dirasa jalanan tidak terlalu ramai.
Namun, nahas saat ia belum sampai ke tepi jalan, mobil sedan berwarna hitam yang melaju sangat kencang dari arah kiri menghantam tubuhnya hingga terpental ke atas. Tubuh Ayu seketika terjatuh dengan kotak makanan sudah lepas dari tangan dan berhamburan di sekitarnya.
'Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku jika ini adalah akhir dari hidupku,' lirih Ayu yang merasakan rasa sakit menghujam seluruh tulang-tulang dan tubuhnya begitu memejamkan kedua mata dan jatuh terhempas di aspal dengan cairan merah mengalir di kepala dan menghiasi jalan raya yang masih ramai kendaraan berlalu lalang.
Seketika suasana jalan raya yang sangat padat, kini terlihat semakin macet karena beberapa kendaraan tidak bisa melintas karena tubuh sosok wanita berhijab yang baru mengalami kecelakaan tersebut masih terbaring tidak berdaya di tengah jalan.
Mobil berwarna hitam yang tadi menabrak wanita dengan membawa kotak makanan, tidak berhenti karena sudah melaju dengan sangat kencang tanpa mempedulikan korban yang mungkin telah meregang nyawa.
Sosok pria yang berada di balik kemudi tersebut seolah sama sekali tidak trenyuh melihat tubuh korban yang baru saja ditabraknya karena saat ini pikirannya benar-benar sedang dilanda frustasi berkepanjangan.
"Berengsek! Kenapa ada wanita bodoh yang tiba-tiba menyeberang jalan tanpa melihat ke kanan dan ke kiri. Dasar wanita bodoh! Bukan salahku jika dia mati. Takdirnya memang hanya sampai di sini saja. Semua orang akan mati, entah itu besok atau sekarang," umpat sosok pria yang masih mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi.
Pria yang tak lain adalah Kenzo Brawijaya berusia 35 tahun. Merupakan pewaris utama dari perusahaan Brawijaya Grup yang baru saja pulang dari apartemen salah satu teman wanitanya dan menjadi kejar-kejaran dari anak buah papanya yang menyuruhnya untuk segera pulang karena ada meeting penting pukul sepuluh nanti.
Awalnya ia yang merasa sangat malas untuk mengikuti meeting di kantor, menolak mentah-mentah dengan menyuruh pulang para pengawal yang mengganggunya di apartemen wanitanya. Namun, sang papa menelpon akan memblokir akses rekening agar ia tidak mempunyai uang.
Pada akhirnya, ia terpaksa menuruti perintah dari sang papa dan dengan sangat emosional meninggalkan apartemen dan mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi karena ingin segera sampai di Mansion.
Tanpa sepengetahuannya, ada pengawal yang mengawasi segala gerak-geriknya, sehingga mengetahui teejadinya kecelakaan dan melaporkan pada majikan, tak lain adalah Aldi Brawijaya.
Sementara itu di tempat yang tak lain di depan perusahaan Brawijaya, sosok wanita yang kini sudah mendapatkan pertolongan dari beberapa orang yang menghubungi ambulans dan polisi.
Di saat bersamaan, terlihat mobil mewah Mercedes Benz C-Class berwarna hitam yang baru saja tiba di depan lokasi perusahaan miliknya, terlihat sosok pria paruh baya yang kini buru-buru turun. Ia adalah pria yang tak lain adalah Aldi Brawijaya. Merupakan pemilik perusahaan Brawijaya Grup dan saat berada dalam perjalanan menuju ke kantor, mendapatkan informasi dari salah satu anak buahnya.
Bahwa putranya baru saja menabrak seorang wanita dan melarikan diri. Ia benar-benar merasa sangat murka atas kelakuan putranya yang selalu berbuat sesuka hati, seperti gemar berganti-ganti wanita yang menurutnya hanya mengincar hartanya.
"Anak itu benar-benar tidak tahu diuntung! Apa dia mau menghabiskan seluruh hidupnya di penjara dan tidak mempunyai masa depan?" umpat Aldi yang kini buru-buru keluar dari mobil untuk ikut di ambulans yang membawa sosok wanita menggunakan gaun syar'i panjang berwarna hitam tersebut.
"Biar saya ikut di dalam karena mengenal wanita ini," ucap Aldi yang mencoba untuk mengarang sebuah kebohongan. Tentu saja ia ingin mengetahui perkembangan dari keadaan wanita yang telah ditabrak oleh putranya tersebut.
"Silakan, Tuan," ucap perawat pria yang baru saja selesai dengan tugasnya, yaitu memasang alat pada tubuh korban kecelakaan dan juga selang pernapasan.
Sementara itu, Aldi Brawijaya yang saat ini tengah menatap iba pada sosok wanita yang saat ini bersimbah darah tersebut.
'Malang sekali wanita ini karena harus menjadi korban dari kegilaan putraku. Astaga, bajingan tengik itu benar-benar sangat keterlaluan karena melakukan tabrak lari! Jika sampai wanita ini meninggal, pasti putraku akan dipenjara puluhan tahun. Semoga wanita ini selamat,' gumam Aldi Brawijaya yang kini sibuk merapal doa untuk keselamatan wanita yang terlihat sangat mengenaskan tersebut.
Ia tahu jika wanita itu adalah pemilik usaha catering dan akan mengurus masalah konsumsi para staf khusus di perusahaannya, termasuk dirinya. Rasa bersalah yang menyelimuti dirinya karena menjadi penyebab dari kemalangan wanita tersebut.
Aldi kini meraih ponsel yang ada di saku celana untuk menghubungi salah satu pengawal. Begitu sambungan telepon diangkat, suara bariton kini sudah memenuhi ambulans yang mulai melaju menuju ke rumah sakit.
"Jangan biarkan bajingan tengik itu kabur! Ikuti terus ke mana dia pergi. Aku yakin dia tidak berani pulang ke rumah dan akan bersembunyi karena takut akan dipenjara."
Tanpa menunggu jawaban dari pengawalnya, kini Aldi mematikan sambungan telepon dan kembali melihat wajah pucat wanita di sebelahnya. "Jika sampai terjadi sesuatu pada wanita cantik ini, dosaku benar-benar teramat besar karena tidak mampu mendidik putraku."
To be continued...
Bab 1 Kecelakaan
27/04/2022
Bab 2 Harus bertanggungjawab
27/04/2022
Bab 3 Belas kasihan orang
27/04/2022