Kamila, gadis muda yang cantik dan lugu jatuh cinta kepada Dion Sugara, seorang mahasiswa yang tengah melaksanakan kegiatan KKN di kampungnya. Dion melamarnya tanpa sepengetahuan kedua orang tua. Ternyata mereka tidak direstui. Persiapan pernikahan sudah hampir rampung oleh ayah Kamila. Akan tetapi, Dion malah membawa Aldin Nabastala untuk menggantikan dirinya menikahi sang gadis. Lelaki itu berencana menitipkan gadisnya kepada duda beranak satu tersebut untuk beberapa waktu. Kamila akhirnya menerima demi menjaga nama baik keluarga. Ia tidak mau sang ayah menerima rasa malu karena kegagalan pernikahan sang anak. Gadis cantik ini pun terjebak di dalam pernikahan bersama Aldin. Sementara hatinya masih bersama Dion. Rasa mulai tumbuh di hati Aldin kepada Kamila si gadis shaliha. Apakah pria itu akan menyerahkan sang istri kembali kepada kekasihnya, sementara benih-benih cinta telah muncul?
"Kamu yang bener aja, Dion ... gadis kampung kayak gitu kamu kenalin sama papa?"
Suara bernada menyindir itu terdengar dari balik lemari besar penyekat ruangan. Walaupun tidak berteriak, cukup jelas di telinga kami. Ya, di sini aku dan Kak Mirna-kakakku-bermaksud berkenalan dengan keluarga Bang Dion, seorang pemuda yang menarik hatiku.
Kak Mirna menatapku lekat, tampak ia tersenyum sinis ke arahku. Dia memang sudah memperingatkan untuk tidak melanjutkan hubungan dengan Bang Dion yang kukenal di kampung kami, ketika lelaki berwajah manis tersebut bersama teman-temannya melakukan kegiatan KKN enam bulan yang lalu. Hanya saja Bang Dion selalu menyemangati dan menguatkan, ia berkata akan memperjuangkan hubungan kami. Aku percaya padanya.
"Tapi, Pa ... Dion cinta sama Mila. Dion berniat serius dengannya!" tegas suara Bang Dion.
"Sudah kakak bilang, 'kan? Kamu gak mau denger, sih!" bisik Kak Mirna dengan suara gemas.
Mataku terasa panas. Begitu juga dada ini, terasa bergemuruh kencang.
"Cinta ... cinta! Tahu apa kamu soal cinta, heh? Selama ini gak pernah bawa perempuan jalan! Balik KKN malah minta kawin! Kuliah kamu aja belum selesai!"
Suara berat yang tadinya datar itu berubah jadi bentakan keras.
"Pa ... sabar, Pa ...." Itu suara Bu Rosa, mamanya Bang Dion.
"Mama lihat anak kesayangan Mama ini! Kenapa jadi pembangkang begini?"
"Pa, please ... selama ini Dion selalu menuruti keinginan Papa dan Mama. Kali ini Dion hanya minta Papa sama Mama ngertiin perasaan Dion. Dion mau menikah dengan Mila segera. Dan Dion sudah melamarnya." Lelakiku masih terus membujuk orang tuanya.
"Gini aja, Nak. Selesaikan dulu kuliah kamu. Soal nikah nanti kita bicarakan lagi," kata Bu Rosa lembut.
"Gak bisa, Ma. Dion harus nikahin Mila bulan ini!" bantah lelakiku.
Tentu saja. Kamu sudah janji sama ayah, Bang. Debaran jantungku semakin kencang.
"Kamu ini kenapa, hah?! Kebelet kawin banget!" sergah Pak Herlan.
Hening ....
"Mmm ... Mila ... Mila hamil ...," lirih suara Bang Dion di sana.
Mataku yang sudah terasa basah membulat sempurna. Begitu juga Kak Mirna. Dia menatapku tajam. "Yang bener, Mila?!" desisnya.
Bulir air yang dari tadi menggantung di pelupuk mata pun mengalir.
"Mi–la ...?" Kak Mirna kembali melafalkan namaku dengan tatapan tajam penuh tanda tanya.
Dengan refleks kepalaku pun menggeleng ... pelan.
Di dalam sana kembali hening.
Plak!
Tiba-tiba terdengar suara tamparan keras.
"Anak kurang ajar!"
Bunyi derap langkah mendekat.
"Perempuan murahan!" Suara Pak Herlan menggelegar, beliau kini telah berdiri di hadapan kami sambil menatap nanar. Wajah itu tampak memerah karena emosi.
Aku dan Kak Mirna spontan bangkit dari duduk. Lututku terasa gemetar, lemas.
"Pa, ini salah Dion. Bukan Mila." Bang Dion menyusul papanya. Begitu juga Bu Rosa yang langsung menahan lengan sang suami yang ingin melangkah maju mendekatiku.
"Kamu sengaja 'kan, menggoda anak saya? Berjilbab hanya kedok saja! Padahal murahan!" cerca bapak tua itu. Hatiku perih mendengarnya.
"Sa–saya ... ti–tidak ...." Lidahku terasa kelu, bingung mau menjawab apa.
"Kamu mau apa? Uang?" cecar Pak Herlan, "jawab!" bentaknya.
Aku berjenggit, terkejut.
"Oooh ... cukup ... cukup ... kita pulang, Mila!" Kak Mirna menyentak lenganku dan langsung menyeretku keluar dari ruangan itu.
"Mila! Tunggu!" teriak Bang Dion.
Aku dan Kak Mirna menghentikan langkah yang hampir melewati teras rumah besar tersebut. Lelaki itu lalu melangkah hendak menyusul kami.
"Dion!"
Kulihat Bang Dion menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.
"Selangkah kamu keluar dari rumah ini ... jangan pernah kamu kembali lagi dan jangan anggap papa sebagai orang tua kamu lagi." Suara itu terdengar datar, tapi jelas ada tekanan ketegasan di sana.
Tampak Bang Dion menunduk dan terdiam. Dia terlihat rapuh.
"Yuk!" Kak Mirna kembali menarik tanganku, kami pun semakin menjauh.
Air mataku mengalir deras. Kaki ini tersaruk-saruk diseret Kak Mirna. Tak terasa aku sudah di dalam sebuah angkot. Tak kupedulikan pandangan orang-orang yang mungkin heran menatap.
.
.
____________________
Bab 1 Perkenalan yang Tidak Sesuai Harapan
30/12/2023
Bab 2 Omelan Kak Mirna
30/12/2023
Bab 3 Ide Gila
06/01/2024
Bab 4 Terserah!
06/01/2024
Bab 5 Pernikahan
06/01/2024
Bab 6 Malam Pertama
06/01/2024
Bab 7 Berbincang di Meja Makan
06/01/2024
Bab 8 Perjalanan ke Jakarta
06/01/2024
Bab 9 Ke Rumah Bang Aldin
06/01/2024
Bab 10 Makan Bersama
06/01/2024
Bab 11 Masa Lalu Bang Aldin
06/01/2024
Bab 12 Bermain Bersama Ivan
06/01/2024
Bab 13 Sarapan Bersama
06/01/2024
Bab 14 Diajak Jalan-jalan
06/01/2024
Bab 15 Ke Taman Bermain
12/01/2024
Bab 16 Mbak Sherly
12/01/2024
Bab 17 Rencana Cross Country
12/01/2024
Bab 18 Dion Benar.
12/01/2024
Bab 19 Cerita Mbak Lisa
12/01/2024
Bab 20 Belajar Mengaji
12/01/2024
Bab 21 Ada Apa dengan Bang Aldin
12/01/2024
Bab 22 Kedatangan Bang Dion
12/01/2024
Bab 23 Kado
12/01/2024
Bab 24 Kerenggangan
12/01/2024
Bab 25 Diajak ke Gunung
12/01/2024
Bab 26 Perjalanan ke Lokasi Tracking
12/01/2024
Bab 27 Cemburu
12/01/2024
Bab 28 Mendirikan Tenda
12/01/2024
Bab 29 Berdebat
12/01/2024
Bab 30 Main di Sungai
12/01/2024
Bab 31 Bermain di Jeram
24/01/2024
Bab 32 Berkenalan dengan Lainnya
25/01/2024
Bab 33 Bersama dalam Satu Tenda
26/01/2024
Bab 34 Kedinginan
27/01/2024
Bab 35 Mendaki ke Puncak
28/01/2024
Bab 36 Menikmati Lukisan Alam
29/01/2024
Bab 37 Bermalam di Puncak
30/01/2024
Bab 38 Bang Aldin Kedinginan
31/01/2024
Bab 39 Kecelakaan
01/02/2024
Bab 40 Evakuasi
02/02/2024