Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
"Mbok mohon dengan sangat Den Raven, tolong bawa Bu Celine ke rumah sakit. Ibu sedang sakit keras, Den. Sudah seminggu ini badannya panas seperti terbakar api. Hidungnya juga mimisan. Mbok rasa penyakit Bu Celine ini bukan penyakit biasa. Ibu perlu di opname di rumah sakit sepertinya, Den," mohon Mbok Darmi pada mantan majikannya. Saat ini ia berada di rumah Raven Atharwa Al Rasyid. Mantan majikan laki-lakinya. Setelah Celine Brata Kesuma bercerai dengan Raven, ia tetap ikut dengan Celine. Karena sedari bayi merah pun, ia telah mengasuh Celine.
Dan hari ini ia khusus ke rumah Raven, karena Celine jatuh sakit. Ia ingin meminta bantuan Raven. Ia tidak tau lagi harus mencari bantuan ke mana. Karena keluarga besar Brata Kesuma telah memutuskan hubungan keluarga dengan Celine.
"Maaf ya, Mbok. Saya sudah capek selama dua tahun ini terus saja dibohongi oleh Celine. Mbok ingat tahun lalu, sewaktu dia bilang Ibell sakit keras dan butuh dana seratus juta? Apa yang terjadi setelah saya mentransfer dananya? Dia malah menggunakan uang itu untuk pelesiran keluar negri," geram Revan.
"Lantas tahun lalu. Saat dia bilang dia sedang sakit parah dan minta bantuan pengobatan lima puluh juta. Tapi apa hasilnya? Uangnya dia pakai berjudi dan mabuk-mabukkan. Makanya saya tidak mau lagi mentransfer biaya bulanan Ibell padanya. Tetapi langsung meminta Ibell mengambilnya ke sini setiap bulan. Apa yang terjadi? Anak itu hanya datang tiga kali dan selanjutnya si Mbok lah yang mengambil. Lama-lama anak itu makin mirip dengan sifat ibunya. Keras kepala sekali," keluh Revan geram. Ia capek menghadapi tingkah ibu dan anak yang selalu saja membuatnya naik darah.
"Kalau saya yang menjenguknya ke sana 'kan tidak baik. Saya ini sudah bercerai dari ibunya. Takutnya akan timbul fitnah yang tidak-tidak kalau saya keseringan ke sana."
Curahan hati Revan ditanggapi Mbok Darmi dengan helaan napas berat. Beginilah nasib seorang anak yang kedua orang tuanya bercerai. Di bola ke sana ke mari dan dijadikan pelampiasan kekesalan orang tuanya.
"Walaupun Den Raven sudah cerai dari Bu Celine, tapi Ibell 'kan tetap anak Aden. Aden wajib menjenguknya di rumah. Ibell masih 10 tahun. Masih anak-anak. Mungkin dia malu kalau dia yang terus datang ke sini menemui Aden kalau dia rindu." Mbok Darmi berusaha memberi pengertian pada mantan majikannya.
"Siapa suruh dia dulu malah memilih tinggal bersama ibunya setelah Celine keluar dari penjara? Reksi begitu sayang padanya dan sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Tapi dia malah mempersulit diri sendiri. Anak itu sekarang susah sekali diatur. Memang punya anak dari orang seperti Celine itu adalah suatu kesalahan besar."
Ibell yang berdiri di pagar rumah mendengarkan semuanya dalam diam. Ia memang tidak ikut dengan Mbok Darmi ke teras rumah. Namun ia mengintip dari sela-sela pagar. Makanya ia bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas. Ibell mengusap matanya yang kini berair. Berarti di mata daddynya dia adalah sebuah kesalahan. Ibell sedih. Ia bukannya mau mencari susah dengan ikut mommynya setelah mommynya bebas dari penjara. Ia hanya kasihan pada mommynya. Opa dan omanya sudah membuang mommynya dari daftar silsilah keluarga Brata Kesuma. Teman-teman mommynya juga semua ikut-ikutan menjauhi mommynya. Ibell tidak tega melihat mommynya terpuruk seorang diri. Oleh karena itulah dia memutuskan untuk ikut dengan mommynya.
Mengenai dia tidak mau mengambil jatah bulanan ke rumah daddynya. Itu semua karena ibu mama tirinya, Oma Astri, selalu saja menyebutnya si penagih hutang. Karena dia selalu datang ke sana untuk mengambil uang, setiap tanggal satu setiap bulannya. Makanya ia segan kalau harus ke sana. Ia malu.
"Pulanglah, Mbok. Maaf saya dan suami tidak bisa membantu Celine, karena dia bukan apa-apa kami lagi. Lain kalau itu masalah Ibell. Kami pasti akan turun tangan. Karena apapun yang terjadi, Mas Raven adalah ayahnya. Tetapi kalau masalah Celine, maaf saja, kami tidak bisa membantu."
Reksi menghampiri suaminya dan memintanya masuk ke dalam rumah. Sedari tadi ia hanya menjadi pendengar yang budiman.
"Tolonglah, Den. Bu Celine benar-benar sakit keras. Ibu bahkan -"
"Ayok, Mbok. Kita pulang saja. Mommy dan Ibell cuma kesalahan dalam hidup daddy."
Ibell yang sedari tadi mendengarkan dalam diam menerobos masuk. Ia tidak tahan lagi melihat si mboknya terus memohon-mohon. Ia kasihan pada si mboknya.
"Daddy tidak usah khawatir. Ibell janji, mulai hari ini dan seterusnya, Ibell tidak akan pernah ke rumah ini lagi untuk menemui Daddy. Ibell tidak mau kalau setiap kali Daddy melihat Ibell, Daddy akan teringat kembali pada kesalahan Daddy. Permisi."
Ibell menghela lengan Mbok Darmi. Mengajaknya keluar rumah. Saat tiba di perempatan jalan, ia mengajak Mbok Darmi naik ke dalam angkot yang kebetulan sedang melintas. Ia meninggalkan rumah daddynya dengan satu tekad. Bahwa untuk seterusnya ia tidak akan sudi kembali ke rumah daddynya lagi. Mulai hari ini ia hanya punya mommynya dan Mbok Darmi.
Akan halnya Raven, ia baru tersadar saat Ibell telah berlalu. Ia merasa bersalah. Ibell memang masih kecil. Tapi ia pasti mengerti tentang penolakan. Makanya Ibell pergi. Raven sadar ia telah terpeleset kata. Tidak seharusnya ia berucap seperti itu. Ketika Raven tersadar dan mulai berlari ingin mengejar angkot tersebut, Reksi menahan tangannya.
"Mas, aku tidak keberatan kalau Mas menemui Ibell, menafkahi Ibell dan menyayangi Ibell. Karena Mas itu memang ayahnya. Aku juga menyayanginya, Mas. Walaupun aku ini hanya ibu sambungnya. Tetapi kalau Mas menemui Celine, itu lain cerita. Aku tidak akan mengizinkan. Mas ingat 'kan kejadian saat Celine mencium paksa Mas dan menyebarkannya di medsos dengan caption rindu mantan?"
Revan terdiam. Celine memang keterlaluan. Itulah makanya ia tidak mau lagi menemui Ibell di rumah Celine. Celine itu licik seperti ular.
"Mas ingat 'kan betapa sakit hati dan malunya Aku ditertawakan semua. Belum lagi mama yang terus saja memarahiku karena mengganggap aku ini tidak becus menjaga suami.
Jangan jatuh di lubang yang sama sampai dua kali, Mas. Itu konyol namanya. Kalau Mas ingin minta maaf pada Ibell atas kata-kata yang tidak sengaja Mas ucapkan tadi, Aku setuju Mas. Kita memang tidak pantas berbicara seperti itu. Karena apapun yang terjadi dalam hubungan kalian dulu, Ibell tidak pernah minta dilahirkan. Besok saja kita sama-sama menemui Ibell di rumahnya. Ayo sekarang kita masuk Mas. Sudah malam."
Dengan apa boleh buat, Raven mengikuti saran istrinya untuk kembali ke rumah.
Tapi yang terjadi keesokan harinya adalah, anak mereka, Raphael, terserang typhus. Mereka sekeluarga pun sibuk mengurus Raphael seharian di rumah sakit. Masalah Ibell akhirnya terlupakan.
***
Seminggu telah berlalu. Raphael telah sembuh. Dan hari ini Raven dan Reksi bermaksud mengunjungi Ibell untuk meminta maaf.
Saat ini mereka tengah mencari rumah kontrakan Celine yang baru. Karena ternyata Celine telah pindah kontrakan sejak setahun yang lalu. Untung saja tetangga Celine tau alamat Celine yang baru. Kalau tidak, entah ke mana mereka akan mencari Ibell. Nomor ponsel Celine selalu berganti, dan Mbok Darmi tidak mempunyai ponsel.
Dan di sini lah sekarang mereka berada. Di jalan sempit kavling kontrakan Celine yang baru. Jujur,
Raven merasa sangat bersalah saat melihat betapa kumuhnya tempat tinggal anaknya, sementara rumahnya sendiri laksana istana. Reksi juga bereaksi sama. Wajahnya mendung saat melihat betapa menyedihkan kehidupan anak tirinya.
"Maaf, Bapak mencari siapa?" Seorang ibu-ibu berdaster dan anaknya yang masih SD, heran melihat ada orang kaya yang singgah dikontrakkan mereka yang kumuh.
"Saya mencari rumah Bu Celine. Rumahnya yang mana ya?" tanya Revan gelisah. Wajah sang ibu mendadak terlihat sedih.
"Bapak sudah terlambat. Bu Celine sudah meninggal dunia lima hari yang lalu."
Innalilahi wainalilahirojiun.