Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Seorang lelaki pada era modern yang mempunyai pekerjaan sebagai penulis, dia mempunyai hobi menonton dan membaca buku cerita bertema fantasi. Seseorang itu bernama Fernan Adijaya. Fernan setiap harinya sangat produktif. Fernan masih single, walaupun Fernan single tapi banyak para kaum wanita yang mengejar untuk mendapatkan cintanya. Tidak mustahil Fernan dikejar para wanita, karena dia berwajah tampan blasteran Jepang dan Inggris.
Fernan sekarang tinggal di Inggris, ia mempunyai rambut tebal berwarna hitam, berkulit putih susu, mata coklat kekuningan. Bagaimana kaum wanita tidak tergoda dengan ketampanan Fernan yang mendekati kata sempurna? Sungguh indah Tuhan dalam hal mencipta.
Fernan Adijaya berusia 22 tahun dan tinggal di perkotaan yang sangat padat. Selagi Fernan membersihkan rumah, Fernan merasa ada sesuatu benda yang membuatnya penasaran dan terus kepikiran. Alhasil, Fernan menuju ke gudang di bawah rumah, Fernan mencari-cari benda yang ada di gudang namun tak kunjung jumpa. Dia hanya menemui sebuah buku kosong, ia berpikir begitu mubazirnya buku jika tidak dibaca dan hanya digeletakan begitu saja, akhirnya Fernan membawa buku itu keluar dan menaruhnya di meja singgasananya apabila ia ingin berimajinasi mungkin ia bisa mencari inspirasi dari buku tersebut.
Waktu imajinasi Fernan sudah dimulai, Fernan meraih sebuah pena dan memainkannya di atas buku yang ditemukan di gudang tadi. Dia mulai menulis, bekerja sama dengan otaknya merangkai sebuah cerita.
Alsandi Dwiraksa, dia pria yang mandiri, dia suka mencari siluman akan tetapi ia sedikit penakut ketika sudah bertemu siluman. Setiap hari, Alsandi mengembara di hutan untuk mencari siluman dan menyadarkan untuk kembali ke jalan yang benar. Memang banyak orang berpikiran bahwa 'mana mungkin siluman yang banyak tipu muslihatnya bisa di sadarkan?', Alsandi tidak menghiraukan perkataan orang-orang tentang kebenaran itu, ia sebisa mungkin untuk mengingatkan jika orang yang jahat bisa kembali ke jalan yang benar, mengapa siluman tidak?
Alsandi yang berparas tampan rupawan dan bermata bule berwarna coklat memulai pagi harinya mencari tahu tempat mana yang selalu disinggahi oleh para siluman.
"Tempat mana yang paling siluman sukai?" tanya Alsandi bertanya pada dirinya sendiri.
Tanpa mengurangi semangat, Alsandi tidak akan pernah pulang ke rumah sebelum bertemu siluman. Alsandi merasa perutnya sedang ada pertempuran, tanpa ada angin dan hujan tiba-tiba ada perkampungan kecil. Alsandi tanpa berpikir panjang bergegas mencari makanan di dalam perkampungan itu, sekadar untuk mengganjal perutnya yang mulai kelaparan.
"Permisi Paman, saya ingin memesan makanan yang enak disini," ujar Alsandi kepada pedagang di desa tersebut.
"Baik, akan saya buatkan yang spesial untukmu," jawab paman dengan nada halus.
Setelah makan yang cukup menguras waktu berlalu, ia kembali mencari siluman, akan tetapi, Alsandi merasa ada yang aneh di perkampungan tersebut.
"Terima kasih Paman, ini uang untuk bayar makanan yang saya makan tadi,” ucap Alsandi kepada paman tersebut, bibir cowok itu tertarik, tersenyum lebar.
"Terima kasih, Nak, sudah makan di sini," balas paman berterima kasih.
"Mengapa orang-orang melihatku dengan wajah seolah-olah aku mempunyai salah?" heran Alsandi dalam hati.
Alsandi langsung berniat pergi dari perkampungan, namun ia dikepung para warga di kampung tersebut.
"Berhenti, kau tidak akan bisa pergi dari sini!" geram warga. "Kau bisa pergi dari sini jika kau berhasil melewati mayat kami."
"Siapa sebenarnya kalian? Ada masalah apa denganku?" tanya Alsandi.
"Kau tidak perlu tahu siapa kami, yang jelas kau akan menghambat mimpi kami," cetus salah satu warga.
"Siapa kalian?" tanya Alsandi, "apa mau kalian?"
"Baiklah jika kau memaksa, agar kau tidak mati dengan penasaran," balas mereka dengan smirk menakutkan.