Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Shackles of Desire

Shackles of Desire

Xavien

5.0
Komentar
14
Penayangan
10
Bab

Mimpi tak selamanya berakhir menjadi baik. Itulah yang menimpa Detektif Lakan ketika terjerat oleh pesona seorang buronan, Mamia. Cinta tak selalu berakhir dengan baik pula, jika mereka saling berhubungan dalam diam. Nyatanya, sebuah identitas menjadi penghalang bagi mereka untuk bersatu.

Bab 1 Mimpi yang Menjadi Nyata

Semakin gelap ketika seseorang datang dan menindihi tubuhnya. Tak terlihat wajah, melainkan hanya kemolekan tubuh yang indah serta harum manis dari nya. Ia enggan memejamkan mata, ia tahu ini tidak masuk akal, ia juga tahu bahwa ini hanyalah sekadar mimpi belaka.

Karena meraba tubuh seorang wanita hanyalah angan belaka. Ia hanya mampu membelai wajah ke pundak mereka dengan tawa riang, namun ini berbeda. Dirinya benar-benar merasakan apa yang seharusnya tidak ia rasakan.

Sekarang, tangan mungil itu tengah membelai bagian dada pria itu. Ketika bibir mereka kian mendekat, dan semakin mendekat hingga saling bersentuhan,

GUBRAK!

"GYAAAA!"

Pria itu terbangun karena hentakan meja seseorang yang berada di sampingnya. Ia pun reflek berteriak lantaran dirinya terkejut.

"Bang, sorry ya. Jadi kebangun ya?"

Sosok pria dengan rambut kecoklatan itu sedang menaruh kotak kardus di atas meja namun karena terlalu berat, maka dari itu saat menaruhnya terdengar seperti bantingan.

"Kau ngapain sih? Bikin kaget aja!" sentak pria yang baru saja terbangun itu.

Pria itu pun segera beranjak dari kasurnya, segera ia mempersiapkan diri dengan setelan kemeja serta jas panjangnya. Sesekali ia melirik ranjang dan selimut di atasnya, lalu kembali menatap pantulannya dari cermin.

"Bang Lakan, habis mimpi ya?" tebak teman sekamarnya, Dani.

Lakan yang sedang menyisir rambut seketika terhenti, ia kemudian meletakkan sisir itu di meja lalu berbalik badan dan menghadap temannya itu.

"Kalau iya kenapa? Itu hanya mimpi."

"Jangan begitu, bang. Kadang kalau mimpi bisa jadi kenyataan loh," tutur Dani dengan senyum lebar.

Tap, tap!

Lakan sama sekali tidak menjawabnya, ia kemudian melangkah pergi dari rumah kontrakan temannya itu.

Sesaat sebelum Lakan pergi, temannya itu kembali mengatakan sesuatu usai merapikan barang yang ada di kotak kardus.

"Bang, di depan banyak banget cewe yang nunggu. Memangnya pekerjaan Bang Lakan itu gigolo ya?" celetuknya tanpa sadar.

"Ngaco! Mana ada. Aku ini 'kan tampan, jadi wajar dong banyak cewe yang nunggu," kata Lakan dengan bangga sembari menyibak poninya ke belakang.

Sesuai perkataan Dani, wanita yang terhitung banyak itu sedang menunggu Lakan untuk keluar dari rumah kontrakan. Sebagian dari mereka hanya ingin menikmati ketampanan yang bahkan sejujurnya wajah Lakan tergolong biasa.

Namun salah satu dari mereka tampak resah, ialah seorang wanita yang tengah dilanda kecemasan dalam hatinya. Lakan pun mendatangi wanita berambut pendek itu.

"Jangan berwajah muram, nanti cantikmu hilang loh," ucap Lakan yang tengah menggodanya.

"Kyaaa!" Yang berteriak bukanlah wanita itu melainkan teman-teman wanita yang lainnya.

"Detektif, bantu saya! Tunangan saya ...akhir-akhir ini sering mengabaikan chat, jadi saya khawatir. Apakah mungkin dia selingkuh bahkan sebelum kami menikah?"

Seketika Lakan terkejut, ia pun menjaga ekspresi bak seseorang yang profesional. Lakan pun meminta dirinya untuk tetap tenang, lalu menunjukkan lokasi terakhir tunangannya itu.

Wanita yang adalah klien Lakan sekarang lantas berkata, "Saya tahu dia ada di mana sekarang."

Sepertinya tidak perlu menyelidiki lebih jauh. Lakan pikir ini akan lebih mudah dengan mendatangi pria itu langsung, tetapi itu tindakan yang sembrono karena tidak cukup mengerti bagaimana sikap targetnya saat itu.

Lalu, di balik ini semua akan terjadi sesuatu yang akan merubah segala kehidupan Lakan sebagai Detektif Swasta.

Di pusat perbelanjaan.

Lakan bersama dengan klien yang amat ketakutan dengan fakta itu pun tetap ikut tuk mengintai tunangannya. Sudah beberapa menit bahkan hampir satu jam, tidak ada pergerakan yang mencurigakan. Sama sekali.

"Nona, akan lebih baik jika kamu duduk di sini. Saya akan menghampirinya sebentar," kata Lakan. Kemudian wanita itu mengangguk lemah sembari menyeruput minumannya.

Yang ia lihat ternyata tidak sesuai dugaan wanita itu. Bukan karena pria ini selingkuh sehingga mengabaikan chatnya, melainkan ia disibukkan dengan persiapan untuk menikah. Terlihat ada beberapa referensi, seperti rancangan busana, kartu undangan, dan dekorasi yang digambar.

"Maaf, bolehkah saya bertanya pada Anda?" Lakan pun menyapa.

"Ya?" Raut wajah pria ini sangat gelisah.

"Anda sedang mempersiapkan pernikahan sendiri?" Tanpa ragu Lakan bertanya langsung.

"Y-ya. Saya ingin menyiapkannya sendiri agar pasangan saya tidak perlu kelelahan dengan ini semua. Lagi pula, saya ini pelukis ...jadi saya ingin mencobanya juga."

Tanpa perlu memastikan pun Lakan pasti sudah tahu, tapi dengan bertanya sekali lagi maka itu akan cukup meyakinkan.

"Tapi ...kenapa kamu tahu?" tanya pria itu menaruh curiga.

"Hanya menebak. Dan, saya harap Anda perlu berdiskusi dengan pasangan Anda untuk hal seperti itu."

Lakan kemudian pergi meninggalkannya lalu kembali ke wanita itu lagi. Mengatakan bahwa semua ini akan baik-baik saja. Dan menyarankan beberapa hal untuk melakukan tindakan yang sedikit berani, seperti mampir ke rumahnya.

"Semua sudah selesai." Begitu katanya.

Tap!

Seseorang tiba-tiba saja melintas tepat di sampingnya. Terlihat seperti seorang pria dengan baju kebesaran, pria yang pendek.

"Jangan bergerak!" Pria itu tiba-tiba mengacungkan pisau kecil tepat ke ujung leher Lakan. Suaranya sedikit lebih berat.

"Eh?"

Tak berselang lama kemudian, terdengar suara teriakan para lelaki jantan yang berada jauh dari posisi mereka. Pria itu berdecih, lantas menyeret lengan Lakan dan membawanya lari menuju ke troli pembelanjaan.

"Tunggu!"

Tenaganya sangat kuat, seolah Lakan berhadapan dengan pria kekar namun tangannya terlalu kecil dan kurus. Setelah menemukan troli, pria itu langsung membanting tubuh Lakan masuk ke dalam troli tersebut.

"Hah?! Pria ini kuat sekali!" teriak Lakan tanpa sadar, ia dibawanya dengan didorong turun menuju eskalator.

Drak! Drak! Drak!

Tepat setelah menuruni tangga ekskalator, Lakan dibawa lagi dengan diseret dari troli itu. Ia kemudian mengangkat tangan, memberhentikan taksi yang lewat.

Pria itu dengan cekatan masuk usai membanting tubuh Lakan masuk ke dalam taksi. Lakan terdiam dalam kebingungan terhadap situasi yang telah terjadi saat ini.

"Pergi ke hotel, pak!" Sebelumnya Lakan menduga bahwa orang ini adalah pria, namun ternyata salah. Orang ini adalah seorang wanita, ia membuka topeng kulit di wajahnya serta mantel dan baju yang ia kenakan.

"Ka-"

"Ini ambil!" teriak wanita itu seraya menghamburkan beberapa lembar uang ke supir taksi

Wanita itu menyeringai. Segera ia menarik tangan Lakan setelah taksi itu berhenti di depan hotel, Lakan seketika kehilangan tenaga dan masuk ke hotel begitu saja.

Dengan lihainya, wanita itu membawa Lakan masuk dengan tanpa mencurigakan. Bersembunyi dalam pilar ke pilar lain, bahkan juga sempat berjalan di antara beberapa orang yang kebetulan berkumpul pada satu titik.

Brak!

Di kamar hotel yang entah di nomor berapa, mereka berdua masuk dengan napas tersengal-sengal.

"Hei! Kamu tidak waras ya? Kenapa–!"

"Ssst ...diamlah," ucap wanita itu dengan lirih seraya mendorong tubuh Lakan ke atas ranjang.

Dok! Dok!

Seseorang mengetuk pintu dengan keras dan berteriak.

"Cepat keluar!"

Ketika pintu itu diketuk, pintu mendadak terbuka dengan sendirinya. Sementara bawahan dari orang yang mengetuk pintu mendatanginya.

Dan berkata, "Pak! Salah kamar!"

"Kyaaa! Ada yang ngintip! Tolong aku sayang!" jerit wanita yang berada dalam kamar.

Seketika pria bersenjata itu tersentak. Mendapati dua pasangan sejoli yang tengah bermesraan di balik selimut. Terlihat si wanita memeluk erat tubuh si pria yang sedang ditindihinya.

"Polisi?"

"Ah, gawat. Aku lupa mengunci pintunya," batin wanita itu kesal.

Dua pria yang berada di luar kamar itu pun menunduk dan meminta maaf lantaran menganggu mereka yang sedang asik-asiknya.

"Pak poli-"

Wanita kurang ajar itu membekap mulut Lakan sambil berteriak dengan kalimat yang ambigu.

"JANGAN SENTUH DI SANA! AH!"

Lakan berteriak seraya mengulurkan tangan pada mereka yang berada di luar sana namun usahanya sia-sia karena wanita ini memiliki kekuatan fisiknya sungguh luar biasa.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku