/0/13690/coverorgin.jpg?v=34d407bff7def1b62c3b6d9da1a2d824&imageMogr2/format/webp)
1# First Met
“Lebih memilih wanita jalang, lalu membuang wanita berkelas sepertiku? Sinting,” desis Rein. Sedetik kemudian, ia memukul setir mobilnya dengan kekuatan penuh hingga menimbulkan suara klakson yang berisik.
TIINN!
Dalam kondisi mengamuk, karena usai dicampakkan oleh Leon—si mantan kekasih, rasanya Rein amat membutuhkan alkohol untuk saat ini. Tragedi putus cinta itu terjadi ketika Rein mendatangi apartemen Leon niat memberi kejutan. Yeah, hari ini pria itu memang sedang berulangtahun yang ke 24.
Sehingga, berbekal kue ulang tahun dan belasan balon warna-warni di genggaman, Rein justru nampak begitu menyedihkan—karena begitu pintu apartemen terbuka, pemandangan yang terpampang nyata adalah Leon yang tengah memadu kasih dengan wanita lain.
Sungguh, bahkan Rein hanya bisa terdiam untuk beberapa detik, apa lagi saat iris matanya yang suci bersirobok dengan pantat yang tengah bergoyang di atas tubuh Leon. Begitu sadar mereka tengah dipergoki, Rein refleks melempar kue beserta balon-balon sialan yang ia bawa, lalu pergi kabur begitu saja.
“Gila! Ini gila! Dunia memang sudah tidak waras!” pekik Rein histeris. Giginya bergemeletuk menahan amarah. Mata lentik yang biasa memancarkan keceriaan, kini nampak begitu merah seperti monster yang akan melahap siapa pun di hadapannya.
Lucunya, bukannya mengejar dan meminta maaf ala-ala di drama Korea seperti pada umumnya, Leon justru membiarkan Rein serta hanya mengirimkan pesan singkat melalui chat aplikasi hijau yang berbunyi; ‘Sudah lama aku menyembunyikan ini darimu. Lebih baik kita berhenti di sini, membuatmu kecewa bukan niat awalku. Kuharap kau bisa menerima keputusan ini. –Leon’
“Sial! Sial! Sial!” umpat Rein tanpa henti. Ia kembali tergugu.
SYUUT!
Tanpa melihat spion lagi, ia banting setir berbelok ke Summerlounge—tempat gemerlap khas dunia malam yang selalu menjadi tujuan Reina Patricia Ellordi di kala gundah. Ia sudah tak peduli lagi akan bagaimana jadinya jika menikmati alkohol sendirian. Mengingat selama ini , jika pergi ke sana ia selalu membawa Sisca—sepupunya. Namun, tidak dengan hari ini.
Kedatangan Rein langsung disambut oleh Hugo, si bartender yang memang sudah sangat hafal dengannya. Sebotol penuh alkohol berhasil Rein tenggak dalam waktu singkat. Air matanya terus berderai saat mengingat bajingan yang mencampakkannya hari ini. Pikiran Rein kalut. Bodoh rasanya jika tidak patah hati. Apalagi, tiga tahun menjalin kasih bukan waktu yang singkat.
“Bajingan! Susah payah menjaga hati, tapi di belakangku kau justru bermain api dengan jalang!” desis Rein menggebu-nggebu. Sedetik kemudian, ia menenggak tetes terakhir alkohol di genggaman.
“Apakah kau baik-baik saja, Nona?”
Rein menggeleng dan menepis tangan Hugo yang mencoba untuk menolongnya bangkit. Yeah, karena saking mabuknya, gadis itu sampai hampir terhuyung ke samping kursi.
“Jangan hiraukan aku,” ujar Rein singkat. “Aku masih waras.”
“Jangan segan memanggilku jika membutuhkan bantuan, Nona.”
Rein hanya menanggapi Hugo dengan kibasan tangan di udara. Sementara Hugo Cuma geleng-geleng kepala, lalu memilih untuk melayani pelanggan lain.
Botol alkohol kosong Rein hentakkan ke atas meja dengan malas. Rasa pusing yang menjalar di pelipis, membuatnya sadar bahwa ia tidak akan kuat untuk pulang dan menyetir setelah ini, sehingga akhirnya gadis itu memutuskan memesan sebuah kamar yang merupakan salah satu fasilitas tambahan di SummerLounge.
Setidaknya, nantinya bisa digunakan singgah sampai besok pagi.
Lucunya, baru istirahat selama dua jam dan bangun untuk membersihkan wajahnya yang awut-awutan, Rein justru kembali keluar. Satu kali mabuk, nyatanya belum membuat gadis itu puas untuk membuat pikirannya melayang agar bisa melupakan kejadian buruk hari ini.
Tiap kali akal sehatnya kembali bekerja, bayangan penghianatan Leon selalu muncul di permukaan. Membuat pelupuk mata Rein kembali mengembun. Sial, tetapi kini yang bisa dilakukannya hanya menahan tangis sembari kembali menikmati alkohol sendirian seperti jomblo kesepian.
“Seorang wanita tidak baik minum sendirian, Sweety.” Suara barito khas lelaki membuat Rein menoleh. Untuk sesaat, ia berpikir bahwa lelaki yang menyapanya pasti tidak lebih dari pria jelek miskin yang mencoba menggoda wanita asing. Namun sayangnya, kali ini tebakan Rein tidak tepat sasaran.
“Allo. Aku duduk di sebelahmu, karena memang kosong.” ujar pria itu lagi. “Tidak masalah, ‘kan? Apakah kehadiranku mengganggumu?”
Rein yang didatangi tiba-tiba, hanya bisa terperangah dan mengerjap. Akhirnya, terjadilah adu pandang antar dua manusia yang baru saja bertemu untuk kali pertama.
Raut wajah dengan rahang tegas, alis lebat dan mata setajam elang itu membuat dada Rein berdesir. Ditambah lagi, ketika Rein melirik ke bawah, gadis itu langsung tau bahwa pria di sampingnya bukan sembarang manusia.
Ya, sepatu merk Passion Diamond Shoe memang salah satu dari sekian merk sepatu termahal di dunia. Dalam sekali lirik, Rein paham bahwa pria tanpa nama ini pasti berasal dari keluarga konglomerat.
“Mooi.”
Rein sontak mendongak begitu mendengar si pria lagi-lagi berbicara.
Apa katanya? Batin Rein bingung, tak memahami artinya.
Pria tanpa nama itu mengulang ucapannya, “Mooi.” Lalu mendekat dan berbisik, “Bahasa Belanda. Artinya, cantik.”
Kemudian, tanpa segan ia meraih sebotol alkohol yang tadinya berada di genggaman Rein, lalu menuangkannya ke dua buah gelas. Gerakannya sungguh gemulai, hingga membuat Rein tanpa sadar terhipnotis. Karenanya, gadis itu bahkan lupa untuk bernapas.
“Hhh.”
Dan ketika ia sadar sudah waktunya untuk menghirup udara, aroma maskulin khas pria itu justru menginvasi sebagian paru-parunya. Damn good. Kenapa aroma tubuh pria ini jauh lebih memabukkan ketimbang alkohol yang sedang kunikmati? Pikir Rein mulai melantur.
“Bersulang?” sang pria tanpa nama menyodorkan gelas.
Bagi Rein, ia berani bertaruh bahwa kulit sawo matang khas pria Asia-Eropa itu cukup menggetarkan hati wanita siapapun. Bahkan, Rein mungkin juga salah satunya. Rein mendadak tersenyum.
Diam-diam, ia menatap bola mata sang lelaki lamat-lamat. Gila, kenapa warnanya coklat sekali? batinnya.
“Bersulang atau mau aku pergi saja?” tanya si pria tanpa nama lagi.
“Bersulang,” jawab Rein akhirnya.
Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, Rein tidak bersikap cuek pada pria asing yang baru ia temui.
Mereka berdua mengangkat gelas berisikan minuman memabukkan itu ke udara hingga menimbulkan suara yang berdenting nyaring, lalu meneguknya sampai habis.
“Sendirian saja?” tanya lelaki itu sambil melengkungkan senyuman.
“Berdua. Denganmu.” Rein menggigit bibir bawahnya, memang niat ingin sedikit menggoda. Efek alkohol selain membuat akal sehatnya mulai bergeser, rupanya juga meningkatkan hasratnya dengan cepat. Aneh, bahkan sensasi ini baru Rein rasakan ketika bertemu pria tampan seperti saat ini.
Lihat, Leon! Jika kau bisa mencampakkanku, maka aku bisa menggaet pria lain yang lebih darimu! Gumam Rein dalam hati.
Demi membuat kepalanya lebih rileks lagi, Rein pun mengambil alkohol dan meneguknya lebih banyak.
“Ahh!” Rein memekik kecil. Sensasi pahit yang menyejukkan seketika memenuhi kerongkongannya.
“Well,” desis si pria asing dengan senyum meremehkan. “Akan kutebak mengapa gadis semanis dirimu datang ke tempat ini seorang diri. Jika salah, kau boleh meminta apapun padaku.”
/0/6065/coverorgin.jpg?v=4f9ce7a2ab60f85411aa684b53fa326c&imageMogr2/format/webp)
/0/17480/coverorgin.jpg?v=61bbd04e6e2af928e880a9169c2b9edb&imageMogr2/format/webp)
/0/12488/coverorgin.jpg?v=ec1cda93ecb53034b14d4f76314535c2&imageMogr2/format/webp)
/0/19023/coverorgin.jpg?v=ece7031e039dc2359eb734b7e124c242&imageMogr2/format/webp)
/0/22405/coverorgin.jpg?v=51f48758e88c4bcd40d9c3f7e5563a82&imageMogr2/format/webp)
/0/21451/coverorgin.jpg?v=aa8ceebdc41dc61121defec234029f0e&imageMogr2/format/webp)
/0/18292/coverorgin.jpg?v=87cfca97bd6e4a87b8a1e45f2d59d4bc&imageMogr2/format/webp)
/0/22433/coverorgin.jpg?v=7133e9616d5f6372cfa54826f9dbee44&imageMogr2/format/webp)
/0/6657/coverorgin.jpg?v=de649b1a1ee57a9b54074c1e3f1503c9&imageMogr2/format/webp)
/0/4598/coverorgin.jpg?v=621e4494b871513a7c679f6ee53abe05&imageMogr2/format/webp)
/0/16786/coverorgin.jpg?v=96add49d8e451ffc91885de4d51254eb&imageMogr2/format/webp)
/0/17119/coverorgin.jpg?v=73661def9a299c57658e64aedfbdf6f5&imageMogr2/format/webp)
/0/6451/coverorgin.jpg?v=4c0de242ad63e4f4adc8e2d8bfab62d9&imageMogr2/format/webp)
/0/21529/coverorgin.jpg?v=ba769898226d749118ed7754d2af4424&imageMogr2/format/webp)
/0/18040/coverorgin.jpg?v=102fa469860503835501d205a0d6f199&imageMogr2/format/webp)
/0/4346/coverorgin.jpg?v=e99ad841c1d7ed14fd14bd07f0817b0f&imageMogr2/format/webp)
/0/24216/coverorgin.jpg?v=2947d09921e477a3d573a773a8ae9132&imageMogr2/format/webp)
/0/27637/coverorgin.jpg?v=9dc427f1beef1e71450e9d991dc5559b&imageMogr2/format/webp)
/0/4719/coverorgin.jpg?v=fc25b76c1d502f9d28df8a3d710735a0&imageMogr2/format/webp)
/0/13204/coverorgin.jpg?v=3affc6e83d29d46f1fb1f9f98f89a743&imageMogr2/format/webp)