/0/15094/coverorgin.jpg?v=e47e40b3c69070a2e7c84429b1b2df6d&imageMogr2/format/webp)
Dengan langkah tegap, lelaki bersepatu pantofel itu pun berjalan menuju ruangan paling ditakuti oleh semua karyawan kantor ini. Bukan karena penghuni dari ruangan itu adalah makhluk astral ataupun monster penghisap darah segar. Justru, sang pemilik ruangan ialah seorang lelaki tampan dengan badan atletis yang digilai banyak wanita di berbagai tempat ia berada. Tak terkecuali pun para wanita di kantor ini. Hanya saja sikapnya yang angkuh, tegas dan tidak suka dibantah membuat aura negatif memancar dari dalam badannya yang selalu tampil elegan dengan balutan jas branded itu. Lelaki itu mengetuk pintu ruangan dengan mantap.
"Masuk!" ucap sang big boss dari dalam ruang itu. Lelaki tadi pun segera membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan penuh aura kegelapan itu.
"Siang, Boss," sapa lelaki tadi pada seorang pria yang tengah duduk di kursi kerja dengan posisi yang membelakanginya.
"Bagaimana? Ketemu?" balasnya tak menghiraukan sapaan ramah si lelaki.
"Sudah Boss. Dan dia ready malam ini. Aku sudah mengaturnya untuk bertemu di Paradise hotel. Seperti yang Boss inginkan," jawabnya yang langsung membuat senyum penuh kemenangan terukir di bibir lelaki yang ia panggil Boss itu.
"Bagus. Saya suka kerja kamu yang tidak pernah mengecewakan," ucapnya tanpa mengubah posisi duduknya. Mata elangnya pun masih fokus menatap ke arah dinding kaca yang menampilkan pemandangan kota Jakarta beserta hiruk pikuk di dalamnya. Bibirnya sensual mendadak menyunggingkan senyuman penuh arti.
Di tempat lain....
Seorang waitress sedang melayani para pengunjung restoran tempatnya bekerja. Wanita itu tampak paling cantik diantara waitress lainnya. Bahkan, tak satu dua pelanggan pria memperhatikan gerak-geriknya. Sampai di meja tujuannya. Gadis itu meletakkan piring yang ada di atas nampan ke meja di depannya. Namun, tiba-tiba tangan lelaki yang memesan hidangan itu mengelusnya sambil tersenyum mesum. Reflek gadis itu menarik tangannya dengan wajah waspada.
"Cantik. Nanti malem kita jalan yuk!" ajak lelaki itu.
"Maaf. Saya tidak bisa," balas gadis itu sambil cepat-cepat meletakkan piring-piring itu ke meja.
"Alah. Sombong banget sih. Palingan nanti kamu juga mau kalau dibayar," sahut temen cowok itu.
"Iya. Kamu nggak tau aja kalau uangku itu banyak."
"Maaf. Saya bukan gadis seperti itu." Gadis itu balik badan hendak kembali ke dapur. Tetapi, kedua lelaki itu langsung menahan tangannya.
"Alah. Jangan sok jual mahal deh! Cewek kayak kamu pasti butuh uang, kan?"
"Mending temani kita jalan malam ini. Kamu pasti dapat uang banyak. Daripada harus kerja capek-capek di restoran kayak gini."
"Maaf. Saya tidak mau." Dengan sedikit ketus gadis itu menepis tangan kedua cowok tadi.
"Jangan seperti itulah! Nanti kita kasih uang yang banyak lho!" Salah satu dari mereka kembali menahan tangan gadis itu.
"Maaf saya tidak mau."
"Ayolah. Coba malam ini saja! Kamu pasti ketagihan."
"Saya tidak mau. Tolong jangan paksa saya!" kata gadis itu sambil mendorong lelaki itu hingga tersungkur ke belakang. Seketika lelaki itu jatuh dan menarik meja di sebelahnya. Meja pun terbalik dan menumpahkan semua makanan di atasnya.
"Kurang ajar! Dasar pelayan bodoh! Mana managermu! Gadis payah sepertimu tak pantas bekerja di restoran ini!" bentak lelaki itu.
"Benar. Gara-gara kamu teman saya jadi seperti ini."
"Tapi... tapi saya tidak sengaja."
"Alah banyak omong! Mana manager mu! Mana!" teriak lelaki yang jatuh itu setelah bangkit.
"Ada apa ini?" tanya sang manager yang baru saja datang.
"Dia! Perempuan ini sudah membuat saya malu disini. Lihat apa yang sudah dia lakukan!" Lelaki itu menunjukkan bajunya yang sudah kotor dengan semua noda makanan yang menguburnya tadi.
"Nadira! Apa yang sudah kamu lakukan pada pelanggan kita?" hardik sang manager.
"Saya.... Saya tidak melakukannya dengan sengaja. Mereka... Mereka yang sudah menggoda saya lebih dulu!"
"Hei, wanita jalang! Kamu mau memutar balikkan fakta? Kau mau menuduh dan memfitnah kami? Kami bisa menuntut mu dengan tuduhan pencemaran nama baik. Mau saya viral kan tempat ini agar tidak ada yang Sudi datang ke restoran ini!" ancam teman lelaki itu sambil mengeluarkan ponselnya.
"Jangan-jangan! Tolong jangan videokan kejadian ini. Maafkan pelayan saya yang sudah membuatmu tidak nyaman. Sebagai gantinya. Kita akan memberikan hidangan spesial restoran ini untuk kalian berdua."
"Kau pikir? Kami tidak punya uang untuk membayarnya?"
/0/20880/coverorgin.jpg?v=20250124101245&imageMogr2/format/webp)
/0/13074/coverorgin.jpg?v=20250122183722&imageMogr2/format/webp)
/0/18033/coverorgin.jpg?v=354447084e0607c2d29dd15e7f034522&imageMogr2/format/webp)
/0/14071/coverorgin.jpg?v=009075a2713d3615445f0e0a89cff038&imageMogr2/format/webp)
/0/18902/coverorgin.jpg?v=65d19d6cc8fd19ff0990ac7a6a74b941&imageMogr2/format/webp)
/0/13319/coverorgin.jpg?v=20250123145038&imageMogr2/format/webp)
/0/16416/coverorgin.jpg?v=560de0e137b8432e8497c457086f68b1&imageMogr2/format/webp)
/0/17276/coverorgin.jpg?v=20240328170544&imageMogr2/format/webp)
/0/21485/coverorgin.jpg?v=8b2e1c2f51c9cebc19a67da374f66b9d&imageMogr2/format/webp)
/0/12931/coverorgin.jpg?v=20250515113947&imageMogr2/format/webp)
/0/16421/coverorgin.jpg?v=b0886871611b20d2f1997bedcfcc4a1a&imageMogr2/format/webp)
/0/20417/coverorgin.jpg?v=18aef677d92ac82f7f462cf43795790e&imageMogr2/format/webp)
/0/16908/coverorgin.jpg?v=eb76d5e78c94ca3449e4ff205c00d6f9&imageMogr2/format/webp)
/0/12752/coverorgin.jpg?v=20250122183536&imageMogr2/format/webp)
/0/18144/coverorgin.jpg?v=15b1340d5ddc298759b5c0fc43f49d98&imageMogr2/format/webp)
/0/28404/coverorgin.jpg?v=52f20601141c296a60175d856f4756b5&imageMogr2/format/webp)
/0/8091/coverorgin.jpg?v=73a688c21282e81768896b6661e6f5d9&imageMogr2/format/webp)
/0/2989/coverorgin.jpg?v=6ef8556d998b3f817a9480e23208b8fe&imageMogr2/format/webp)