Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Single Mom Milik Tuan CEO

Single Mom Milik Tuan CEO

Sarah Jihan

5.0
Komentar
1.9K
Penayangan
35
Bab

Karena sebuah kecelakaan dan kesalahpahaman antara seorang wanita bernama Zara, dengan seorang pemuda tampan bernama Zeo, Zara terpaksa harus menanggung benih Zeo di dalam rahimnya. Zeo berpikir kalau ini adalah rencana dan jebakan yang dibuat Zara, untuk merebut hatinya. Sampai hal yang tidak diinginkan pun terjadi, sehingga membuat Zara malu dan mengasingkan dirinya sendiri dari hadapan mereka. Zara mengandung dan melahirkan anak dari Zeo. Zara merawat anak Zeo dengan sepenuh hati, karena bagaimanapun juga itu adalah darah dagingnya sendiri. Apakah kehidupannya akan baik-baik saja ke depannya?

Bab 1 Manipulasi Rival

TAP ... TAP ....

Suara langkah kaki terdengar jelas dari luar ruangan, untuk menuju ke ruangan tersebut. Langkah itu kemudian berhenti tepat di depan pintu ruangan, disusul dengan ketukan pintu yang seirama.

"Masuklah!"

Seorang wanita berperawakan tinggi dan sexy pun datang di hadapan seseorang yang berada di dalam ruangan tersebut.

"Permisi, Tuan. Apakah Anda memanggil saya?" tanyanya dengan lembut.

Pria paruh baya itu menatap tajam ke arah wanita yang diketahui adalah asistennya. "Apakah sudah berkumpul semuanya?" tanya seorang lelaki paruh baya, pemimpin keluarga Abraham.

"Sudah, Tuan. Tuan dan Nyonya Latulini sudah berada di ruangan temu."

Tuan Abraham mengangguk kecil. "Baiklah. Aku akan segera ke sana."

Beberapa waktu diperlukan untuk persiapan menuju ke ruangan yang ditunjuk sebagai tempat pertemuan antara dua keluarga besar, dalam menjalani bisnisnya.

Ketika mereka mengetahui Tuan Abraham datang ke ruangan tersebut, mereka pun bersiap untuk menyambutnya.

Kini, sudah berdiri di hadapan mereka orang yang sangat berpengaruh bagi kedua grup besar tersebut. Sebanyak 80% saham dipegang oleh lelaki paruh baya ini. Oleh sebab itu, mereka sangat menghormati Tuan Abraham.

"Selamat datang, Tuan Abraham."

Mereka menyambutnya dengan posisi tegak, kemudian segera duduk setelah Tuan Abraham menempati tempat duduknya.

Tuan Abraham mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi ruangan. Memang benar yang dikatakan sekertarisnya, bahwa semua orang sudah berkumpul pada tempatnya masing-masing.

"Terima kasih atas kesediaannya datang ke tempat pertemuan ini. Banyak sekali yang harus kita bahas, demi majunya kedua grup besar yang sedang berjalan ini," ujarnya, membuat keringat tak henti-hentinya bercucuran dari kening Tuan besar keluarga Latulini.

Di sebelah kanan Tuan Abraham, terdapat Zeo Abraham yang merupakan satu-satunya keturunan dari keluarga Abraham. Kemudian di sebelah Zeo ada adik dan juga adik ipar dari Tuan Abraham, yang tak lain adalah Om dan Tante Zeo.

"Sebelumnya, saya ingin tanya hasil dari pemasaran yang dilakukan oleh Latulini Group. Apakah sudah ada kemajuan mengenai jasa yang dipasarkan?" tanya Tuan Abraham.

"Baik, terima kasih atas pertanyaannya, Tuan Abraham. Kami dari Latulini Group, sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk memasarkan jasa design ruangan, yang dimiliki oleh Abraham Group," ujar Tuan Latulini, sembari membuka sebuah data yang ada di depan layar komputernya.

Semua orang memperhatikan dengan saksama, setiap slide yang sedang dipresentasikan oleh Tuan Latulini. Setiap datanya valid, sampai hampir tidak ada celah yang bisa dilalui oleh pihak yang tidak senang dengannya.

Dari sekian banyak orang yang menyukainya, pasti ada segelintir orang yang tidak menyukainya. Hal itu benar, karena memang pihak Om dan Tante Zeo yang memang tidak senang dengan kerja sama di antara kedua keluarga ini.

Ren Abraham, Om dari Zeo, mendekatkan diri ke arah istrinya. "Kalau seperti ini, apa bisa kita melawan mereka?"

Nampaknya mereka sangat risau, karena data yang diberikan mereka sangat valid, dan bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya.

"Tenang, kita masih punya rencana B!"

Ren mengangguk, karena mendengar Yuki membisikkan hal menenangkan seperti itu padanya.

Yuki memandang dalam ke arah Tuan Latulini, sembari mempersiapkan dirinya untuk melakukan serangan besar kepadanya.

Tak perlu diragukan lagi, public speaking yang ia miliki sangatlah di atas rata-rata. Tak jarang pada setiap pertemuan bisnis, Tuan Abraham selalu menyelipkan Yuki pada perjalanan bisnisnya.

"Itulah beberapa client yang sudah Latulini Group dapatkan," ucap Tuan Latulini sebagai tanda mengakhiri presentasi yang ia lakukan.

Semua orang bertepuk tangan, tak terkecuali pasangan Yuki dan Ren.

"Terima kasih atas presentasi yang sudah dilakukan, Tuan Latulini," ujar Tuan Abraham memberikan apresiasi kepadanya.

Yuki bersiap mengangkat tangannya, membuat Tuan Abraham yang melihatnya segera mengangguk kecil tanda memberikan waktu dan tempat untuknya berbicara.

Yuki bangkit dari tempat duduknya, menyamai Tuan Latulini yang memang sedari tadi sudah dalam keadaan berdiri.

"Terima kasih, Tuan Abraham atas waktu dan tempat yang dipersilakan untuk saya. Sebelumnya, saya ingin menyampaikan tentang keluh-kesah saya terhadap Latulini Group, pada beberapa bulan terakhir ini. Hal ini berdampak pada income yang diterima Abraham Group, dari kesepakatan yang sebelumnya sudah ditentukan bersama," ujarnya dengan sangat percaya diri.

Di hadapannya saat ini, sudah tersambung antara proyektor dan juga laptop miliknya. Ia membuka seluruh data dan laporan yang ia miliki, untuk menjatuhkan kedudukan Latulini Group di hadapan pemimpin mereka saat ini.

"Pada bulan Januari, Latulini Group terlibat sebuah proyek rahasia dengan beberapa perusahaan, seperti Mutiara Group, Sky Group dan juga Star Group. Income yang harusnya diserahkan kepada Abraham Group adalah 70% tetapi Latulini Group hanya memberikan sebanyak 30 % saja," paparnya, sontak membuat semua orang terkejut mendengarnya.

Zeo tak berkutik, hanya bisa mendengar para senior mempresentasikan apa yang sudah mereka persiapkan. Namun, tak dapat dipungkiri kalau Zeo merasa sangat terkejut dan tak menyangka, bahwa ia menemukan kecurangan yang dilakukan oleh pihak Latulini yang sebelumnya sangat ia percayai.

Tuan Latulini mendelik protes. "Intrupsi! Saya memang menerima proyek tersebut pada bulan Januari lalu, tetapi kami memberikan fee yang sesuai dengan yang tertera di kontrak!"

Suasana menjadi canggung, ketika Tuan Latulini protes dengan tuduhan yang dilayangkan Yuki padanya.

Yuki mendelik tajam ke arahnya. "Saya berbicara dengan bukti! Ada bukti berkas yang anda tanda tangani dengan beberapa client tersebut!"

Bukti? Itu adalah hal yang mustahil. Tuan Latulini merasa, ia sama sekali tidak menandatangani berkas apa pun, selain berkas kesepakatan bersama dengan para client.

"Bukti tanda tangan apa yang anda maksud?" tanya Tuan Latulini bermaksud menantang.

Yuki menyunggingkan senyumnya, lalu mengeluarkan beberapa berkas yang di dalamnya terdapat tanda tangan perjanjian yang sama sekali tidak Tuan Latulini ketahui.

Lembar demi lembar ia buka, dengan mata yang terus-menerus mendelik tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Apa ini?" gumam Tuan Latulini, sangat terkejut dengan berkas yang sama sekali tidak ia ketahui.

Yuki menyunggingkan senyumannya, lalu memunculkan hasil pindai berkas yang ada di tangan Tuan Latulini.

Semua mata terperangah, kaget dengan yang mereka lihat. Walaupun tidak percaya, tetapi mereka melihat dengan jelas tanda tangan yang merupakan milik Tuan Latulini.

"Bisa kalian lihat, ini adalah bukti berkas yang saya katakan. Tuan Latulini secara rahasia menilap uang yang kita dapatkan dari proyek di bulan Januari!"

Suasana semakin memanas, dan seketika orang yang bekerja pada Latulini Group menjadi sangat takut dengan tuduhan yang dilayangkan Yuki pada mereka.

Zeo mendelik kaget. "Bagaimana bisa mereka melakukan hal selicik ini dengan perusahaan kami? Tidak bisa dimaafkan!" batinnya yang merasa sangat kesal dengan perjanjian kerja sama yang sudah terlanjur terjadi di antara mereka.

"Apa benar itu, Tuan Latulini?" tanya Tuan Abraham, yang sudah tersulut emosi dengan hal licik yang sudah dimanipulasi oleh pihak Yuki dan juga Ren.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Sarah Jihan

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku