Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Kalea Pradipta gadis yang penuh kecerian. Umurnya masih 20 tahun. Ia adalah seorang penyanyi muda berbakat. Perawakannya Tinggi, kulit putih mulus, rambut hitam, lebat dan selalu sepanjang bahu. Ia senang sekali jika rambutnya dikuncir setengah. Dia bilang menampilkan sisi feminimnya.
Kalea biasa disapa Lea. Kalau papihnya lagi iseng selalu memanggil anak kesayangannya itu dengan panggilan Lele. Karna memang Lea juga menyukai ikan lele. Tapi hal yang lain yang disukai oleh Lea dan ga boleh ketinggalan setiap harinya adalah es krim.
Karna sudah sedari kecil suka sekali makan es krim dan setiap harinya selalu dimanja oleh mamihnya jadi ia selalu stock es krim di kulkasnya setiap hari. Ngomong-ngomong Lea ini masih belum punya pacar loh. Padahal banyak banget cowo-cowo yang ngejar Lea. Bahkan cowo-cowo itu seneng banget ngirimin bunga untuknya. Tapi bukan bunga sembarang bunga. Ada 1 bunga yang spesifik dia suka yaitu adalah bunga peony dan cowo-cowo itu selalu mengiriminya bunga peony ke rumahnya.
"Non, ada kiriman bunga lagi nih," kata mbok Ijah menenteng sekeranjang rangkaian bunga peony yang baru saja sampai dan diantarkan oleh seorang kurir.
"Makasih Mbok. Dari siapa ya?" tanya Lea sambil melangkah mendekati bunga peony yang diletakkan di meja cabinet di kamarnya.
"Ga tau, Non. Si mbok ga nanya ke situ-situ sih sama kurirnya. Palingan juga dari si Tuan Muda Mario. Seperti biasa.” Katanya sambil menyeringai dan mohon diri untuk kembali turun.
Ia membuka kartu ucapan yang diletakkan diantara bunga-bunga indah yang sangat ingin sekali dipeluknya. Bunga itu campuran warna kuning dan putih.
"Mario!” Gumamnya, “tau dari mana dia alamat rumahku?” katanya berceloteh sendiri.
Lea baru saja menempati rumah barunya beberapa hari ini. Dan Mario sudah tau saja alamat rumahnya yang baru.
'Dasar Penguntit!’ gumamnya dalam hati.
Tak lama kemudian suara dering dari ponselnya terdengar begitu nyaring hingga membuat Lea terkejut. Kemudian ia meraih ponsel berlogo apel digigit keluaran terbaru miliknya yang berada di nakas sebelah tempat tidurnya. Terpampang jelas di sana ada nama lelaki yang baru saja mengirimkan bunga untuknya.
"Halooo manis,” sapa Mario begitu nada sambungnya terhubung dengan Lea.
"Manis manis … emangnya gw gula!”jawab Lea sewot, "mau ngapain sih lo pake segala ngirimin gw bunga? Dan tau dari mana alamat rumah gw yang baru?” kemudian duduk di ujung tempat tidurnya.
"Ya gw kan tau lo suka sama cowo yang romantis. Jadi gw ya pengen jadi cowo romantis buat lo dan ngasih bunga kesukaan lo itu. Apalagi bunga peony itu lambang cinta dan bunga itu lambang cinta gw buat lo! Karna gw cinta sama lo, jadi gw cari taulah. Mau ke mana kek pasti gw bakalan tau lo di mana!" celotehnya pada Lea.
"Hoekk, pagi-pagi udah dengar rayuan gombal lo. Bisa ga sih lo ga ngegombalin gw sehari aja?” protes Lea pada Mario.
"Engga bisalah Sayang. Kalo gw ga ngegombalin lo. Lidah gw nanti gatel-gatel. Mangkanya gw selalu harus neggombalin lo setiap hari. Kalo perlu setiap saat." Katanya lagi.
Lelaki itu terdengar seperti sedang menyeringai.
"Diihhh … kurang kerjaan apa gimana sih lo? Udah cuma mau ngomong itu aja kan?"