/0/29114/coverorgin.jpg?v=8ef50e2564eedbd7adab40a8459a0b58&imageMogr2/format/webp)
"Ibu ... Ibu kenapa?" Wajah Arana seketika panik saat Arana menyalakan lampu kamar ibunya. Kedua matanya seketika membulat tatkala indra penglihatannya menangkap sosok tubuh yang dari tadi dia cari. Tubuh Ibu Arana tergeletak tidak bergerak di samping tempat tidur.
Arana pun segera bersimpuh dan menahan kepala sang ibu dengan pahanya. Dia mencoba memanggil-panggil nama ibunya, tapi wanita paruh baya yang memiliki wajah lembut itu sama sekali tidak merespon panggilan Arana.
Seketika air mata Arana mengalir deras, dia bingung dan seketika di dalam hatinya sudah diliputi oleh hal yang dia sama sekali tidak menginginkannya.
Arana memberikan bantal untuk kepala ibunya dan berlari keluar. Pertama yang dia datangi adalah rumah sahabatnya yang berada tepat di depan rumahnya. Tanpa memberi salam dia langsung menyelonong masuk dengan wajah paniknya.
"Arana, kamu kenapa?" Seorang wanita paruh baya dengan rambut digelung rapi bertanya dengan wajah kaget.
"Tante, tolong Ibu aku, Tante."
"Ibu kamu kenapa?"
"Ibu aku pingsan dan aku tidak tau kenapa?"
"Ibu kamu pingsan? Sekarang di mana?"
"Ada di kamarnya." Arana benar-benar terlihat sangat panik saat ini.
"Tapi Om Arya belum pulang, kita hubungi saja ambulans agar secepatnya datang ke sini dan bisa membawa ibumu."
"Di mana ibumu? Biar aku yang membawanya ke rumah sakit," timpal seorang pria yang memang dari tadi juga ada di sana, tapi karena saking paniknya, Arana sampai tidak sadar ada orang lain di rumah sahabatnya itu.
"Pak Dane, nggak usah repot-repot, biar saya panggilkan ambulans saja untuk menolong Ibu Arana."
"Sudah tidak apa-apa, biar aku saja yang membawanya, aku takut jika terlalu lama, kondisinya bisa semakin memburuk."
Arana pun melihat ke arah pria itu dengan wajah datar, tapi terkesan dingin. "Tolong Ibu aku!” Arana menatap pria bernama Dane sambil memohon dan tidak sadar mencengkeram lengan tangan pria itu.
Dane melihat wajah Arana yang sangat berharap agar ibunya ditolong segera beranjak dari tempat duduknya. Dane kemudian berlari ke arah rumah Arana, diikuti Arana dan ibu dari sahabatnya segera menuju kamar di mana ibu Arana pingsan.
Dane langsung membopong ibu Arana dan membawanya masuk ke dalam mobil. Arana mengikuti dengan duduk di belakang, kepala ibunya diletakkan di atas paha, dan sambil menangis Arana mengusap-usap lembut pipi ibunya. Air matanya tidak berhenti mengalir karena rasa takut akan kehilangan sosok yang dia cintai itu terbayang jelas di depannya. Arana baru saja kehilangan ayahnya–orang yang juga sangat dicintainya karena sakit yang terlambat terdeteksi dan sekarang dia melihat ibunya juga seperti sekarang ini.
"Ken, cepat ke rumah sakit Elena!" Dane memerintah pada laki-laki di sampingnya yang terlihat usianya lebih muda dari Dane.
"Iya, Pak," jawab singkat laki-laki bernama Ken. Dia dengan cepat melajukan mobilnya.
Di perjalanan, tak henti-hentinya Dane menoleh ke belakang mencoba menenangkan Arana.
"Kamu tenang saja dan yakinlah Ibu kamu pasti baik-baik saja!”
Ken yang melihat tampak terkejut karena dia baru pertama kali melihat atasannya sampai begitu peduli pada seseorang.
***
Setibanya di rumah sakit, Ibu Arana segera dibawa oleh petugas medis di sana. Dane segera berjalan ke sebuah ruangan yang ada di lobi untuk menemui Elena–temannya yang bertugas di sana.
"Elena."
"Halo, Tampan! Eh, kapan kamu datang ke Indonesia?" tanya wanita dengan rambut pirangnya. Dia juga terkejut melihat temannya itu tiba -tiba ada di sana.
"Nanti saja kita bicaranya. Aku ke sini ingin kamu menangani pasien yang baru aku bawa."
/0/17793/coverorgin.jpg?v=19b7910aa91f26057a6eb35324491ccc&imageMogr2/format/webp)
/0/4876/coverorgin.jpg?v=8bb2f8db10760b6b61aee1a9e90b505f&imageMogr2/format/webp)
/0/29115/coverorgin.jpg?v=9f8264e5ca6c5020641f384442ae638f&imageMogr2/format/webp)
/0/18501/coverorgin.jpg?v=1c0a6787d21223048282c0da9b5c5c48&imageMogr2/format/webp)
/0/6216/coverorgin.jpg?v=db880a810232cf3ff786cc26586d1d44&imageMogr2/format/webp)
/0/16314/coverorgin.jpg?v=f7760b193126c15b01909383c73fff86&imageMogr2/format/webp)
/0/18210/coverorgin.jpg?v=31158ae1ed59c383e87f44cd82f6a431&imageMogr2/format/webp)
/0/20085/coverorgin.jpg?v=c11c58d093f88da76b9d87a463df2f63&imageMogr2/format/webp)
/0/5473/coverorgin.jpg?v=7d7f596c03bc4022435fb342953ea158&imageMogr2/format/webp)
/0/23524/coverorgin.jpg?v=bf28a9667d89a8d0ddd15401e2bbb7f8&imageMogr2/format/webp)
/0/15361/coverorgin.jpg?v=697efa12926cba2f1d5874822d85ce34&imageMogr2/format/webp)
/0/25397/coverorgin.jpg?v=0cb13dfc914c9b1b60a5b17518e53657&imageMogr2/format/webp)
/0/17039/coverorgin.jpg?v=b364f801f3c2f1d8c3b06d2a68893128&imageMogr2/format/webp)
/0/21538/coverorgin.jpg?v=99986d535c531f7544eb427d9a9de245&imageMogr2/format/webp)
/0/22002/coverorgin.jpg?v=20aae04726b1eeebc847af65d7f6f52f&imageMogr2/format/webp)
/0/7432/coverorgin.jpg?v=cdad065e9d03d2602fa89d649f5f3d93&imageMogr2/format/webp)
/0/14039/coverorgin.jpg?v=0b70ca6f55c1d6c7dadd208270d4bb0c&imageMogr2/format/webp)
/0/29134/coverorgin.jpg?v=d5095396478c7a98b6fbb731fc04e886&imageMogr2/format/webp)
/0/12318/coverorgin.jpg?v=92463296cacd01955ba2c61ad1cc7369&imageMogr2/format/webp)
/0/19583/coverorgin.jpg?v=dbcc1ce290daebd393b9182962021d9a&imageMogr2/format/webp)