Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Matahari terbenam di ufuk barat, menyapa langit senja dengan warna jingga kemerahan. Lampu-lampu kota mulai berkedip, menyapa malam yang akan datang. Di tengah hiruk pikuk kota, sebuah pesta pernikahan sedang berlangsung meriah. Clara, dengan gaun putihnya yang berkilauan, berdiri di altar, tangannya digenggam erat oleh Ardi, pria yang akan menjadi suaminya. Senyum merekah di wajah keduanya, menandakan kebahagiaan yang terpancar dari hati mereka.
"Saya bersedia," ucap Clara, suaranya bergetar sedikit, namun tetap teguh.
"Saya bersedia," jawab Ardi, matanya berkaca-kaca.
Sorak sorai dan tepuk tangan memenuhi ruangan. Para tamu bersorak gembira, menyaksikan momen sakral yang menandai awal perjalanan hidup baru bagi kedua insan yang tengah dimabuk cinta.
Suasana pesta pernikahan begitu hangat dan penuh keceriaan. Lagu-lagu cinta mengalun merdu, menyapa telinga para tamu yang larut dalam kebahagiaan. Clara dan Ardi menari bersama, tubuh mereka berayun mengikuti irama musik. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka, seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua.
Namun, di balik senyuman manis yang menghiasi wajah Clara, tersembunyi sebuah ketegangan halus yang hanya dapat dirasakan oleh dirinya sendiri. Ada rasa takut yang menggerogoti hatinya, meskipun ia berusaha keras untuk menyembunyikannya. Clara merasa ada sesuatu yang tidak beres, sesuatu yang mengancam untuk menghancurkan kebahagiaan yang baru saja diraihnya.
"Clara, kau baik-baik saja?" tanya Ardi, memeluk pinggang Clara erat.
Clara tersenyum, berusaha meyakinkan Ardi bahwa ia baik-baik saja. "Tentu, aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah saja."
Ardi mencium kening Clara, "Istirahatlah sebentar, sayang. Nanti malam kita akan berdansa lagi."
Clara mengangguk, matanya menatap kosong ke arah para tamu yang masih asyik berpesta. Ia merasa terasing, seperti berada di dunia yang berbeda.
Malam semakin larut, pesta pernikahan pun berakhir. Clara dan Ardi meninggalkan pesta dengan perasaan campur aduk. Kebahagiaan bercampur dengan rasa takut yang tak kunjung hilang.
Di tengah perjalanan menuju rumah baru mereka, Clara merasakan tangan Ardi menggenggam tangannya dengan erat. "Aku mencintaimu, Clara," bisik Ardi.
Clara tersenyum, "Aku juga mencintaimu, Ardi."
Namun, di dalam hatinya, Clara masih dihantui oleh rasa takut yang tak terjelaskan. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Ardi, sesuatu yang mengancam untuk menghancurkan kebahagiaan mereka.
Mereka tiba di rumah baru mereka, sebuah rumah sederhana namun nyaman. Ardi membuka pintu, menyambut Clara dengan senyuman hangat. "Selamat datang di rumahmu, sayang."
Clara melangkah masuk, matanya terpaku pada interior rumah yang sederhana namun elegan. Ia merasakan sedikit ketenangan, namun rasa takut itu masih membayangi pikirannya.
"Aku akan menyiapkan kamar tidur kita," ucap Ardi. "Kau istirahatlah dulu."
Clara mengangguk, ia berjalan menuju kamar tidur, matanya masih terpaku pada setiap sudut ruangan. Ia merasakan ada sesuatu yang janggal, sesuatu yang tidak seharusnya ada di sana.
Clara menghela napas, berusaha untuk menenangkan diri. Ia harus melupakan rasa takut itu, ia harus menikmati malam pertama pernikahannya dengan Ardi.
Namun, saat ia berbaring di tempat tidur, rasa takut itu kembali muncul. Clara merasakan ada seseorang yang mengawasinya, seseorang yang mengintai di balik bayangan.
"Ardi?" panggil Clara, suaranya gemetar.
Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang menyelimuti ruangan. Clara merasakan jantungnya berdebar kencang, tubuhnya gemetar tak terkendali.
Ia mencoba untuk bangkit, namun tubuhnya terasa lemas. Ia merasakan sesuatu yang dingin menyentuh lehernya, sebuah pisau yang tajam.
"Siapa kau?" tanya Clara, suaranya nyaris tak terdengar.
Sebuah suara dingin menjawab, "Aku orang yang akan membantumu untuk menemukan kebahagiaan sejati."
Clara terdiam, matanya terbelalak ketakutan. Ia tidak tahu siapa orang itu, namun ia tahu bahwa orang itu berbahaya.
"Siapa kau?" tanya Clara lagi, suaranya bergetar.
"Aku adalah orang yang tahu rahasiamu, Clara," jawab suara itu. "Rahasia yang akan menghancurkan hidupmu."
Clara merasakan tubuhnya semakin lemas, pandangannya mulai kabur. Ia merasakan pisau itu menusuk lehernya, darah mengalir deras membasahi bantal tempat tidurnya.
"Selamat tinggal, Clara," bisik suara itu.
Clara terjatuh ke tempat tidur, matanya terpejam, tubuhnya tak berdaya.
Keesokan paginya, Ardi terbangun dan mendapati tempat tidur kosong. Clara sudah tidak ada. Ia panik, mencari Clara ke seluruh penjuru rumah, namun tak menemukannya.