Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Rahasia Pengantin Tersembunyi Tuan Muda

Rahasia Pengantin Tersembunyi Tuan Muda

Isti Aninda Maymanah

5.0
Komentar
Penayangan
5
Bab

Adelia menggantikan kakaknya, Helia, yang menghilang tanpa jejak. Dalam sekejap, Adelia mendapati dirinya di altar, menikahi laki-laki yang hidupnya selama ini hanya dikenal sebagai rumor-Darren Aditya, putra ketiga dari keluarga Aditya, konglomerat terbesar di negeri ini. Darren, yang terkenal dengan sikap dinginnya, cacat fisik yang membuatnya selalu memakai penutup wajah, dan sifat yang rumit, dianggap sebagai pria yang tak bisa didekati. Ia digambarkan sebagai sosok yang keras, berbahaya, dan seringkali dihias dengan amarah yang tak terkendali. Namun, dibalik semua itu, siapa yang dapat membayangkan bahwa pria di hadapannya ini menyimpan sebuah rahasia besar? Ketika Adelia mencoba memahami Darren lebih jauh, di luar dugaan, ia menemukan sisi lain dari pria tersebut-sisi yang penuh luka, kerinduan, dan keinginan yang terpendam dalam kesunyian.

Bab 1 merasakan kata-kata itu menggema di seluruh tubuhnya

Matahari sore menembus celah-celah awan, menciptakan jalur cahaya keemasan yang terpantul di lantai marmer yang dingin. Adelia berdiri di depan cermin besar di kamar pengantin, melihat refleksi dirinya yang tak lebih dari bayangan seorang wanita yang terperangkap dalam takdir yang tak ia pilih. Gaun putih panjang yang dihiasi renda perak menempel erat di tubuhnya, seakan memperingatkan betapa mustahilnya dia untuk melarikan diri.

Ada ratusan bunga yang teratur di sekitar ruangan, aroma melati dan mawar mengisi udara, tetapi bagi Adelia, semua itu hanya membebani napasnya yang sudah terengah-engah.

Ia menutup mata, mencoba menenangkan pikirannya. "Ini hanya sementara. Setelah ini, aku bisa kembali ke kehidupan normal," katanya dalam hati, meski suaranya terdengar rapuh, seperti bisikan yang tak cukup kuat untuk menenangkan kegelisahan yang menguasai tubuhnya.

"Aku berharap semua ini hanya mimpi," Adelia bergumam, merasakan embusan angin dari luar yang menyapu rambutnya. Tetapi kenyataan tak pernah bisa digantikan dengan angan-angan. Ini adalah hidupnya sekarang, hidup yang harus ia jalani tanpa ada jalan lain. Suara langkah kaki yang berat membuatnya terkejut, jantungnya berpacu lebih cepat, seakan ingin melompat keluar dari dada.

Pintu kamar terbuka perlahan, dan seorang pria berdiri di sana, tubuhnya tegap dengan aura yang sulit untuk dijelaskan. Darren Aditya. Wajahnya yang tertutup kain hitam hanya menampilkan mata tajam yang penuh misteri, seolah menyimpan kebijaksanaan dan kepedihan yang tak bisa ditangkap oleh mata biasa. Di tangannya, tongkat hitam yang terbuat dari kayu keras menggantung, seakan menjadi simbol dari kekuatan dan penderitaan yang ia miliki.

Adelia menelan ludah. Suasana menjadi sunyi, hanya suara desahannya yang memenuhi ruangan, mencampur dengan detak jantung yang seakan membanjiri telinga. Darren tidak segera berbicara. Ia hanya memandang Adelia dengan ekspresi yang sulit diartikan-seseorang yang seolah sudah lelah dengan semua yang terjadi, tapi masih berusaha untuk bertahan.

"Adelia," suara Darren memecah keheningan, berat dan dalam, seakan berasal dari dasar lautan. "Sudah waktunya."

Adelia mengangguk, mencoba meraih keberanian yang sudah lama hilang. Matanya yang besar menatap pria itu, mencoba menemukan sesuatu di balik topeng yang selalu menutupi wajahnya. Mungkin ini saatnya ia menemukan jawabannya, mungkin ini saatnya kebenaran tentang pria ini terungkap.

"Apakah... kau tahu apa yang aku rasakan?" Adelia bertanya, suaranya gemetar, seakan takut akan jawaban yang mungkin muncul.

Darren menghela napas, dan sebuah kerutan muncul di dahi yang tertutup kain itu. "Kau tidak perlu memahaminya sekarang, Adelia. Tapi aku ingin kau tahu, aku tidak memilih ini. Aku tidak memilih untuk hidup seperti ini. Dan aku juga tidak memilih untuk membuatmu terjebak dalam permainan ini."

Adelia memandangnya, matanya mulai basah. Ada kejujuran dalam suara Darren yang membuat hatinya terasa terhimpit. Di balik segala keangkuhan dan misteri, ada kepedihan yang begitu nyata. Dan itu membuatnya bertanya-tanya, apakah mungkin pria ini hanya sekadar korban dari sebuah takdir yang kejam, seperti dirinya?

"Kenapa?" Adelia bertanya, suaranya penuh harapan yang dipenuhi rasa takut. "Kenapa aku harus menjadi bagian dari semua ini?"

Darren mengalihkan pandangannya ke arah jendela besar yang menghadap ke taman. Taman itu, dengan bunga-bunga berwarna cerah dan air mancur yang gemericik, tampak sangat kontras dengan suasana hatinya. Seolah, di luar sana, dunia berjalan seperti biasa, tetapi di dalam ruangan ini, segala sesuatu sedang berguncang.

"Karena ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar kita berdua," Darren berkata, nadanya mulai melembut. "Ada sesuatu yang mengikat kita, Adelia. Dan aku takut, kau akan mengerti betapa besar pengorbanan yang harus kita lakukan. Bukan hanya untuk aku, tapi untuk semua orang di sekitar kita."

Adelia mendekat, merasakan jarak antara mereka yang semakin dekat. "Aku ingin tahu, Darren. Aku ingin tahu kebenaran, meski itu menyakitkan."

Darren menatapnya, seolah mencari sesuatu di dalam mata Adelia, sesuatu yang bisa membantunya membuat keputusan. Beberapa saat hening mengisi ruang di antara mereka, sebelum akhirnya ia mengangguk. "Baiklah, Adelia. Jika itu yang kau inginkan, aku akan memberitahumu segala sesuatu. Tapi kau harus siap. Kebenaran ini mungkin akan menghancurkanmu."

Adelia menatap pria itu, matanya berbinar dengan tekad yang baru lahir. "Aku siap, Darren. Aku harus siap."

Darren menghela napas, seolah baru saja melepaskan beban besar. Ia melangkah maju, mendekatkan wajahnya pada Adelia hingga jarak di antara mereka hanya beberapa inci. Ia mengangkat tangannya, merasakan getaran di dalam dirinya yang selama ini terkunci rapat. "Jika kau benar-benar siap, Adelia, maka aku akan memulai dengan satu hal: Aku bukan hanya seorang pria yang lemah, cacat, dan terkutuk. Aku adalah orang yang dihukum oleh kesalahan yang bukan milikku."

Adelia membeku, merasakan kata-kata itu menggema di seluruh tubuhnya. Kebenaran ini lebih berat dari yang dia kira, lebih gelap dari kegelapan malam. Namun di dalam hati kecilnya, ia tahu bahwa saat-saat ini adalah awal dari perjalanan yang akan mengubah hidupnya selamanya.**Bab 1: Takdir yang Tak Terelakkan**

Matahari sore menembus celah-celah awan, menciptakan jalur cahaya keemasan yang terpantul di lantai marmer yang dingin. Adelia berdiri di depan cermin besar di kamar pengantin, melihat refleksi dirinya yang tak lebih dari bayangan seorang wanita yang terperangkap dalam takdir yang tak ia pilih. Gaun putih panjang yang dihiasi renda perak menempel erat di tubuhnya, seakan memperingatkan betapa mustahilnya dia untuk melarikan diri. Ada ratusan bunga yang teratur di sekitar ruangan, aroma melati dan mawar mengisi udara, tetapi bagi Adelia, semua itu hanya membebani napasnya yang sudah terengah-engah.

Ia menutup mata, mencoba menenangkan pikirannya. "Ini hanya sementara. Setelah ini, aku bisa kembali ke kehidupan normal," katanya dalam hati, meski suaranya terdengar rapuh, seperti bisikan yang tak cukup kuat untuk menenangkan kegelisahan yang menguasai tubuhnya.

"Aku berharap semua ini hanya mimpi," Adelia bergumam, merasakan embusan angin dari luar yang menyapu rambutnya. Tetapi kenyataan tak pernah bisa digantikan dengan angan-angan. Ini adalah hidupnya sekarang, hidup yang harus ia jalani tanpa ada jalan lain. Suara langkah kaki yang berat membuatnya terkejut, jantungnya berpacu lebih cepat, seakan ingin melompat keluar dari dada.

Pintu kamar terbuka perlahan, dan seorang pria berdiri di sana, tubuhnya tegap dengan aura yang sulit untuk dijelaskan. Darren Aditya. Wajahnya yang tertutup kain hitam hanya menampilkan mata tajam yang penuh misteri, seolah menyimpan kebijaksanaan dan kepedihan yang tak bisa ditangkap oleh mata biasa. Di tangannya, tongkat hitam yang terbuat dari kayu keras menggantung, seakan menjadi simbol dari kekuatan dan penderitaan yang ia miliki.

Adelia menelan ludah. Suasana menjadi sunyi, hanya suara desahannya yang memenuhi ruangan, mencampur dengan detak jantung yang seakan membanjiri telinga. Darren tidak segera berbicara. Ia hanya memandang Adelia dengan ekspresi yang sulit diartikan-seseorang yang seolah sudah lelah dengan semua yang terjadi, tapi masih berusaha untuk bertahan.

"Adelia," suara Darren memecah keheningan, berat dan dalam, seakan berasal dari dasar lautan. "Sudah waktunya."

Adelia mengangguk, mencoba meraih keberanian yang sudah lama hilang. Matanya yang besar menatap pria itu, mencoba menemukan sesuatu di balik topeng yang selalu menutupi wajahnya. Mungkin ini saatnya ia menemukan jawabannya, mungkin ini saatnya kebenaran tentang pria ini terungkap.

"Apakah... kau tahu apa yang aku rasakan?" Adelia bertanya, suaranya gemetar, seakan takut akan jawaban yang mungkin muncul.

Darren menghela napas, dan sebuah kerutan muncul di dahi yang tertutup kain itu. "Kau tidak perlu memahaminya sekarang, Adelia. Tapi aku ingin kau tahu, aku tidak memilih ini. Aku tidak memilih untuk hidup seperti ini. Dan aku juga tidak memilih untuk membuatmu terjebak dalam permainan ini."

Adelia memandangnya, matanya mulai basah. Ada kejujuran dalam suara Darren yang membuat hatinya terasa terhimpit. Di balik segala keangkuhan dan misteri, ada kepedihan yang begitu nyata. Dan itu membuatnya bertanya-tanya, apakah mungkin pria ini hanya sekadar korban dari sebuah takdir yang kejam, seperti dirinya?

"Kenapa?" Adelia bertanya, suaranya penuh harapan yang dipenuhi rasa takut. "Kenapa aku harus menjadi bagian dari semua ini?"

Darren mengalihkan pandangannya ke arah jendela besar yang menghadap ke taman. Taman itu, dengan bunga-bunga berwarna cerah dan air mancur yang gemericik, tampak sangat kontras dengan suasana hatinya. Seolah, di luar sana, dunia berjalan seperti biasa, tetapi di dalam ruangan ini, segala sesuatu sedang berguncang.

"Karena ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar kita berdua," Darren berkata, nadanya mulai melembut. "Ada sesuatu yang mengikat kita, Adelia. Dan aku takut, kau akan mengerti betapa besar pengorbanan yang harus kita lakukan. Bukan hanya untuk aku, tapi untuk semua orang di sekitar kita."

Adelia mendekat, merasakan jarak antara mereka yang semakin dekat. "Aku ingin tahu, Darren. Aku ingin tahu kebenaran, meski itu menyakitkan."

Darren menatapnya, seolah mencari sesuatu di dalam mata Adelia, sesuatu yang bisa membantunya membuat keputusan. Beberapa saat hening mengisi ruang di antara mereka, sebelum akhirnya ia mengangguk. "Baiklah, Adelia. Jika itu yang kau inginkan, aku akan memberitahumu segala sesuatu. Tapi kau harus siap. Kebenaran ini mungkin akan menghancurkanmu."

Adelia menatap pria itu, matanya berbinar dengan tekad yang baru lahir. "Aku siap, Darren. Aku harus siap."

Darren menghela napas, seolah baru saja melepaskan beban besar. Ia melangkah maju, mendekatkan wajahnya pada Adelia hingga jarak di antara mereka hanya beberapa inci. Ia mengangkat tangannya, merasakan getaran di dalam dirinya yang selama ini terkunci rapat. "Jika kau benar-benar siap, Adelia, maka aku akan memulai dengan satu hal: Aku bukan hanya seorang pria yang lemah, cacat, dan terkutuk. Aku adalah orang yang dihukum oleh kesalahan yang bukan milikku."

Adelia membeku, merasakan kata-kata itu menggema di seluruh tubuhnya. Kebenaran ini lebih berat dari yang dia kira, lebih gelap dari kegelapan malam. Namun di dalam hati kecilnya, ia tahu bahwa saat-saat ini adalah awal dari perjalanan yang akan mengubah hidupnya selamanya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Isti Aninda Maymanah

Selebihnya
Mantan Kekasihku CEO Psikopat

Mantan Kekasihku CEO Psikopat

Romantis

5.0

Alya Rahayu adalah seorang wanita berusia 23 tahun, dengan kecantikan yang memancarkan kehangatan dan kelembutan. Meskipun hidup di tengah keluarga yang penuh kasih, Alya merasa ada yang kurang, seolah ada sisi dirinya yang hilang di kota kecil tempat ia dibesarkan. Lulus dengan gelar di bidang Hubungan Masyarakat, Alya memutuskan untuk pindah ke Jakarta demi mewujudkan impiannya yang sudah lama terpendam-menjadi seorang profesional di dunia industri. Namun, saat tiba di Jakarta, nasibnya tak sebaik yang dibayangkan. Di tengah hiruk-pikuk ibukota, dompetnya dicopet, semua dokumen penting hilang, dan uang sewa bulan pertama belum ada. Kegelisahan semakin memburuk ketika ia mendapati diri di depan gedung perusahaan impian, hanya untuk menemui sosok yang tak asing. Pria itu, Dira Pratama, CEO muda yang sukses dan disegani, adalah mantan kekasihnya yang hilang tanpa jejak lima tahun lalu. Dira yang sekarang, jauh lebih dingin dan penuh rahasia, membangkitkan rasa takut dan rindu yang terpendam dalam hati Alya. "Alya, kamu di sini?" Suara Dira, yang dulu lembut dan penuh kasih, kini terasa seperti bisikan angin dingin. Wajahnya yang tampan, dengan mata tajam dan senyum yang menyimpan banyak misteri, membuat jantung Alya terhenti sejenak. Di balik kepiawaiannya dalam dunia bisnis, ada sisi gelap yang sulit dipahami-kekuasaan yang mengendalikan, dan obsesi yang menggerogoti. Di balik kilauan kesuksesan Dira, ada jejak kelam yang tak pernah Alya ketahui. Dira memiliki ambisi yang lebih besar dari sekadar uang dan popularitas; dia ingin membuktikan pada dunia bahwa dia tak pernah gagal, dan Alya adalah bagian dari masa lalu yang tidak akan pernah dia maafkan. Saat Alya mulai bekerja di perusahaan itu, perasaan lama dan trauma yang sudah lama disimpan mulai bangkit, berbaur dengan kenyataan bahwa sekarang, Dira adalah atasan yang harus dihadapinya. Namun, seiring berjalannya waktu, Alya menyadari bahwa perasaan cinta dan kebencian itu saling bertautan dalam benaknya, seperti utas yang tak bisa terlepas. Dira, dengan segala kegelapan dan keangkuhannya, mulai melihat sisi lain dari Alya-sisi yang tidak ia kenal di masa lalu. Apakah Alya bisa menjaga hatinya tetap utuh di tengah kekuasaan dan rahasia Dira? Dan yang paling penting, apakah ia mampu menghadapi kebenaran mengapa Dira meninggalkannya lima tahun lalu, dan apa arti cinta mereka yang sebenarnya?

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku