/0/14428/coverorgin.jpg?v=e673db163036ee391c656ce0b40786ba&imageMogr2/format/webp)
Seorang gadis bertubuh gemuk terbangun seraya menutupi tubuhnya dengan selimut. Itu adalah Reya Yasmitha, 22 tahun pemilik tubuh gempal dan tinggi seberapa. Bukan tipe ideal untuk seorang pelakor. Jika kalian membaca pelakor, itu benar. Dua tahun belakangan ia sibuk menjadi simpanan Juniar Adi Pranaja, pria berusia 42 tahun yang mungkin lebih pantas dikatakan ayahnya sendiri.
Juniar seorang pengusaha sukses, Adidaya Raja Tekstil adalah perusahaan turun menurun milik keluarganya yang kini menjadi tanggung jawabnya. Jangan tanya tentang kekayaan, ia juga memiliki banyak usaha lainnya termasuk kerjasama dibidang resor juga dunia hiburan.
Reya membuka matanya menatap pria di sampingnya yang kini terpejam. Om Jun, begitu Reya memanggil kekasihnya, ungkapan sayang dari gadis itu. Katakan saja Reya gila, tapi Jun punya sejuta pesona yang ia punya selain uang yang memang jangan ditanya jumlahnya berapa. Tatapannya mengintimidasi, rahang tegas, tubuh yang paripurna, terlebih perhatiannya. Boleh dikatakan kalau Jun punya pesonanya sendiri, lesung pipi saat tersenyum punya magnet luar biasa. Oke baiklah, tampan itu relatif. Namun, Jun memang sesempurna itu di mata Reya. Kini segalanya tentang Jun itu luar biasa.
Gadis bertubuh tambun itu baru saja akan bangkit dari rebah setelah lelahnya pergumulan yang ia lakukan. Tangan Jun menahan meski matanya terpejam.
"Istirahat dulu," kata Jun.
"Katanya, Om mau aku masakin makan siang?" tanya Reya. Saat datang tadi, Jun mengatakan ia ingin makan siang. Menyantap masakan yang dimasak langsung oleh Reya.
Jun membuka mata, tersenyum kemudian. "Saya mau makan nanti. Mana tega saya biarin kamu capek-capek masak setelah saya buat kamu capek. Hmm? Istirahat dulu ya, sayang."
Reya mengambil selimut dan melilitkan ke tubuhnya, lalu melangkah ke kamar mandi. "Om tidur aja, aku tetap mau masak."
Jun hela napas. Memang susah bicara dengan si keras kepala satu ini, batinnya. "Ya udah terserah kamu." Ia kemudian kembali merebahkan tubuh dan memejamkan mata.
Reya memakai pakaian dan kini berjalan ke dapur di apartemen mereka. Jun suka masakan rumahan sederhana. Dulu mendiang ibunya suka membuatkan masakan rumahan. Ketika ia mencicipi masakan Reya ia ingat masakan sang ibu. Bukan berarti ia tak menyantap masakan rumahan di rumah utamanya. Hanya saja, ia merasa rasanya berbeda ketika Reya yang membuat. Ya, bisa saja itu hanya rayuan gombal si Om, tapi sepertinya Reya jadi sedikit besar kepala dengan pujian Juniar.
Aroma masakan menyeruak, terutama saat kini Reya menumis sambal sebagai langkah akhir dari kegiatannya memuaskan kekasihnya. Dari dalam kamar terdengar suara bersin yang buat gadis itu terkekeh geli.
Tak lama Jun berjalan ke luar dari kamar lalu menghampiri Reya. Berdiri tepat di samping gadis itu, lalu menyibak poni Reya menunjukkan kening lebar kekasihnya dan segera ia kecup. Sementara Reya dengan segera menutup kembali poni yang menutupi aibnya.
Reya tak suka poninya disibak menunjukkan kening lebarnya dan itu buat ia membecik, menggemaskan. "Om ih, kebiasaan."
"Kenapa sih? Selalu bermasalah sama jidat? Jenong gitu, saya kan tetap sayang sama kamu," kekeh Jun sambil mencubit bibir Reya.
"Enggak jenong ya Om. Cuma lebar."
"Lalu apa bedanya?"
"Jenong itu menonjol ke depan. Jidat aku enggak," protes Reya dengan tatapan kesal hingga buat keningnya bertaut.
Juna tertawa geli sendiri melihat kelakuan Reya. Reya menggerakkan matanya seolah meminta pria itu duduk di meja makan. Jun menurut dan ia kini berjalan, lalu duduk di kursi menunggu Reya menyajikan makan siang.
Reya segera membawa sajian terakhir menuju meja makan. tadi ia sudah selesai membuat sup ayam, pergedel, dan telur dadar. Tak membuat masakan yang sulit karena ia tak sempat berbelanja. Lalu dengan telaten, ia menyajikan ke atas piring. Sudah hapal betul porsi maan kekasihnya.
"Ini," katanya kemudian meletakkan piring ke hadapan Jun. "Ah, lupa minum. Tunggu sebentar Om."
"Biar saya yang ambil," kata pria itu, kemudian berjalan ke dapur untuk mengambil air putih dalam botol dan juga gelas yang sudah disiapkan Reya kemudian dengan segera berjalan kembali ke meja makan.
"Terima kasih Om sayang," ucap Reya.
Jun mengacak rambut Reya kemudian kembali duduk. Ia kemudian menyantap makan siang yang tersaji.
/0/12391/coverorgin.jpg?v=df9bc69e28f044837769e4a0005ff9ff&imageMogr2/format/webp)
![[BUKAN] PELAKOR](https://cos-idres.cdreader.com/site-414(new)/0/2167/coverorgin.jpg?v=db428b5a3581aded04844622906c9a50&imageMogr2/format/webp)
/0/6433/coverorgin.jpg?v=1420b19d6e6bc2d76777bd556d270fb1&imageMogr2/format/webp)
/0/10259/coverorgin.jpg?v=54169c1f5c1549138ff5f1f1622f939d&imageMogr2/format/webp)
/0/13576/coverorgin.jpg?v=5d82f09b814dd1b96a2f33a312ae4530&imageMogr2/format/webp)
/0/5026/coverorgin.jpg?v=6b0541cf5ce5c276a47550f412b121d4&imageMogr2/format/webp)
/0/23723/coverorgin.jpg?v=20250526182732&imageMogr2/format/webp)
/0/24665/coverorgin.jpg?v=a18e649a39800399143780954e35dbd1&imageMogr2/format/webp)
/0/6280/coverorgin.jpg?v=03b729dd0330ea7e2218765380599657&imageMogr2/format/webp)
/0/10426/coverorgin.jpg?v=76818ceee2f802563efd68fcee7c15a5&imageMogr2/format/webp)
/0/6539/coverorgin.jpg?v=b442eb536248e6caa6553a30e37250fd&imageMogr2/format/webp)
/0/15160/coverorgin.jpg?v=67322a6b9774f084cd89dd3bd3030239&imageMogr2/format/webp)
/0/17322/coverorgin.jpg?v=42ab220d18228ed2cbfbbe34b318616c&imageMogr2/format/webp)
/0/14964/coverorgin.jpg?v=09ec48223a6c7d9943b46b4f335ee878&imageMogr2/format/webp)
/0/2353/coverorgin.jpg?v=ca42abac3b8baf56298ef01259a92c41&imageMogr2/format/webp)
/0/18739/coverorgin.jpg?v=69320e4e03ae4c8dae28e6dc0f0fcd99&imageMogr2/format/webp)