Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kehidupan Raya sangat berliku-liku dan penuh cobaan, dia adalah gadis cantik dan cerdas tapi sudah yatim piatu sejak remaja. Hidupnya kadang ditopang kerabatnya tapi mereka menuntut Raya untuk balas budi sedangkan bantuan yang sudah diberikan adalah hutang yang harus dibayar lunas.
Raya sempat ingin bekerja di luar negeri untuk membalas budi kepada tante dan pamannya tapi batal karena ada satu hal yang menghalanginya untuk bekerja di sana. Kehidupannya berubah setelah bertemu dengan janda kaya bernama Saparingga, seorang wanita cantik yang selalu membagikan sembako untuk warga kurang mampu. Saparingga yang akrab dipanggil Ibu Sapar sudah tertarik pada Raya sejak pertama kali bertemu ketika memberikan sembako di rumah dinas kepala desa. Senyum indah dan merekah, keramahan dan kesopanannya yang membuat Sapar terpesona.
Sapar memaksa Raya agar mau dijodohkan dengan putra semata wayangnya yang bernama Ares. Awalnya gadis cantik itu menolak. Tapi karena tekanan kerabat yang selalu menuntutnya untuk membayar hutang, akhirnya dengan berat hati Raya menerima tawaran tersebut.
Dua Minggu kemudian, dalam kondisi hati yang sakit dan terluka, Raya pun menikah dengan Ares. Mereka menggelar pesta mewah dan dihadiri tamu terhormat. Herannya, Ares yang ganteng tidak menunjukkan wajah ceria dan bahagia. Dia terlalu dingin dan kaku. Sedangkan Raya berusaha tegar dan tersenyum di depan tamu undangan.
Setelah pesta pernikahan itu selesai, Raya diboyong ke sebuah villa mewah yang terdapat di kawasan Bogor. Letaknya di puncak yang sejuk dan jauh dari keramaian. Tiba di sana, Raya baru bisa menyunggingkan senyumnya karena melihat bangunan dengan arsitektur unik, seraya menapaki halaman yang sudah ditumbuhi rumput halus namun ada angin yang berhembus hingga membuat bulu remangnya berdiri.
Raya terperangah ketika melihat sebuah plang bernama "Villa Mawar Merah" yang terpasang di atas pagar besi.
"Villa Mawar Merah, itu ya namanya. Bagus banget Villanya," gumam Raya.
"Ini buat kalian berumahtangga, kasih Mama seorang cucu ya, biar gak sepi lagi. Oh iya, Mama di sini cuma sehari aja, besok pulang lagi ke Jakarta, mau ada perlu," ucap Sapar.
"Mas, kita masuk yuk, aku penasaran isinya kayak apa," ajak Raya yang antusias ingin segera memasuki villa.
"Dasar cewek miskin, baru kali ini ya punya rumah bagus, maklum kan kamu biasa tinggal di gubuk kambing, jadi lihat villa begini aja kayak lihat istana," ucap Ares ketus.
"Mas, wajahmu ganteng kayak orang timur tengah tapi kalau ketus gitu jadi kelihatan menyeramkan," sindir Raya.
Ares tersenyum sinis. Ia berkata," Ada yang lebih menyeramkan daripada ini. Ayo, kita masuk saja."
Ares bermurah hati membukakan pintunya, kemudian ada angin yang berhembus dan membawa aroma tidak sedap sampai Raya merasa mual, lalu dia bergegas ke belakang untuk muntah. Setelah mengeluarkan isi perutnya, Raya hendak kembali ke depan.
Tiba-tiba ada angin berhembus namun kali ini terasa sejuk dan segar. Raya menghirup udaranya yang wangi dedaunan kering, seraya menengadah, melihat langit yang sudah memutih. Ia berkata," Ibu, bapak, sekarang Raya sudah menikah dengan orang kaya, hutang kita pasti segera lunas, meskipun aku masih berat untuk menerima."
"Raya," pekik Sapar yang memanggilnya dari depan rumah.
"Iya," sahutnya. Raya berlari menuju Villa. Tapi, salah satu sepatunya yang berwarna merah malah terlepas. Dia hendak mengambilnya tapi sandal itu bergeser sendiri seperti ada yang menariknya.
Raya terdiam, matanya fokus memperhatikan sepatu kanannya, lalu benda itu bergeser lagi seperti ada yang menariknya.
"Padahal gak ada angin kencang, kok bisa gerak sendiri?" Gumam Raya. Seraya mengalihkan tatapan matanya ke depan namun tidak ada siapapun. Saking paniknya, dia membuka sepatu kaki kirinya lalu berlari menuju Villa.
Pintu Villa masih terbuka, Raya pun masuk tanpa permisi. Tapi, tak sengaja menabrak Ares hingga kaki Raya terpeleset dan sepatu merah itu terpental.
"Hati-hati!" Pekik Ares. Lalu, dia menangkap Raya dan jatuh ke pelukannya.
"Aaarrrghhhhh!" Sapar menjerit terkena hantaman sepatu merah yang mengenai bahunya. Seketika matanya terbelalak ketika menyaksikan Ares yang sedang memeluk Raya.
Bruk!