/0/16821/coverorgin.jpg?v=12a7363d56d48ac65197b270d1e45d7e&imageMogr2/format/webp)
Suara alat-alat rumah sakit menggema ditelinga anak perempuan itu, dia sedang menangisi ibunya yang telah lama tidak mau membuka mata lagi. Di umur yang masih sangat kecil, gadis itu harus mengenal rasa sakit hati, kesepian, sendirian. Ya, gadis kecil itu menunggu Ibunya setiap hari agar terbangun dari tidur panjangnya.
Suara tangisannya semakin keras, disusul dengan suara mendengung dari layar pendeteksi detak jantung yang menunjukkan gelombang dan kini berubah menjadi garis lurus. Para perawat datang ke ruangan itu, tubuh gadis kecil itu digendong oleh salah satu perawat wanita dan membawanya menjauh dari ibunya yang dia ketahui sudah meniggal dunia.
Disaat anak seusianya bermain-main hingga tak ingat waktu, memainkan banyak permainan bersama teman-temannya seperti main bola bekel, congklak, gobak sodor, engklek, ular tangga, boneka kertas, yoyo, petak umpet, atau main petasan dari tumbuhan. Terpikirkan saja tidak oleh Evelyn Restama, anak 6 tahun itu. Hidupnya bak ratu yang terkurung di istana mewah dengan banyak pengawal yang menjaganya, bergelimang harta dan tak pernah kekurangan namun tidak mengenal kata bahagia.
Hari terburuk dimulai sewaktu Evelyn sedang tertidur lelap di malam hari dan tidak sengaja terbangun karena merasa haus. Saat sampai di dapur, Evelyn mendengar suara benda terjatuh dengan keras, membuatnya tersentak. Niat untuk mengambil minum dia urungkan, rasa penasarannya sangat besar dibandingkan rasa hausnya.
Saat itu juga, diruangan tengah, Evelyn melihatnya. Dia melihat ayahnya menampar, menjambak dan membenturkan kepala ibunya ke tembok. Evelyn berteriak, berusaha menghentikan aksi gila ayah terhadap ibunya.
Ayah Evelyn akhirnya berhenti, keduanya terkejut melihat sosok gadis kecil berdiri di dekat tangga dengan air mata yang sudah berlinang. Ayahnya hendak menghampiri Evelyn namun gadis kecil itu lebih dulu berlari menaiki tangga untuk sampai ke atas menuju kamarnya lagi. Dia menutup pintu dan menguncinya. Suara Ayah Evelyn terdengar ada di balik pintu kamarnya, memanggil namanya dengan lembut. Tapi bujuk rayu apapun tidak akan bisa membuat Evelyn membuka pintunya, bahkan dia lebih baik tertidur dan menahan hausnya hingga besok pagi. Evelyn rela melakukan itu dibandingkan harus membuka pintu dan melihat wajah ayahnya.
Evelyn masih mengingatnya dengan jelas kondisi Ibunya waktu itu, sudut bibir Ibu Evelyn sudah berdarah, matanya bengkak dan merah. Semenjak kejadian itu, Ayah Evelyn telah meninggalkan sebuah luka besar di hati Evelyn kecil. Ayah yang biasanya menjadi cinta pertama anak gadisnya, kali itu dia menjadi patah hati pertama Evelyn Restama.
****
Kehidupan di rumah berubah drastis.
/0/2956/coverorgin.jpg?v=20250120143208&imageMogr2/format/webp)
/0/5489/coverorgin.jpg?v=20250121171100&imageMogr2/format/webp)
/0/13147/coverorgin.jpg?v=220c2288aebdf51bc42495dd8ff8a46e&imageMogr2/format/webp)
/0/20521/coverorgin.jpg?v=29f934ca465529e6407b3f907af243ee&imageMogr2/format/webp)
/0/17930/coverorgin.jpg?v=20240419170156&imageMogr2/format/webp)
/0/9842/coverorgin.jpg?v=9a6e554bcaa7a45079ce24a6f2a592d4&imageMogr2/format/webp)
/0/12930/coverorgin.jpg?v=f1d178d85c4e24b2cfcbcc8d6f43c9ae&imageMogr2/format/webp)
/0/15873/coverorgin.jpg?v=49849c71aa44043d823653d11438a557&imageMogr2/format/webp)
/0/16988/coverorgin.jpg?v=fb6f5bc71b71ba673fd22385c858c968&imageMogr2/format/webp)
/0/26320/coverorgin.jpg?v=72709ea82d6b43347f5a9612b7ca8019&imageMogr2/format/webp)
/0/29679/coverorgin.jpg?v=3ce2b19260a523e3b9a35975a260c831&imageMogr2/format/webp)
/0/17164/coverorgin.jpg?v=5399f2d9a3016cf695306f21f6d38fe9&imageMogr2/format/webp)
/0/21572/coverorgin.jpg?v=20250114182904&imageMogr2/format/webp)
/0/2865/coverorgin.jpg?v=148b7c0297ea539ab197a845457d933d&imageMogr2/format/webp)
/0/6595/coverorgin.jpg?v=36080175ef3c9e6d890c9db59d2148c9&imageMogr2/format/webp)
/0/6637/coverorgin.jpg?v=a530a5398bc61eb694f5ea42202f4e80&imageMogr2/format/webp)
/0/15094/coverorgin.jpg?v=e47e40b3c69070a2e7c84429b1b2df6d&imageMogr2/format/webp)