Cinta yang Tersulut Kembali
Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
(Mereka masuk ke dalam kamar yang sama.)
Kubaca dengan seksama pesan dari seseorang yang kuminta untuk mengintai suamiku dan gundiknya.
(Baik, terima kasih,) balasku singkat.
Menarik nafas panjang untuk meredakan sesak yang ada dalam dada, aku keluar dari kamar hotel yang kini kutempati. Langkahku cepat bersama manager hotel yang sebelumnya kupinta bantuannya.
Tanpa mengetuk pintu dahulu. Pria yang berdiri di sampingku langsung menempelkan card key untuk kemudian pintu terbuka lebar.
Langkahku cepat masuk ke dalam kamar, melihat sepasang pria dan wanita tengah melakukan itu dengan keadaan tanpa sehelai benang pun.
Berdehem pelan, kulihat wajah keduanya yang langsung terperanjat dengan mata membulat, lalu buru-buru menarik selimut untuk menutupi raganya yang tak berbalut.
“Zea?!” lirih si gundik.
“Mama?” Pria yang berbalik dengan gundiknya itu melotot menatap ke arahku. Suamiku juga terkejut melihatku berdiri bersama beberapa orang yang salah satunya memegang handycam.
“Pakai pakaianmu, kita bicara.”
Mas Raga susah payah menelan saliva. Mungkin tak menyangka aku akan mempergokinya untuk yang kesekian kali.
Ya, dia adalah Mas Raga—suamiku. Untuk kesekian kalinya dia berselingkuh dengan wanita yang tidak pernah henti-hentinya mengajar dia.
Shevaya namanya.
Enam kali sudah ‘ku maafkan perbuatannya, tapi kali ini lebih keterlaluan. Mereka bahkan dengan teganya sedang melakukan hal itu.
Nyeri tentu saja, sakit hati apalagi. Tapi aku tak berdaya atas keadaan. Perpisahan yang pernah terpikirkan akan membuat orang-orang di sekitarku terluka.
Aku sering memergoki mereka di hotel hendak check in, di mobil sedang bercumbu, bahkan saat mereka berada di bandara. Keduanya terlihat bergandengan tangan tanpa malu dilihat oleh orang sekitar.
Suamiku berprofesi sebagai pilot dan gundiknya yang berprofesi sebagai seorang pramugari, memungkinkan keduanya untuk sering bepergian bersama, bahkan menginap di hotel yang sama saat fly ke berbagai kota atau negara.
Dan sekarang, untuk sekian kalinya aku harus mendapati kenyataan tentang suamiku yang doyan jajan dan selingkuh, dan lebih parahnya pada orang yang sama.
Benar-benar gila.
“Ma, aku minta maaf. Aku mengakui apa yang aku lakukan ini salah. Tapi aku tidak akan melakukannya lagi. Aku mohon kali ini, maafkan aku, ya?” pinta Mas Raga setelah kami berada di dalam kamarku.
Pria itu tadi mengikuti dengan tanpa pakaian. Dia hanya mengenakan celana pendek tak peduli dengan pandangan orang lain.
“Sudah berapa kali kamu meminta maaf, dan sudah berapa kali kamu berjanji untuk menghentikannya, Mas?” ucapku dingin.
Aku duduk di sofa dengan kaki bersilang. Tak lupa kupasang wajah dingin sebagai puncak kekesalanku padanya.
“Ini bukan kali pertama, tapi aku akan meyakinkanmu kalau ini yang terakhir kalinya. Aku mohon sekali lagi, maafkan aku, ya.”
Pria itu hendak mendekat dan menyentuh pipi, tapi buru-buru kudorong dadanya dengan kasar.
“Jangan sentuh aku dengan tangan jijikmu itu. Sebaiknya kamu mandi dan bersihkan diri,” hardikku kasar. Lalu melengos melihat wajahnya yang tanpa rasa bersalah.
“Oke, aku tahu kamu sedang marah sekarang. Tapi tidak apa-apa, aku sering minta maaf padamu. Jadi tolong lupakan kejadian barusan.”
Dengan entengnya pria itu berucap, lalu pergi mandi dan meninggalkan kamarku.
Aku mencebik dan meremas rambut berulang. Untuk kesekian kalinya hatiku dicabik-cabik oleh pria bernama Raga yang sudah menikahiku selama 6 tahun tersebut.