Cleo tidak pernah tahu jika jalan impian yang sudah terencana berubah. Saat kabur dari rumah Cleo harus bertemu dengan Patra kemudian sebuah hal di luar nalar terjadi. Keduanya menemukan bayi perempuan dan ayah mereka meminta Cleo dan Patra untuk menjadi orang tua bayi itu. Pernikahan itu tidak ada di daftar rencana, namun ada sebuah kebebasan dan mimpi yang keduanya inginkan. Akankah mereka akan terus menjadi orang tua bagi bayi itu? Atau mereka berpisah demi keinginan mereka? Ini kisah tentang menjadi orang tua baru
Cleo mulai menjalankan aksinya untuk kabur. Ia keluar lewat jendela ruang buku ketika takut akan ada yang memergokinya pergi. Hal itu tidak mustahil ketahuan ketika asisten rumah tangga milik Areliam sangat banyak. Semuanya terdiri dari 25 orang.
Ia membuka sebuah besi penutup gorong-gorong besar yang ada di belakang rumahnya. Sebelum keluar lewat jalan itu, Cleo memasang masker untuk penutup hidung. Barulah ia menunduk dan jalan dengan jongkok.
"Menjijikan sekali," gumam Cleo menitikan air matanya ketika tidak kuat dengan bau busuk yang menyengat.
Tiba-tiba saja Cleo berjingkat kaget ketika mendengar suara tikus yang mencicit.
"Aw ..." Ia mengerang setelahnya ketika kepalanya membentur atap gorong-gorong yang keras.
"Huwa ... apa ini karena aku sudah durhaka sama ayah?" tanya Cleo tiba-tiba menangis sesegukan.
Namun tangisannya hanya berlangsung beberapa detik saja. Setelah menghapus air matanya, ia langsung bersikap optimis.
"Zein, aku datang kepadamu." Wanita itu kembali merangkak.
Dua menit berada di dalam gorong-gorong yang panjang, akhirnya gadis itu bisa keluar.
"Tinggal beberapa langkah lagi," ucap gadis itu sudah ada di pinggiran jalan raya.
Tangannya langsung saja menghentikan mobil taxi.
"Akhirnya aku bisa keluar dari rumah tanpa penjagaan." Wanita itu berkata di dalam hati dengan begitu gembira.
"Maafkan aku ayah. Aku terpaksa melakukan ini. Bukankah ayah bilang aku sudah dewasa dan harus segera menikah. Sekarang aku sedang menemui impianku. Mengejar cinta Zein," gumam gadis itu mengeluarkan sebuah gambar dari kertasnya.
Sebuah foto yang menampakan seorang aktor tampan idola Cleo.
"Aku rela melakukan apapun untuk mendapatkan cintamu. Bahkan aku rela memberikan keperawananku untuk dia ... Ups ..." Cleo langsung membekap mulutnya sendiri dengan rapat.
"Apa yang aku bicarakan ini. Dasar tidak waras!" gerutu Cleo yang kesal sendiri dengan fikirannya yang aneh-aneh.
Sesosok gadis yang turun dari taxi yang ia naiki. Penampilan rapi ketika sebelum ia keluar dari rumah, justru kini sudah menjadi kebalikan. Pakaian yang bisa dibilang cukup buruk keluar dari taxi dengan tas kecil. Pakaiannya kotor terkena lumpur dari gorong-gorong dan rambut panjangnya terlihat berantakan, serta matanya agak sedikit sembab. Namun wajahnya langsung riang. Dengan semangat yang menggebu ia melangkah ke arah sebuah bangunan besar di depannya.
Namun langkahnya melambat melihat sosok bayangan di kegelapan yang tidak tertimpa dengan cahaya. Seolah sesosok vampir sedang menunggunya di seberang jalan. Tepatnya di samping gedung apartemen megah yang bertuliskan Princess Fish.
Ah ... fikirannya kembali terbayang pada film horor yang kemarin ia tonton. Jika vampir itu benar-benar tampan seperti yang ada di film, tidak apa-apa. Tapi bagaimana kalo sebaliknya, ia bisa saja mati sebelum mendapatkan pria idaman, menikah, punya anak dan hidup bahagia.
Gadis itu segera menepiskan bayangan aneh yang tiba-tiba saja melintas di otaknya.
Bruk ... bayangan itu entah mengapa berlari ke arahnya. Cleo yang sudah menyebrang jalan menghentikan langkahnya. Jantung Cleo mencuat seketika. Bukannya berhenti, pria itu justru langsung menabrak pundak kiri miliknya hingga membuatnya jatuh ke belakang.
"Aww ... " Gadis itu meringis karena bokongnya yang kesakitan akibat jatuh terduduk.
"Sorry," ujar sosok bayangan yang sempat membuat bulu kuduknya merinding. Namun kedua bola matanya menangkap seorang gadis yang begitu dia kenal, "Cleo."
Gadis itu menggigit bibir bawahnya, aksi kaburnya dari rumah benar-benar ketahuan.
"Aku buru-buru." Dengan cepat ia beranjak, namun pakaian bagian belakangnya ditarik oleh Patra hingga gadis itu tergerak mundur, "Kenapa kamu tidak bersama dengan penjagamu itu? dimana mereka? Apa kamu kabur dari rumah?" Banyak pertanyaan yang muncul di benak Patra.
Dengan kesalnya Cleo memukul lengannya yang terus mencengram pakaiannya dan pergi begitu saja. "Sepertinya aku harus melaporkan ini pada Om Areliam," gumamnya segera menghubunginya. Alih-alih panik, pria itu justru terlihat santai. "Jaga dia, Patra. Kamu harus terus bersamanya. Biarkan kali ini dia berada di tempat luar asalkan bersama dengan kamu." Panggilan pun dimatikan secara sepihak saat Patra agak bingung.
***
Dentuman music beradu dengan cahaya lampu kelap-kelip yang membuat matanya sakit jika tidak terbiasa. Seperti halnya dengan Cleo yang saat ini tengah bersama dengan temannya. Ia kembali kabur dari rumah demi sebuah kebebasan yang dia inginkan. Saat itu seorang pria mendekatinya, "Mau menari denganku?" tawarnya dengan jurus terbaiknya.
Meski Cleo tidak menyukai pria itu, namun Cleo justru menurutinya. "Baiklah. Ayo!" Dia pun menari dengan pria asing itu. Saat pria itu tengah memperkenalkan diri, tiba-tiba saja tubuhnya terjatuh ketika menerima hantaman dari seseorang. Beberapa orang di setitar sana terkejut, tidak lain halnya dengan Cleo.
"Patra. Sedang apa di sini?" Bukannya menjawab, pria itu justru menarik tangannya dan menjauh dari sana.
"Sialan kau!" seru pria yang bersama Cleo tadi membalas serangan hingga genggaman tangannya terlepas.
Namun Patra membalas serangan itu tidak kalah brutal. "Jangan dekati pacarku!" serunya kembali membawa Cleo pergi. Gadis yang ada di sampingnya it uterus melongo.
"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Patra mengerutkan keningnya.
"Kamu kok bisa ada di sini?"
Patra tertawa sumbang. "Menjemputmu."
"Hah? Menjemputku?" Dia tidak percaya ini.
Lagi-lagi Patra tertawa, "Jangan geer begitu. Aku tidak suka kamu datang ke tempat seperti ini. Ini berbahaya buat gadis polos macam kamu."
Cleo melepas cekalan Patra dengan kasar hingga langkahnya terhenti, mereka berdua sudah ada di luar. "Aku tidak polos."
"Haha ... Baiklah. Ayam Hutan!" ejeknya mengajaknya masuk ke mobilnya.
"Dasar Hidung Belang!" balas Cleo tidak ingin kalah.
Patra mulai menjalankan mobilnya. Pria itu haus dan segera meminum air botol yang ada di dashboard.
Saat baru meminum seteguk Cleo merebutnya. "Aku haus. Minuman bersoda itu membuatku ingin muntah." Meneguknya dengan cepat.
Patra terkejut dan memijak rem mendadak. Tentu botol di pegangan Cleo tumpah mengenai bajunya dan gadis itu langsung tersedak.
"Kamu minum?"
"Yah. Memangnya kenapa. Kamu seperti mau mencelakaiku saja." Bibirnya monyong.
"Ah sudahlah! Jangan datang ke sana lagi dan jangan minum seperti itu lagi." Cleo tahu, minuman seperti apa yang dimaksud hingga dia pun nurut.
"Dan satu lagi." Kembali menjalankan mobil.
"Apa?" tanya Cleo kembali minum dengan santai. Ia harus hati-hati karena takut kembali tersedak.
"Jangan berpakaian seperti itu. Aku tidak suka."
Cleo memandangi dirinya sendiri dan kali ini respon yang ia berikan sangat sinis. "Apa pedulimu soal penampilanku."
"Ini berbahaya, dan jangan kabur lagi dari rumah."
"Jangan mentang-mentang orang tua kita begitu dekat sehingga kamu berhak mengaturku." Sikap keras kepala yang dimilikinya langsung muncul.
"Aku akan mengantarmu pulang." Begitu paniknya Cleo langsung memukul Patra. Tentu dalam keadaan mengemudi pria itu menjadi kurang fokus hingga mobil hampir saja menabrak separator jalan.
Bab 1 Gadis Nekat
08/01/2023
Bab 2 Ajakan Kembali ke Rumah
08/01/2023
Bab 3 Rencana Lain di Belakang
08/01/2023
Bab 4 Putra ke Sembilan dengan Putri Semata Wayang
08/01/2023
Bab 5 Salah Sedikit Berujung Fatal
09/01/2023
Bab 6 Hanya Sebatas Ancaman
09/01/2023
Bab 7 Kilat dan Patra
10/01/2023
Bab 8 Ide Jahil Orang Lama
10/01/2023
Bab 9 Drama Calon Aktris
10/01/2023
Bab 10 Hantu Pohon Mangga
10/01/2023