Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Aku akan menyetujui pernikahan keduamu, asal kamu mengabulkan tiga permintaanku. Bagaimana?" tawar Chika bernegosiasi.
"Kamu kira aku jin botol?!" sewot Adnan emosi. "Aku tidak akan berpikir untuk poligami, andai kamu bisa memberikanku keturunan, Chika."
"Tapi nyatanya tidak, bukan?! Ini tahun kelima pernikahan kita, Mas, dan aku tidak kunjung hamil. Jadi ayo lakukan ini atau kamu memang ingin bercerai denganku?!"
"Kamu mengancamku?" desis Adnan marah.
"Tidak, tapi kamu memaksaku berada di sana, Mas."
"Baik, aku menyerah. Lalu, apa permintaanmu?"
Secepat pertanyaan itu datang, senyum di wajah Sang Istri semakin merekah. Itu membuat Adnan was-was. Dengan memanjatkan do'a dalam hati, pria berusia 30 tahun itu berharap Chika yang memiliki hobi ber-Cosplayer Anime, bisa sedikit menggunakan akal sehatnya dalam memilih permohonan.
"Aku ingin ikut setiap kali kamu dan Calon Istrimu berkencan nanti."
Akan tetapi, harapan itu pupus ketika mendengar permintaan pertama saja sudah di luar nalar.
"Hah? Apa kamu sudah tidak waras?!" gertak Adnan.
"Kenapa? Apa salahnya? Aku hanya ingin ikut bermain saja. Aku bersumpah, tidak akan menjadi setan di antara kemesraan kalian."
Pernyataan nyeleneh Sang Istri semakin memperkeruh suasana rumit ini. Lalu, apa yang harus Adnan lakukan? Maju atau mundur?!
Kemelut masalah ini dimulai dari pembicaraan di kantornya beberapa hari lalu ....
***
"Hei, Adnan. Lihatlah, istrimu kembali memposting foto cosplay-nya, imut sekali."
Satria menunjukan layar ponselnya pada Adnan dan dua rekan mereka yang lain, Tommy dan Angga. Keempat pria itu memang sedang menikmati makan siang di kantin perusahaan.
"Sudahlah jangan membahasnya," balas Adnan merebut ponsel Satria, kemudian meletakannya ke meja. "Aku sedang tidak mood membicarakan dia."
"Kalian bertengkar lagi?" tanya Tommy.
"Begitulah."
"Kenapa?"
"Ya, biasalah dia tidak pernah mengertiku. Sikapnya seperti anak kecil, kerjaannya tiap hari hanya menonton kartun saja."
"Hei, itu Anime-lah bukan kartun," sela Satria mengkoreksi pernyataan Adnan, pasalnya ia juga merupakan penggemar berat Anime sama seperti Chika.
Adnan mendengkus, "Sama saja untukku, tidak berguna."
"Hei-----"
"Sudahlah, jangan dibahas lagi," potong Tommy menghentikan protesan Satria yang akan kembali mendebat Adnan. "Bagaimana dengan program kehamilan yang kamu dan Chika jalani, apa berjalan dengan lancar?"
Adnan menghela napas lelah. "Tidak, semuanya selalu gagal."
"Kamu tidak mencoba program bayi tabung saja?"
"Tidak, Chika selalu menolaknya."
"Kenapa?"
"Entahlah, dia selalu sibuk dengan dunianya sendiri," keluh Adnan. "Padahal usianya sudah 29 tahun, tapi dia seperti tidak ingin punya anak."
"Mungkin Chika itu Childfree?" tebak Satria kembali masuk dalam pembicaraan.
Adnan menunduk lesu. "Mungkin."
"Kalau begitu kamu ceraikan saja dia, percuma merawat istri yang tidak mau memberikan keturunan," ucap Angga yang sendari tadi diam.
"Hei, tidak perlu seperti itu juga," komentar Satria.
"Apa?" tantang Angga. "Itu sudah keputusan paling bijak, Adnan harus tegas mendidik istrinya sendiri. Lihat, di antara kita berlima yang belum punya anak hanya Adnan, bahkan Tommy saja sudah punya dua."
Adnan terdiam, memikirkan perkataan Angga, sedangkan ketiga temannya yang lain hanya saling pandang.
"Sudahlah jangan ikut campur urusan rumah tangga orang lain, Adnan juga pasti tahu apa yang terbaik untuknya dan Chika," tutur Tommy lalu membuka topik baru seputar pekerjaan sampai jam pulang kantor tiba.
***
Malam hari ....
"Mas bagaimana penampilanku? Apa sudah mirip dengan Hime-chan?"
Baru saja Adnan membuka pintu rumahnya, ia langsung disambut teriakan ceria istrinya yang bercosplay menjadi putri, lengkap dengan aksesoris mahkota mutiara di atas rambutnya.
Sungguh, Adnan lelah seharian bekerja mencari nafkah di luar rumah dan di dalam rumah pun bukan ketenangan yang ia dapat, tetapi masalah yang menambah beban pikiran.
"Chika ...," panggil Adnan pelan.
"Ya, Mas? Cosplay-ku kali ini sempurna, kan? Ayo, berfoto denganku."