"Kau tahu cerita tentang Peter Pan?" tanya Haera sebelum dia menjelaskan makna lagu tersebut dengan cerita Peter Pan. "Ya aku tahu" "Di lagu tersebut, mereka menyebut diri mereka sebagai Peter Pan" Haera mulai mengucapkan sesuatu yang terlintas dalam kepalanya. Haera mengangguk mengiyakan kalimatnya barusan. "Peter Pan bisa memberikan kebahagiaan tanpa batas kepada Wendy, tetapi Peter Pan tidak bisa memiliki Wendy. Sama seperti mereka, mereka bisa memberi kebahagiaan untuk fansnya tetapi mereka tetap tidak bisa meraih mereka sekaligus" "Bagaimana dengan Tinker Bell?" tanyanya. Haera mengernyitkan dahi dan memiringkan kepalanya. Dia bergerak menghentikan video yang terputar dan matanya terarah pada lembar kerjaku yang menampilkan ketikan ceritanya selama 3 minggu kemarin. "Ah benar juga, bagaimana dengan Tinker Bell yang notabennya adalah sahabat Peter Pan?" terlintas pemikiran bodoh yang melenceng jauh dari apa yang mereka bahas sekarang. Haera menggerakkan laptopnya kemudian tersenyum kecil. "Dia akan tetap menemani Peter Pan" Haera menjawabnya.
Sama seperti remaja pada umumnya yang sedang jatuh cinta dan memilih untuk mencintainya dalam diam. Haera terus mencurahkan isi hatinya dalam bentuk tulisan. Setiap tulisan yang dibuat selalu tentang dia. Namun sayangnya Haera bukan jatuh cinta pada manusia biasa yang bisa bertemu setiap saat tetapi jatuh cinta pada seseorang yang dengan sadar tidak akan bisa digapai. Banyak perbedaan di antara mereka berdua.
Haera menutup buku catatan yang berwarna cokelat itu. Buku catatan yang berisi tentang tulisan-tulisan tentangnya. Matanya kembali menatap kearah laptop yang menyala menampilkan hasil tulisannya beberapa hari yang lalu. Haera tersenyum saat sahabatnya menghampiri dengan membawa 2 minuman cokelat dan beberapa snack kesukaan mereka berdua.
"Bagaimana sudah selesai?" tanya sahabat Haera setelah duduk di depan Haera.
"Belum, mengapa?"
"Aku ingin mengajakmu belanja. Adikku terus merengek memintaku untuk membelikan album terbaru mereka" gumamnya sambil meminum minuman miliknya. Haera yang mendengar itu hanya terkekeh dan mengangguk untuk mengiyakan ajakan Nara.
"Sebenarnya apa yang kau lihat dari mereka itu?" Haera bertanya padanya.
Nara hanya menunjukkan ponselnya yang menampilkan foto seorang pemuda. Haera melihat kearah ponselnya hanya bisa menahan senyum dan melanjutkan mengetik lagi.
"Apa kau menyukainya? Dia sangat terkenal di kalangan gadis remaja. Bahkan dia termasuk yang memiliki fans yang terbanyak"
"Iya aku menyukainya"
"Alasannya?"
"Tidak ada alasan khusus. Aku hanya kebetulan melihatnya kemudian semuanya terjadi begitu saja" Haera menjawabnya
Nara yang mendengar jawaban dari Haera hanya memutar bola matanya kesal dengan jawaban yang diberikan. "Ayolah Ra... kau bukan lagi gadis berusia 17 tahun Haera. Kau bahkan sudah berusia 24 tahun"
"Lalu jawaban seperti apa yang ingin kau dengar Nara?"
"Dia tampan"
"Itu sudah pasti. Semua yang melihatnya dengan mata mereka sendiri kalau dia sangat tampan" Haera mengedikkan dagu kearah laptopnya yang mulai meredup.
"Dia memiliki tubuh yang proporsional"
"Semua orang sudah tahu itu. Bahkan member yang lain juga memiliki tubuh yang proporsional"
"Dia tinggi"
"Jika itu alasan yang harus kujawab, teman-temannya yang lainpun ada yang lebih tinggi darinya"
"Dia pandai menari"
"Teman segrupnya juga pandai menari"
"Dia pandai bernyanyi"
"Dia salah satu main vocal dalam grupnya, jadi sudah pasti dia pandai bernyanyi" Haera menghembuskan napas beratnya. Pikirannya sekarang buyar saat topik pembahasan ini berpusat pada pemuda itu.
"Aku sendiri tidak tahu mengapa aku menyukainya"
Nara menyandarkan badannya pada sandaran kursi. Haera hanya terkekeh kemudian menutup laptopnya dan memasukkannya kedalam tas.
"Ayo kita membeli album terbaru mereka untuk adikku tercinta" Ajak Nara dan bangkit dari kursi. "Dan satu lagi, sepertinya kau bukan hanya mengidolakannya tetapi juga menyukainya atau bahkan mencintainya? Apakah benar apa yang kukatakan?"
Haera dan Nara melangkah keluar dari kafe milik kakak Haera. Untuk sementara kafe ini Haera yang urus. Selain mengurus kafe, Haera juga seorang penulis novel. Setiap harinya Haera berkutat pada tulisan yang harus diselesaikan.
Disaat Haera membutuhkan inspirasi untuk tulisannya, Haera tak sengaja bertemu dengannya. Laki-laki yang selama ini dikaguminya. Haera melihatnya sedang mengantarkan adiknya masuk hari pertama sekolah. Saat itu Haera juga mengantarkan Kaira anak dari kakaknya yang juga masuk di sekolah yang sama dengan adiknya. Saat itu Haera tak sengaja melihatnya, saat dia mengarahkan kamera untuk memotret adiknya, saat dia meminta tolong untuk difotokan bersama adik dan ibunya, berfoto bersama dengan adiknya bahkan ada beberapa fans yang tak sengaja melihatnya dan meminta foto dengannya.
Pemuda itu adalah Galexia Haekala Atalanta Early atau lebih dikenal dengan Haekal. Siapa yang tidak tahu Haekal? Mungkin semua orang tahu nama itu mulai dari remaja dewasa dalam negeri bahkan luar negeri sekalipun pasti tahu dia.
Sejak melihatnya di sekolah, Haera mulai mencari tahu profilnya. Haera kembali menemukan inspirasi untuk novel selanjutnya. Haera menggunakan visual laki-laki itu dan novelnya laris dengan cepat. Memang benar pengaruh idol sangat luar biasa. Bahkan fansnya sangat banyak hingga membuat penerbit kewalahan karena membludaknya pemesanan dari biasanya. Itu karena pengaruhnya yang luar biasa.
Arsyanaya Arabella Haeralyn dikenal sebagai Sunshine, penulis novel tentangnya. Haera terus tersenyum saat tidak sengaja melihat banyaknya remaja yang mengincar novel yang bercover laki-laki itu. Sejak saat itu, rasa asing dan aneh itu tumbuh menjadi perasaan yang orang sebut cinta. Ya, Haera mencintainya hanya karena melihat senyumannya.
Walaupun Haera mencintainya, tetapi Haera tak pernah membeli barang atau albumnya. Haera lebih suka membuat tulisan tentang dirinya. Sebut saja Haera orang gila. karena kenyataannya memang seperti itu.
**
"HAERAAAA!!!!"
Haera mendongak dan mendapati Nara lari menuju bangku yang ditempatinya. Haera tersenyum melihat kedatangannya dan saat gadis itu berdiri dihadapannya, Haera sadar jika dia membawa 2 lembar kertas yang tidak diketahui apa isinya.
"Ayo nonton" ajaknya dengan senyum. Haera mengerutkan dahi mencoba mencerna apa yang dilakukan oleh gadis didepannya ini.
"Nonton apa?"
"Orions. Aku berhasil mendapatkan dua tiket gratis" Nara menjelaskan.
"Jangan bercanda! Mana mungkin agensi mereka memberikan sesuatu secara gratis" Haera memutar bolamatanya kesal dan melanjutkan mengetik sesuatu.
"Awalnya juga aku gak percaya, mana mungkin mereka memberikan sesuatu secara gratis, yang ada itu nyicil dengan comeback idol-idolnya"
"Nah itu kamu tahu. Jadi apa sekarang?"
"Aku iseng-iseng daftar ternyata aku berhasil mendapatkan tiket gratis!"
Haera tak menanggapi Nara dan tetap lanjut mengetik di laptopnya.
"YA! Seharusnya kau senang diberi kesempatan bisa melihatnya secara langsung. Bukan dari layar TV, HP maupun laptop. Kita akan berada satu ruangan dengannya" kesal Nara sambil merebahkan tubuhnya di samping Haera dan meminum coklatnya.
"Tidak. Kau sajalah yang pergi menonton"
"Haera... ayolah, kau harus melihat mereka. Bukankah kau menyukai salah satu dari mereka"
"Tidak Nara" Haera menggelengkan kepalanya. Tidak ingin egonya menang yang selalu menyuruh untuk menerima ajakan dari Nara. Haera tak ingin melihatnya secara langsung, cukup seperti ini saja cara mencintainya. Jika melihatnya secara langsung akan sulit baginya untuk melepaskan diri dari laki-laki itu.
"Sia-sia usahaku war melawan ribuan penggemar mereka hanya untuk memberimu kejutan" dengus Nara.
Haera terkekeh melihatnya dan merangkul sahabatnya itu yang sudah lebih dari 5 tahun menemaninya. Haera harus memuji kegigihannya untuk memberikannya kejutan. Haera tak ingin makin terjebak dalam belenggu dengan perasaan yang tak berujung ini.
"maaf dan terima kasih untuk usaha dan kejutannya. Menurutku lebih baik kau pergi bersama adikmu saja. Bukankan kemarin adikmu meminta untuk dibelikan albumnya? Dia pasti sangat senang jika mengajaknya" Haera tersenyum lebar padanya.
Nara yang mendengar itu menoleh dan mendorong wajah Haera hingga hampir terjungkal kebelakang. Dia mendengus dan merengut lagi.
"Adikku gak bisa. Waktunya bersamaan dengan ujian. Aku akan pergi sendiri saja"
"Memang kau berani pergi sendirian?" Haera meledeknya dan dibalas dengan delikan mata sipitnya. Haera tertawa. Ayolah siapa yang tidak ingin pergi menonton grup Orions? Haera ingin. Sangat ingin. Sebenarnya tanpa mendapatkan tiket gratispun Haera dan Nara bisa saja menonton mereka mengingat penghasilannya lumayan besar dari kafe dan menjadi penulis.
"Haera.. kita hanya perlu menikmati penampilan mereka yang luar biasa dan meminta tanda tangan mereka. Bukankah begitu?"
"Tidak semudah itu. Meminta tanda tanganpun kau harus berdesak-desakan dengan penggemar mereka. Nikmati saja penampilan mereka dan aku akan menontonnya dari laptop"
"Kau ini memang menyebalkan, huh!!!" keluh Nara.
Haera hanya akan melihatnya dari layar TV, hp atau laptopnya. Haera tidak berharap untuk bertemu dengannya lagi apalagi bertatap mata dengannya yang sudah memberikan inspirasi yang luar biasa padanya.
Arsyanaya Arabella Haeralyn seseorang yang menyukai pemuda yang bahkan tidak pernah bisa digapai. Galexia Haekala Atalanta Early. Haera menyukainya. Haera menyukai senyumnya saat dia bertemu dengan penggemarnya. Haera menyukai penampilannya di layar kaca. Haera menyukai tatapan tajamnya namun meneduhkan. Haera menyukai suara indahnya. Haera menyukai kepribadiannya. Haera menyukai semua hal tentang dirinya sehingga membuatnya tidak sadar akan kekaguman yang berubah menjadi perasaan ingin memilikinya.
Haera salah. Benar Haera salah. Haera salah sudah menaruh perasaan pada dia.
Haera, apa kau sadar? Kau tahu kau siapa dan dia siapa?
Tentu saja Haera sadar. Dia adalah salah satu artis yang terkenal bahkan mungkin seluruh dunia mengetahui keberadaannya. tetapi apakah salah jika dia berharap agar Haekal dapat mengetahui keberadaannya walaupun kemungkinannya kecil? Tentu saja itu bukan harapan kecil tetapi itu adalah harapan terbesar dari semua penggemarnya salah satunya Haera.
Mungkin semua orang akan menganggapnya adalah orang yang bodoh. Bodoh karena menolak tiket gratis untuk menonton mereka. Keputusannya saat ini sudah tepat. Menulis tentangnya, menulis dengan menggunakan visualnya dan berharap suatu hari nanti dia akan mengetahui keberadaan Haera walau hanya sebagai penulis.
"Harusnya kau berhenti saja memaksa hatimu bukan malah mengejarnya"
Itu yang selalu kakak Haera ucapkan dan Haera hanya menjawabnya dengan senyuman. Jika Haera menghentikan perasaan semudah membalikkan telapak tangan mungkin sudah dia lakukan dari dahulu dan tidak akan menyukainya sampai saat ini.
Terkadang rasa lelah menghampiri Haera namun secepat kilat pergi karena dia mengusirnya disaat pemuda tersebut belum singgah padanya. Terkadang rasa ingin menemuinya begitu besar hingga membuat dadanya sesak, namun sekali lagi Haera tekankan, Haera tidak ingin makin terjebak namun di sisi lain juga tidak ingin melepaskannya.
Ya, Haera egois. Sebut saja Haera egois. Tidak ingin terjebak tetapi juga tidak ingin melepaskan. Haera memang bodoh membiarkan dirinya sendiri terluka karena imajinasi semu yang diciptakannya sendiri.
**
Bab 1 Dia adalah Idola
03/05/2023
Bab 2 Bertemu Lagi
03/05/2023
Bab 3 Kamu Penulisnya
03/05/2023
Bab 4 Ternyata Kau Orang yang Kucari!
03/05/2023
Bab 5 Memulai atau Menyerah
03/05/2023
Bab 6 Mari Kita Berteman
03/05/2023
Bab 7 Ya! Aku Menyukaimu
03/05/2023
Bab 8 Tidak Mau Mengakui
03/05/2023
Bab 9 Peter Pan, Wendy dan Tinker Bell
03/05/2023
Bab 10 Muncul Si Pengintai
03/05/2023
Buku lain oleh haerenoona
Selebihnya