/0/22082/coverorgin.jpg?v=ad2b0922cd8b095696d41f8ce878db88&imageMogr2/format/webp)
"Rud, kamu sudah menghubungi istrimu?" tanya ibuku saat aku baru saja ingin menyesap kopi yang baru saja di buatkan oleh ibuku tercinta.
"Sudah, Bu. Tapi pesan Rudi belum ada satupun yang di tanggapi oleh Rani." Aku kembali melakukan aktivitas rutin pagi-ku dengan menikmati secangkir kopi dan tentunya di temani pisang goreng yang di buatkan oleh ibuku.
Aku sangat menikmati hari-hariku dengan bersantai ria di rumah. Kalaupun jenuh aku akan pergi ke pemancingan ikan yang ada di desa sebelah. Laki-laki normal pastinya membutuhkan hiburan terutama untukku yang sudah tiga tahun ini di tinggal istriku untuk pergi merantau mencari peruntungan di negri sebrang.
Siapa yang tidak enak. Uang datang sendiri tanpa harus bersusah payah banting tulang jika ada istri yang bisa kita manfaatkan. Toh dia juga mau sendiri dan mengerti kodratnya sebagai seorang istri yang harus patuh pada perintah dari suami. Hidupku saat ini sangatlah nyaman dan bukan aku saja yang merasakan terapi juga kakak, ibu, dan satu adikku kami semua menikmati hasil kerja dari Maharani yang setiap bulannya dia kirimkan ke nomer rekeningku. Tetap bagaimanapun juga aku orang yang berjasa padanya karena aku juga membantu untuk membiayainya ketika mendaftar di PJTKI tempat kami tinggal saat ini, walaupun sebagian besar Rani sendiri yang membiayainya dengan menjual kalung serta gelang pemberian dari orangtuanya di kampung dan aku membantu menyumbang untuk biaya transportasinya menuju tempat PJTKI itu.
Tak ada niatku untuk memaksanya mengantikan peran yang seharusnya itu aku yang menjalankannya. Iya, karena kondisi yang tidak memungkinkan di tambah juga keadaan ekonomi kami saat itu yang membuatnya harus mau bertukar peran dengan diriku.
"Kok tumben gak seperti biasa istrimu itu. Biasanya tiap awal bulan pasti uang masuk ke rekening kamu. Tapi kenapa hampir dua bulan ini istrimu itu sudah sekali untuk di hubungi." cerocos ibu yang dari tadi tidak ada hentinya. Tebal rasanya telinga ini dibuatnya.
"Kemaren Rani itu sempet bilang, Bu. Kalau keluarga majikannya sedang berduka. Jadi Rani juga tidak berani untuk meminta gajinya sedang kondisi di sana sedang dirundung duka. Kita sabar saja dulu, Bu. Nanti juga Rani pasti akan mengirimi uang untuk kita." ucap-ku mencoba untuk menenangkan ibuku. Tapi jujur sebenarnya hatiku juga tidak bisa tenang dengan belum di kirimkan-nya uang istriku itu ke rekening milikku. Sedangkan acara pernikahan ku dan Lasmi janda kembang dari desa sebelah sudah di depan mata.
"Ingat, pernikahan-mu dengan Lasmi juga sudah di depan mata. Mana lagi mahar yang mereka minta itu tidak tanggung-tanggung, lho. Uang setoran dari Zaki juga tidak bisa untuk menutupi kebutuhan hidup kita sehari-hari."
"Iya Bu, Rudi tahu. Makanya untuk beberapa waktu ini kita irit dulu pengeluaran kita. Kasihan Zaki juga, Bu. Sehari harus ikut dua orang yang berbeda."
"Kenapa? Kamu mulai gak tega gitu. Kalau bukan dari istri dan anakmu itu dari mana keluarga kita bisa makan kenyang dan hidup enak seperti ini. Toh, nanti juga kamu bakalan dapat anak yang lebih bagus dari Lasmi. Kan dari fisik si Lasmi jauh lebih bagus dan lebih cantik dari si Rani. Pasti nanti anakmu itu jauh lebih tampan dari si Zaki yang kurus, dekil, pokoknya gak karuan deh, malu ibu mengakui Zaki sebagai cucunya ibu." sungut ibuku yang tidak terima aku sedikit memberi perhatianku pada darah daging-ku sendiri.
kasihan sekali anak itu. Semenjak usianya baru tiga bulan harus berpisah dengan ibunya karena harus mengadu nasib di negri orang. Karena bagaimanapun kewajiban seorang istri adalah patuh kepada suami dan juga keluarganya. Termasuk memenuhi permintaanku juga ibu untuk menjadikannya seorang TKW di negri orang.
/0/16754/coverorgin.jpg?v=d4db72e404c10eee92f590cbd35a266b&imageMogr2/format/webp)
/0/16282/coverorgin.jpg?v=ade96b2f1ab33a720bf3a2d58598601c&imageMogr2/format/webp)
/0/12562/coverorgin.jpg?v=c0ade4e0c940d63800efbd08c63b4f1f&imageMogr2/format/webp)
/0/6451/coverorgin.jpg?v=4c0de242ad63e4f4adc8e2d8bfab62d9&imageMogr2/format/webp)
/0/14424/coverorgin.jpg?v=c5ee1afb3a5f317354f865a8f3f4299e&imageMogr2/format/webp)
/0/19916/coverorgin.jpg?v=044ad190e1b0551ec7451159af77091d&imageMogr2/format/webp)
/0/5504/coverorgin.jpg?v=35ab9f0bd86b36561c076b646f879983&imageMogr2/format/webp)
/0/15215/coverorgin.jpg?v=95cee41582b2ffdb0bb53d61caad3028&imageMogr2/format/webp)
/0/14891/coverorgin.jpg?v=dc0e53a18c54c2de958ced5775da0671&imageMogr2/format/webp)
/0/23058/coverorgin.jpg?v=4c0ec1f46fbfddc72bcf6894813f78e9&imageMogr2/format/webp)
/0/18538/coverorgin.jpg?v=22532312abb581bb0af87ccc4a8b6038&imageMogr2/format/webp)
/0/3066/coverorgin.jpg?v=1968055e65003abae00f1e114a907847&imageMogr2/format/webp)
/0/4896/coverorgin.jpg?v=e4d73480546b66939e583eeaf04cb2d9&imageMogr2/format/webp)
/0/5888/coverorgin.jpg?v=88ed910bbcf55b640b1eb6eb4ed85c97&imageMogr2/format/webp)
/0/4290/coverorgin.jpg?v=f69af7fae1687f0e6c25f81bff95b97e&imageMogr2/format/webp)
/0/20687/coverorgin.jpg?v=cd1175ed73971d72d14a9d65cc1c01ff&imageMogr2/format/webp)
/0/4700/coverorgin.jpg?v=8e204fb0ca9f9e6f9f9e11ff6d15da84&imageMogr2/format/webp)
/0/3583/coverorgin.jpg?v=420d23233a567bf114de59d69690b350&imageMogr2/format/webp)
/0/16745/coverorgin.jpg?v=c980d4f08cee4dc1f6118cb4ac0741f1&imageMogr2/format/webp)