/0/13690/coverorgin.jpg?v=34d407bff7def1b62c3b6d9da1a2d824&imageMogr2/format/webp)
“Eh, lihat, tuh! Namanya Jelita, tapi wajah nggak jelita.” Terdengar gelak tawa bapak-bapak.
“Pa, Masuk! Awas saja kalau kamu sampai tebar pesona ke janda jelek itu!”
“Kalau nggak masuk sekarang juga, pergi sana dari rumah!”
Para istri saling teriak, memarahi suami mereka masing-masing yang sedang asyik melihat seorang janda muda bernama Jelita.
Jelita Laurenza adalah seorang janda muda buruk rupa yang berumur 26 tahun. Dia baru saja bercerai dengan suaminya setelah satu tahun pernikahan, karena perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya. Namun, dari pernikahannya itu ia belum memiliki seorang anak. Ketika sudah resmi bercerai, dia hidup sendiri di salah satu perumahan yang dulunya menjadi tempat tinggalnya bersama suaminya. Rumah itu merupakan peninggalan milik kedua orang tuanya yang telah meninggal. Meskipun sudah bercerai, dia memiliki hak penuh untuk tetap tinggal di situ.
Jelita merasa dikucilkan di lingkungan rumahnya. Ia selalu menjadi bahan gunjingan para tetangganya, karena statusnya yang sebagai seorang janda dan juga wajah jeleknya. Kenapa tetangganya itu sering mengoloknya sebagai janda buruk rupa? Padahal menurutnya, fisik seseorang bukanlah segalanya. Ada juga ibu-ibu yang mengatai-ngatai dirinya sebagai janda penggoda.
Stigma negatif status janda di mata masyarakat tentunya melukai harga diri seorang perempuan. Dia memilih untuk diam tanpa membalas berbagai olokan para tetangganya itu. Kali ini dia harus menjadi wanita mandiri dan fokus dengan kariernya, kemudian ia masuk ke dalam mobilnya untuk berangkat menuju kantor.
***
“Jelitaa!” teriak Livia, sahabat Jelita satu-satunya di tempat kerja. Bisa dibilang hanya wanita itu yang mau berteman dengan Jelita.
Jelita yang baru saja menutup pintu mobilnya, langsung menoleh saat mendengar ada yang memanggil namanya. “Hai, Liv.” Dia kemudian melangkahkan kakinya mendekati sahabatnya yang sedang berdiri di depan lobi perusahaan.
Mereka berdua pun segera masuk ke gedung yang menjulang tinggi dengan desain modern yang semakin memperlihatkan kekokohan perusahaan bernama One Link Group itu. Jelita dan Livia berada di divisi yang sama, yaitu divisi pemasaran. Jelita sudah dua tahun bekerja di perusahaan itu.
“Eh, si jelek sudah dateng, nih. Ngomong-ngomong, sudah akhir bulan, loh. Kamu nggak ingin traktir kita?” Teman-teman Jelita yang satu divisi pada meminta traktiran, karena Jelita berhasil menjadi pegawai dengan pemasaran terbaik di bulan ini.
“Jangan gitu. Bonusnya biar buat perawatan dia saja. Kasian wajahnya sudah kusam dan jelek gitu,” terdengar gelak tawa sekaligus tatapan mengejek ke arah Jelita.
“Dasar kalian ini! Bukannya menghibur Jelita, malah mengoloknya, minta traktiran lagi. Nggak tahu malu!” Livia terlihat kesal. Teman-teman yang lain semakin tertawa keras. Mereka sama sekali tidak menyesal karena sudah berbicara seperti itu. Mereka seolah-olah masa bodoh melihat temannya itu yang baru saja menghadapi hal sulit.
“Sudah-sudah. Jangan pada ribut. Nanti setelah gajian. Aku akan traktir kalian makan.” Sebenarnya Jelita merasa sakit hati, karena selalu mendapat ejekan teman-temannya. Namun, ia tidak mau berdebat dan memilih untuk diam.
Teman-teman yang lain langsung senang mendengar jawaban Jelita, sedangkan Jelita hanya tersenyum kecut melihat reaksi teman-temannya. Ia kemudian duduk di kursi kerjanya dan mulai menyalakan komputer, mengawali aktivitas kerjanya di pagi hari ini. Baru saja monitor komputer menyala, tiba-tiba suasana di ruangan divisi pemasaran itu kembali bising, membuat semua orang yang ada di situ mengikuti arah pandang di mana sumber suara itu berasal.
“Eh, ini kantor, bukan pasar. Kenapa kamu teriak-teriak segala gitu, sih? Mengganggu orang kerja saja,” hardik Livia kesal dengan sikap temannya yang tiba-tiba teriak sambil melotot ke arah layar ponsel yang wanita itu pegang.
“Manajer kita mengupload foto di media sosial pribadinya dan mengumumkan kalau dirinya akan segera tunangan,” ujar Hana dengan ekspresi yang masih terkejut.
/0/17400/coverorgin.jpg?v=0687b8596793ce45f58b134465dd77b1&imageMogr2/format/webp)
/0/18387/coverorgin.jpg?v=26633bed34dbbd3f548a5de2851a56b7&imageMogr2/format/webp)
/0/17562/coverorgin.jpg?v=fd6917b8813600f0f03233640180efbf&imageMogr2/format/webp)
/0/24301/coverorgin.jpg?v=83c044c02a28680cf7631527aaf52f79&imageMogr2/format/webp)
/0/2856/coverorgin.jpg?v=07aad99fbe2a017cd596f861c9ff5690&imageMogr2/format/webp)
/0/2522/coverorgin.jpg?v=c57f067db9703ace32e4ff367652c29f&imageMogr2/format/webp)
/0/10464/coverorgin.jpg?v=20250122182719&imageMogr2/format/webp)
/0/10030/coverorgin.jpg?v=7d626d4bacf243fa4bda6ef6525fd8a2&imageMogr2/format/webp)
/0/2953/coverorgin.jpg?v=60678ef4de0d2131e5313582859027c8&imageMogr2/format/webp)
/0/3404/coverorgin.jpg?v=5045f89a127e58aca4fde590587897f1&imageMogr2/format/webp)
/0/13378/coverorgin.jpg?v=ccf175b59590ed22905f00b516dbe1e2&imageMogr2/format/webp)
/0/17276/coverorgin.jpg?v=f48421a3957cf0d2753dcda12edfd578&imageMogr2/format/webp)
/0/7195/coverorgin.jpg?v=66de677581964fb1265823dbf8169755&imageMogr2/format/webp)
/0/10516/coverorgin.jpg?v=01aff05d00205982dc45aa23981f69dc&imageMogr2/format/webp)
/0/12796/coverorgin.jpg?v=eca4627df25f42688ff2af3f4c66f383&imageMogr2/format/webp)
/0/18495/coverorgin.jpg?v=fa722c6e46304d6306090e55dc99494a&imageMogr2/format/webp)