/0/20791/coverorgin.jpg?v=e65667aa7d62f9ca14b86f6ae32ad138&imageMogr2/format/webp)
Nadhera berdebar-debar saat lelaki yang baru dinikahinya masuk ke kamar. Dia yang masih memakai baju pengantin duduk di ranjang dengan wajah tertunduk malu. Meskipun Nadhera sudah mempelajari Kitab Fathul Izhar yang membahas tentang perkawinan termasuk etika berhubungan suami istri tetap saja malam ini dia diliputi kegelisahan.
Sebagai perempuan yang tak pernah bersentuhanan dengan lelaki bahkan untuk berbicara dengan lawan jenis hampir tak pernah, Nadhera sangat menjaga batasan pergaulan dengan laki-laki yang bukan mahram. Kalaupun terpaksa berbicara, dia akan menundukkan pandangannya untuk menjaga hatinya. Dan malam ini perasaannya campur aduk.
Attar yang baru datang langsung melepas jas, menggantungnya di stand hanger. Tanpa ada rasa canggung dia buka kemejanya di depan Nadhera memperlihatkan dada bidangnya. Tak ada ucapan basa basi dari lelaki tampan itu. Dia terlihat asyik sendiri dengan siulannya.
Melihat Nadhera di ranjang dengan muka tertunduk malu, Attar langsung mendekati istrinya yang cantik itu. Dia lepaskan aksesoris yang menempel di hijab istrinya tanpa berkata sepatah apapun.
Jantung Nadhera berdegup kencang saat tak sengaja tangannya bersentuhan dengan tangan lelaki kekar yang otot-ototnya terlihat jelas. Sentuhan itu, meski hanya sekejap, mengirimkan gelombang kehangatan yang menjalar hingga ke ujung jari-jarinya.
Nadhera bisa merasakan kekuatan dan kehangatan dari tangan lelaki itu membuatnya sulit untuk mengalihkan pandangan. Aroma parfum Attar yang khas memenuhi udara saat Nadhera tak sengaja melihat tubuh kekar suaminya. Dia buru-buru berpaling, pipinya memerah karena belum terbiasa dengan pemandangan itu. Hatinya berdebar kencang, mencoba menenangkan diri dari kejutan yang tak terduga.
Melihat istrinya salah tingkah, Attar hanya tersenyum tipis. Dia dengan tenang membantu membuka resleting belakang gaun Nadhera, memperlihatkan sekilas kulitnya yang putih. Nadhera mencoba menenangkan diri dari rasa malu yang tiba-tiba muncul.
"Apakah secepat ini suaminya meminta haknya?" pikirnya dipenuhi banyak pertanyaan.
Tak mau semakin gemetar, Nadhera memberanikan diri membuka obrolan.
"Sebaiknya kita salat dulu sebelum melakukannya, Mas."
/0/22201/coverorgin.jpg?v=20250227150014&imageMogr2/format/webp)
/0/15510/coverorgin.jpg?v=20240328170645&imageMogr2/format/webp)
/0/16835/coverorgin.jpg?v=20250911154134&imageMogr2/format/webp)
/0/16644/coverorgin.jpg?v=c00f599b8ec08b1b6ed69463abb68eb4&imageMogr2/format/webp)
/0/20147/coverorgin.jpg?v=094d6dee3fe128eb23ca338f58cea767&imageMogr2/format/webp)
/0/3092/coverorgin.jpg?v=6017a83f5795db14f6aeff4606c5d9c3&imageMogr2/format/webp)
/0/5309/coverorgin.jpg?v=318edda748a512baafbab30c446567be&imageMogr2/format/webp)
/0/4019/coverorgin.jpg?v=20250121182013&imageMogr2/format/webp)
/0/3467/coverorgin.jpg?v=526864a4342f26f6a9b70352d999bf13&imageMogr2/format/webp)
/0/3822/coverorgin.jpg?v=5116589108a57a18ef2dd8e2017914b3&imageMogr2/format/webp)
/0/7429/coverorgin.jpg?v=20250122152111&imageMogr2/format/webp)
/0/13816/coverorgin.jpg?v=dcd375df5c7eb6ce2b672d32a556e176&imageMogr2/format/webp)
/0/20601/coverorgin.jpg?v=20250124101149&imageMogr2/format/webp)
/0/20602/coverorgin.jpg?v=20250124101150&imageMogr2/format/webp)
/0/21102/coverorgin.jpg?v=c55ab420031c6a689fe09783289427aa&imageMogr2/format/webp)
/0/29626/coverorgin.jpg?v=20251127150031&imageMogr2/format/webp)
/0/30174/coverorgin.jpg?v=3fce10af200491cc19356ae3f7a2b9fa&imageMogr2/format/webp)
/0/29976/coverorgin.jpg?v=d1d4433cdd5df3d4b63172c66fabef97&imageMogr2/format/webp)