Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Rina memarkir mobilnya di depan gerbang besi tua yang berkarat, melirik bangunan megah yang menjulang di depan mata. Hotel Tua itu berdiri angkuh di pinggir kota, dikelilingi oleh pepohonan besar yang membuatnya tampak semakin terpencil. Sejak awal, Rina tahu bahwa ini adalah tempat yang penuh dengan cerita misteri dan hantu-dan itulah yang membuatnya tertarik.
Hotel itu telah lama dikenal di kalangan penduduk lokal sebagai tempat yang angker. Cerita-cerita mengenai penampakan hantu, suara-suara aneh di malam hari, dan tamu-tamu yang menghilang tanpa jejak menyelimuti tempat ini dengan aura misteri yang menakutkan. Rina, seorang jurnalis berpengalaman yang sering mengeksplorasi kisah-kisah luar biasa, merasa bahwa ini adalah kesempatan emas untuk menulis artikel yang bisa mengangkat namanya di dunia jurnalisme investigasi.
Rina mengambil napas dalam-dalam dan melangkah keluar dari mobilnya. Suara gerbang yang berderit saat ia membukanya seakan menyambutnya dengan suasana yang mencekam. Ia mengangkat ranselnya dan menuju ke pintu masuk utama hotel yang besar, dikelilingi dengan ukiran-ukiran rumit yang mulai pudar dimakan waktu.
Ketika Rina menekan bel yang menggantung di samping pintu, bunyi nyaringnya memecah keheningan. Beberapa detik kemudian, pintu besar itu terbuka perlahan, memperlihatkan ruang lobi yang megah namun suram. Lampu-lampu kristal yang tergantung di langit-langit bergetar lembut, seolah-olah merespons kehadiran baru di dalam hotel.
Seorang resepsionis tua dengan rambut putih dan mata yang tajam menyambutnya. "Selamat datang di Hotel Tua. Nama saya Bapak Harun, dan saya akan membantu Anda." Suaranya berat dan penuh nuansa nostalgia, seolah setiap kata yang diucapkannya membawa beban sejarah.
Rina tersenyum ramah. "Nama saya Rina. Saya di sini untuk menulis artikel tentang hotel ini. Saya mendengar banyak cerita menarik dan misterius mengenai tempat ini."
Bapak Harun mengangkat alisnya sedikit, tampak terkejut. "Oh, Anda datang ke sini untuk itu. Saya harap Anda siap menghadapi apa pun yang mungkin Anda temui. Hotel ini memang memiliki sejarah yang panjang dan banyak kisah-kisah yang belum pernah terpecahkan."
Rina mengangguk, merasakan semangat investigasinya semakin menggebu. "Saya siap untuk apa pun. Bisa saya tahu di kamar mana saya akan menginap?"
"Anda akan menginap di kamar 13," jawab Bapak Harun sambil menyerahkan kunci kuno yang digantung pada gantungan kunci bertuliskan angka 13. "Ini adalah salah satu kamar yang paling sering dikunjungi oleh para pengunjung yang penasaran."
Rina menerima kunci itu dengan tangan yang sedikit bergetar, merasakan aliran energi yang tidak bisa dijelaskan. "Terima kasih. Saya akan segera naik ke kamar saya."
Sebelum ia melangkah pergi, Bapak Harun menambahkan, "Hati-hati dengan malam hari di sini. Banyak yang mengatakan bahwa malam hari di Hotel Tua tidak seperti malam hari di tempat lain."
Rina melirik sekeliling lobi sebelum melangkah menaiki tangga yang berdecit, menuju kamar 13. Setiap langkah yang diambilnya di sepanjang koridor yang panjang dan remang-remang, Rina merasa seolah ada mata-mata tak terlihat yang mengawasinya. Meskipun ia berusaha untuk tetap tenang, jantungnya berdebar kencang, tidak sabar untuk mengungkap misteri yang tersembunyi di balik pintu kamar itu.
Sesampainya di depan kamar 13, Rina merasakan suasana dingin yang aneh. Ia membuka pintu dengan kunci kuno, dan suara berderit dari engsel pintu membuat bulu kuduknya berdiri. Saat pintu terbuka, ia melihat ke dalam kamar-ruangan yang sederhana namun memancarkan aura kegelapan yang tak bisa dijelaskan.