/0/28867/coverorgin.jpg?v=7b0e6024e1de511891092aedce1d1655&imageMogr2/format/webp)
Terik tengah hari bergulir perlahan semakin memanaskan area ruko Puri Mas. Arjuna yang tengah beristirahat siang di salah satu kedai kopi di jajaran ruko sebelah kanan.
Tampak menatap segelas kopi hitam sedikit gula kesukaannya. Wajahnya tampak mengingat sesuatu tentang sebuah kenangan.
Kenangan puluhan tahun silam tentang satu masa. Bahwa pernah ada kisah cinta dalam saksi bisu bangku yang ia tempati siang ini di masa muda putih abu-abu.
Dahulu ada seorang gadis dengan tajuk kencan pertama di malam buta. Duduk berdua menikmati alunan petik gitar para pengamen jalanan di kedai Melati yang ia singgahi siang ini.
āYa sudahlah itu masa lalu dan biarkan menjadi masa lalu. Sekarang yang harus aku pikirkan tentang pengembangan gurita bisnisku ke depan. Persaingan semakin ketat aku rasa dan para kolega jua sudah mulai goyah,ā gerutu Arjuna sambil tersenyum ringan dengan teguk kopi satu seruput di bibirnya yang masih merah jua.
Wajah Arjuna tergolong awet muda dengan usia yang tak muda lagi. Tiga puluh tahun sudah ia menjalani kehidupan. Bahkan teman-teman sebayanya sudah ada yang memiliki tiga atau dua anak.
Namun Arjuna masih betah melajang hingga saat ini. Walau bergelimang harta dan tergolong tampan. Tetapi masalah asmara Arjuna tak pandai bermain di area tersebut.
āKe mana Pak Banu ini? Katanya janji bertemu di sini siang ini. Andai bukan masalah tentang surat wasiat Bapak. Tentu aku enggan juga meladeni keinginan Pak Banu yang haus akan harta dan jabatan tersebut,ā gumam Arjuna yang telah membuat janji bertemu dengan Pak Banu.
Pak Banu adalah seorang yang dahulu dipercaya oleh Pak Darmawan Ayah dari Arjuna. Pak Banu memiliki profesi sebagai notaris handal. Tetapi entah kenapa Arjuna dari dahulu tak menyukai dia.
Bahkan Arjuna bukan tanpa sebab akan tak menyukai orang tersebut. Sebab dahulu pernah Pak Banu melakukan kecurangan penggelapan uang perusahaan Pak Darmawan.
Oleh karena alasan Pak Banu untuk menyekolahkan putrinya menuju jenjang SMK. Oleh sebab sifat Pak Darmawan yang memang sesuai namanya sangat dermawan. Maka Pak Banu hanya diproses secara kekeluargaan dan diwajibkan mengganti dengan dicicil sebisanya.
Masih teringat kata sang Ayah di telinga Arjuna, āNak, Anakku Arjuna jangan menimbang satu hal dari sisi buruknya saja. Timbang juga akan sisi baiknya pula agar seimbang hidupmu. Tetap berpikir positif dalam hidup, agar jiwamu tetap sehat selalu. Bisa jadi memang benar Pak Banu sangat membutuhkan uang itu dan tak berani bicara pada Bapak. Beliau juga sudah ikut kita bertahun-tahun. Pandang juga jasa beliau yang ikut memajukan bisnis kita.ā
Huftz,
Hela nafas Arjuna agak panjang bila mengingat semua hal tentang Almarhum Ayahnya. Bahkan terlalu perih pertemuan terakhir dengan Sang Ayah saat ia hendak menimba ilmu ke luar negeri. Tanpa Arjuna sadari saat itu adalah pertemuan terakhirnya bersama Sang Ayah.
Sialnya saat kematian Sang Ayah satu tahun silam. Arjuna sedang melakukan skripsi yang tidak bisa diundur dan ditinggalkan pelaksanaannya. Bahkan walau Arjuna setelah usai skripsi langsung pulang ke Indonesia. Tetap saja Arjuna terlambat menghadiri pemakaman Ayahnya.
āAssalamualaikum Mas Arjuna, maaf telat. Tadi Asmara putriku sibuk menyiapkan acara ulang tahunnya. Jadi saya harus ikut menyiapkan ini dan itu. Maklum Ibunya Asmara sudah berpulang dua tahun yang lalu. Mohon dimaklumi ya Mas Arjuna atas keterlambatan saya,ā ucap Pak Banu yang baru datang dan agak merasa takut atas marahnya Arjuna.
āTidak masalah Pak saya juga enggak sibuk-sibuk amat hari ini. Silakan duduk dan oh iya mau pesan minum atau makan siang mungkin. Biar saya pesankan kebetulan tadi saya sudah makan siang,ā ujar Arjuna agak berbosa-basi.
āTidak usah repot-repot Mas Arjuna segelas teh hangat cukup menyegarkan dahaga saya dipanas siang hari ini,ā jawab Pak Banu sambil mengeluarkan berkas lama yang ia bawa dan bertuliskan logo keluarga Darmawan.
/0/13674/coverorgin.jpg?v=20250123145540&imageMogr2/format/webp)
/0/5806/coverorgin.jpg?v=20250121171834&imageMogr2/format/webp)
/0/16559/coverorgin.jpg?v=20240304151034&imageMogr2/format/webp)
/0/3853/coverorgin.jpg?v=20250122110303&imageMogr2/format/webp)
/0/23705/coverorgin.jpg?v=20250429185641&imageMogr2/format/webp)
/0/2850/coverorgin.jpg?v=20250120142850&imageMogr2/format/webp)
/0/2853/coverorgin.jpg?v=20250120142901&imageMogr2/format/webp)
/0/20413/coverorgin.jpg?v=20241128095111&imageMogr2/format/webp)
/0/3629/coverorgin.jpg?v=20250122110034&imageMogr2/format/webp)
/0/13745/coverorgin.jpg?v=561446b6eee65e8cba6b86ec5d98b026&imageMogr2/format/webp)
/0/13203/coverorgin.jpg?v=20250123144953&imageMogr2/format/webp)
/0/21144/coverorgin.jpg?v=20251224182923&imageMogr2/format/webp)
/0/3062/coverorgin.jpg?v=c1b66c6c3adae32b3b4caa61c3dfd6a5&imageMogr2/format/webp)
/0/2744/coverorgin.jpg?v=34dc371bad51a2740480c7a38a5d8518&imageMogr2/format/webp)