/0/23058/coverorgin.jpg?v=4c0ec1f46fbfddc72bcf6894813f78e9&imageMogr2/format/webp)
Alina menghembuskan nafasnya yang terasa begitu berat saat sampai di dalam apartement kecilnya. Entah mengapa dia merasa hari ini terasa sangat melelahkan. Alina Davidson atau yang biasa disapa Alin sudah 4 tahun kuliah dan tinggal di London, jauh dari keluarga dan hidup mandiri di negeri orang.
Alina memilih tinggal jauh dari Indonesia agar bisa menjauh dari cinta yang tak terbalaskan. Kegiatannya di London begitu membosankan. Hanya hanya melakukan rutinitas yang sama berulang kali setiap hari tanpa ada perubahan yang berarti.
Suara dering telepon berbunyi berkali-kali dari ponselnya membuat ketenangan hidupnya yang sementara waktu menjadi terganggu.
"Hallo kak," sapa Alin saat Alden menghubunginya.
"Hallo Alin... bagaimana kabarmu?"
"Baik kak seperti biasanya," jawab Alina dengan malas.
"Alin, kakak merindukan sayang" sapa Erika sambil merebut ponsel dari Alden.
"Terima kasih kak, kapan melahirkan kak?"
"3 minggu lagi sayang... kamu jadi pulangkan?" tanya Erika.
"Iya kak."
Alina dulu sangat dekat dengan Erika mungkin karena kakak iparnya itu mengerti perasaannya. Erika lah yang menyemangatinya yang dulu sempat patah hati, sebenarnya Erika tak salah, tapi dia belum bisa menerima kenyataan yang ada.
Dulu segala macam cara sudah dia lakukan untuk mendapatkan cinta pria itu, berharap pria itu bisa menerima cintanya walau dia tau masih ada wanita lain dalam hatinya. Dia melihat jam dinding waktu sudah menunjukan jam 11 malam, dia memutuskan untuk tidur dan beristirahat. Alina teringat kejadian 4 tahun yang lalu.
Alina menatap dirinya di depan cermin sambio mencoba berbagai macam gaun yang akan dia kenakan saat acara resepsi pernikahan kakaknya Alden.
"Sudah Lin, nanti cerminnya pecah loh," ujar Lucy mami Alina.
"Apaan sih mi," Alina mengerucutkan bibirnya.
"Kamu selalu cantik mau pakai baju apapun. Mami yakin Thomas klepek-klepek."
"Serius mi?" tanya Alina antusias. Lucy menganggukkan kepalanya sambil tersenyum pada anak tirinya.
Alina sangat bahagia. Mata melalang buana mencari keberadaan pria yang dicintainya. Senyuman terukir di bibirnya saat orang yang dicarinya datang di acara pernikahan Alden dan Erika. Pesona Thomas begitu menarik perhatiannya, bahkan bukan hanya dirinya beberapa wanita tamu undangan juga terlihat tertarik pada pria itu.
Dia sangat kesal kenapa Thomas begitu mempesona hingga banyak mata wanita-wanita meliriknya. Ingin sekali dia mencungkil mata wanita genit itu agar tidak lagi bisa menatap prianya.
Akan tetapi pria yang diharapkan Alina tidak memperhatikannya. Thomas menatap sedih kearah Erika. Erika, wanita yang sangat dicintainya terlihat sangat cantik dengan gaun pengantin di samping Alden. Hatinya sakit menatap kebahagian kedua mempelai yang seakan menari di atas penderitaannya.
Thomas tak ingin berlama-ama lagi di sini karena membuatnya tak nyaman. Saat akan pergi Thomas melihat adiknya Alden berjalan mendekatinya, Thomas sempat terpanah melihat gadis itu dengan senyuman malu-malu .
"Haiii kak Thomas," sapa Alina dengan senyuman terindahnya.
"Ya." Thomas hanya membalas dingin.
"Kakak kok lama sih datangnya."
Tidak ada jawaban dari Thomas, pria itu hanya menatap Alina tanpa ekspresi. Merasa tak ada jawaban dari Thomas membuat Alina terluka. Dia merasa tak dianggap oleh pria yang dicintainya.
Keadaan berubah menjadi canggung. Thomas memutuskan untuk pergi meninggalkan Alina, dia tidak ingin berlama-lama di sana terlebih ada adiknya Alden. Dia tahu kalau Alina menyukainya dan tak ingin memberikan harapan pada gadis kecil itu.
Sebenarnya Thomas tak ingin memberikan harapan pada Alina, tapi memang kesalahannya juga saat sedang merasa kesepian dan sedih malah mencium bibir gadis berusia 18 tahun tersebut. Kecantikan dan kepolosan Alina sama persis seperti Erika dulu dan itu mampu membuatnya tertarik pada gadis itu.
"Kak mau kemana?" tanya Alina menahan lengan Thomas.
/0/22188/coverorgin.jpg?v=20250214185437&imageMogr2/format/webp)
/0/17356/coverorgin.jpg?v=20240428184041&imageMogr2/format/webp)
/0/16863/coverorgin.jpg?v=20240331190028&imageMogr2/format/webp)
/0/6459/coverorgin.jpg?v=4b8547e4549ae8b4a02599d1e689dffd&imageMogr2/format/webp)
/0/2455/coverorgin.jpg?v=20250908111438&imageMogr2/format/webp)
/0/5353/coverorgin.jpg?v=20250121173938&imageMogr2/format/webp)
/0/7056/coverorgin.jpg?v=20250122151800&imageMogr2/format/webp)
/0/7194/coverorgin.jpg?v=20250122151852&imageMogr2/format/webp)
/0/2785/coverorgin.jpg?v=20250120160049&imageMogr2/format/webp)
/0/14621/coverorgin.jpg?v=20250123120209&imageMogr2/format/webp)
/0/3548/coverorgin.jpg?v=20250122112935&imageMogr2/format/webp)
/0/18532/coverorgin.jpg?v=20240701114441&imageMogr2/format/webp)
/0/7042/coverorgin.jpg?v=20250122151746&imageMogr2/format/webp)
/0/15297/coverorgin.jpg?v=20250123120742&imageMogr2/format/webp)
/0/15781/coverorgin.jpg?v=20250123121029&imageMogr2/format/webp)
/0/17214/coverorgin.jpg?v=20240305160545&imageMogr2/format/webp)
/0/20883/coverorgin.jpg?v=20250124101245&imageMogr2/format/webp)
/0/29581/coverorgin.jpg?v=cef77ef63ec72ae6bb83987cf0e7c459&imageMogr2/format/webp)
/0/3234/coverorgin.jpg?v=20250122112640&imageMogr2/format/webp)