/0/20687/coverorgin.jpg?v=cd1175ed73971d72d14a9d65cc1c01ff&imageMogr2/format/webp)
Lana menggenggam ponselnya erat, menatap angka di layar yang terasa seperti hukuman mati. Saldo rekeningnya hanya tersisa puluhan ribu, dan pesan dari debt collector sudah masuk sejak pagi. Ia mengembuskan napas berat, menggigit bibirnya, menahan emosi yang meluap di dadanya.
"Hanya satu bulan lagi," gumamnya, mencoba menenangkan diri. Satu bulan lagi, dan ia mungkin akan benar-benar terlempar ke jalanan.
Ponselnya bergetar. Nama Valerie muncul di layar. Sahabatnya. Satu-satunya orang yang masih tersisa di hidupnya.
Tanpa berpikir panjang, Lana menerima panggilan itu.
"Kau ada waktu? Aku butuh bicara."
Suara Valerie terdengar mendesak, seolah ada sesuatu yang sangat penting.
"Selalu ada waktu untukmu," jawab Lana, meski pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran tentang tagihan yang belum terbayar.
Mereka bertemu di sebuah kafe mewah yang sering dikunjungi Valerie. Lana merasa sedikit canggung, sadar bahwa dirinya tidak cocok di tempat seperti ini dengan pakaian sederhana dan tas usang yang mulai mengelupas.
Valerie, di sisi lain, tampak sempurna seperti biasa. Gaun mahal membalut tubuhnya, rambutnya tertata rapi, dan wajahnya bersinar tanpa cela. Meski mereka berteman sejak lama, dunia mereka sangat berbeda. Valerie berasal dari keluarga kaya, sementara Lana harus berjuang untuk bertahan hidup.
Lana duduk, menunggu sahabatnya berbicara. Valerie menggenggam cangkirnya erat sebelum menghela napas panjang.
"Aku butuh bantuanmu, Lan."
Lana mengangkat alis, menunggu kelanjutannya.
"Aku ingin Ayah membatalkan pernikahannya."
Lana mengerutkan kening. "Val, maksudmu apa?"
"Calon istrinya itu brengsek, Lana! Dia hanya mengincar uang Ayah. Aku tahu itu. Aku sudah menyelidikinya, dia punya banyak hutang, dan aku yakin dia hanya berpura-pura mencintai Ayah untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Aku tidak bisa membiarkan Ayah masuk perangkap ini!"
Lana diam sejenak, mencoba memahami maksud Valerie.
"Jadi... kau ingin aku apa? Membujuk ayahmu?" tanyanya hati-hati.
Valerie menatapnya lekat. Ada sesuatu dalam tatapan itu yang membuat Lana gelisah.
"Aku ingin kau menggoda Ayahku, Lana."
Jantung Lana seperti berhenti berdetak.
"Apa?" bisiknya, memastikan ia tidak salah dengar.
"Kau dengar aku. Aku ingin Ayah melihat bahwa wanita itu tidak layak untuknya. Jika dia tergoda oleh wanita lain, dia pasti akan ragu untuk menikah. Dan kau... kau adalah pilihan sempurna untuk itu."
Lana menelan ludah. Ini bukan sekadar permintaan biasa. Ini gila.
"Val, kau tidak serius, kan?"
/0/23560/coverorgin.jpg?v=20250526182619&imageMogr2/format/webp)
/0/23840/coverorgin.jpg?v=20250607090808&imageMogr2/format/webp)
/0/15235/coverorgin.jpg?v=20250123120604&imageMogr2/format/webp)
/0/3936/coverorgin.jpg?v=20250122110501&imageMogr2/format/webp)
/0/3576/coverorgin.jpg?v=79bd0c4fd1e86ba1bc67090a59109612&imageMogr2/format/webp)
/0/4968/coverorgin.jpg?v=20250121182959&imageMogr2/format/webp)
/0/3566/coverorgin.jpg?v=20250122112958&imageMogr2/format/webp)
/0/14035/coverorgin.jpg?v=20250123145733&imageMogr2/format/webp)
/0/30656/coverorgin.jpg?v=20251211183016&imageMogr2/format/webp)
/0/18318/coverorgin.jpg?v=20240820141028&imageMogr2/format/webp)
/0/5575/coverorgin.jpg?v=20250121171551&imageMogr2/format/webp)
/0/5134/coverorgin.jpg?v=e4a5e42f64bc6c2ddd68a5a988c91550&imageMogr2/format/webp)
/0/7407/coverorgin.jpg?v=811d87897bffc09e9a8d754c592829bc&imageMogr2/format/webp)
/0/12071/coverorgin.jpg?v=20250122183058&imageMogr2/format/webp)
/0/12866/coverorgin.jpg?v=20250122183630&imageMogr2/format/webp)
/0/20183/coverorgin.jpg?v=20241030112355&imageMogr2/format/webp)
/0/29601/coverorgin.jpg?v=8d41466709386b9515973ae68513f09f&imageMogr2/format/webp)
/0/18153/coverorgin.jpg?v=f78fa773721ad8b0372ca9fa8cb631a7&imageMogr2/format/webp)
/0/5797/coverorgin.jpg?v=20250121171826&imageMogr2/format/webp)
/0/10754/coverorgin.jpg?v=5ba6a8d9ce5d7531b517696fd75cfe8e&imageMogr2/format/webp)