/0/26439/coverorgin.jpg?v=ecd29a2007477a657f9164537df95b96&imageMogr2/format/webp)
"Aduh, pakai acara lupa lagi!" keluh Frani dengan penampilan yang sudah kusut di sana-sini.
Karena sedari tadi sibuk mengasah tangannya untuk membereskan cucian orang-orang, wanita berusia dua puluh tujuh tahun sampai lupa membawa kunci laci berisi pendapatan laundry.
Bukannya dia tidak percaya pada dua karyawannya yang sekarang, tetapi dulu Frani sempat kecewa dengan karyawan pertamanya yang mencuri hampir seluruh uangnya dan kabur. Jadi, dia berjanji untuk selalu membawa kunci laci. Terlebih, Frani harus menabung untuk progam hamil lagi.
Mengingat program hamil, wanita itu lantas teringat Gani, sang suami.
"Gimana caranya kita bisa punya anak kalau kamu sibuk? Aku saja berkorban untuk tidak lagi bekerja di pabrik hanya untuk lebih sering bersama dengan kamu, Frani."
Ucapan sang suami setelah lima bulan menikah kembali terngiang di kepala Frani. Segera, wanita itu berjalan kembali ke toko laundry miliknya yang dia bangun setelah menikah.
Dulu, Frani adalah karyawan kantor biasa. Namun, dia harus resign karena Gani tidak suka jika dia banyak menghabiskan waktu di kantor.
Frani yang sangat mencintai Gani pun tidak ingin mendebatkan masalah itu. Dengan sisa tabungan yang dia miliki, dia menyewa ruko dan membuka laundry kecil-kecilan. Yah, meskipun tidak sebanyak itu pendapatan seblumnya, dia tetap bersyukur.
Ting! Ting! Ting!
Alarm di ponsel Frani berbunyi.
Melihat jam di ponsel menunjukkan pukul 19:00, Frani semakin tergesa-gesa dan mempercepat langkahnya menuju toko.
Begitu tiba di depan pintu toko yang berupa kaca bukannya pintu sliding yang berisik bunyinya itu, ia pun berhenti dan berusaha membukanya.
"Belum terkunci?" gumam Frani bingung, "ah, Celia pasti masih di dalam!"
Memang, Celia lembur hari ini karena Leni--salah satu karyawannya--izin ada acara di rumahnya. Bahkan, Frani pun pulang terlambat karena itu. Hanya saja, packing baju belum selesai, hingga Frani meminta wanita itu untuk mempacking sisanya karena dia harus pulang.
Tapi, dia malah lupa membawa kunci laci yang tidak boleh sampai tergantung dan terpaksa kembali!
"Cel?" panggil Frani pelan.
Namun, tidak ada jawaban.
Frani beralih ke belakang kasir, sedikit berjongkok untuk membuka laci uang yang tidak seberapa besar jumlahnya. Dia tidak berniat mengambilnya dan hanya menarik kunci yang menggantung. Sayangnya, dia terkejut dengan apa yang dia dengar.
"Argh, Mas, cepatlah!"
Desah memenuhi ruangan, hingga Frani menajamkan pendengarannya.
'Apakah itu suara Celia?' batin Frani.
Namun, pikiran Frani menolak kemungkinan itu.
'Tidak! Celia tidak akan mendesah begitu,' pikir Frani lagi sampai suara desahan kembali terdengar.
"Arrgh ... ayo, Mas! Aku sudah hampir selesai. Benar-benar nikmat! Lebih semangat lagi, Mas!"
Frani terpaku.
Ini benar-benar suara Celia. Karyawannya itu seperti sedang melakukan sesuatu. Berani benar Celia melakukannya padahal dia belum menikah?!
Merasa perlu mengecek siapa yang menjadi lawan main Celia karena tempat yang mereka gunakan adalah toko miliknya, Frani pun mendekati asal suara.
Dengan perasaan tidak karuan, wanita itu berjalan lebih masuk lagi.
Memang, ada satu ruangan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan cucian yang telah selesai dipacking--bersebelahan dengan kamar mandi, tempat cuci, dan sisa ruangan tanpa sekat.
Jaraknya tidak terlalu jauh, tapi karena di dalam ruangan mungkin Celia tidak mendengar panggilannya tadi.
"Mas, setiap malam bisa begini terus aku tidak keberatan," gumam Celia lagi.
Frani terkejut Celia yang pendiam ternyata bisa mengutarakan hal yang di luar dugaan. Wanita itu semakin mendekat dan sampai di depan pintu yang terbuka.
Untuk beberapa saat, wanita itu ingin berpura-pura tidak tahu karena Celia butuh pekerjaan. Kalau dia sampai memergoki mereka, Celia pasti malu dan memutuskan untuk resign.
'Apa aku pulang saja ya?' batin Frani bingung.
Tiga detik kemudian, wanita itu berbalik. Dia akan memantau lebih jauh lagi. Siapa tahu kali ini Celia hanya salah jalan. Ya, manusia memang terkadang seperti itu. Harus salah jalan dulu baru mengerti arti kehidupan.
Frani tersenyum simpul. Dia berniat melangkah tapi ...
"Manis sekali kamu, Sayang. Sudah lama aku tidak merasakan hal yang luar biasa ini," balas seorang pria.
Frani berhenti di tempatnya. Dia tahu suara siapa itu. Lima tahun hidup dengannya tidak mungkin dia bisa lupa. Sekujur tubuhnya membeku, bahkan tangannya bergetar hebat. Dia ingin mengelak, tapi itu suara suaminya. Gani. Dia sangat yakin.
/0/14411/coverorgin.jpg?v=bd738e8253e99222619299bc91fa7e0c&imageMogr2/format/webp)
/0/23737/coverorgin.jpg?v=20250526182826&imageMogr2/format/webp)
/0/10794/coverorgin.jpg?v=6e423b4f4c2a0570dbf32f519b9e30fa&imageMogr2/format/webp)
/0/27382/coverorgin.jpg?v=4de8029a363b40fb53067ecaff96f7a4&imageMogr2/format/webp)
/0/21638/coverorgin.jpg?v=93a4504fb4f119a1df890d35f8343a67&imageMogr2/format/webp)
/0/15227/coverorgin.jpg?v=f9fb3ec54200a24c071370f18b8d2da9&imageMogr2/format/webp)
/0/2925/coverorgin.jpg?v=4f6c2089a306db7c05d48183b939e157&imageMogr2/format/webp)
/0/5263/coverorgin.jpg?v=d71bad0d9d30fdfbfa62d1cc5adfd5fb&imageMogr2/format/webp)
/0/15475/coverorgin.jpg?v=85b7e6eb8ac4b35a33e08c585de6d1d9&imageMogr2/format/webp)
/0/27620/coverorgin.jpg?v=5a572c3851f74e2991e09b2c511aafb4&imageMogr2/format/webp)
/0/17985/coverorgin.jpg?v=b408e4a007dd171cdaffaf8bcec08a75&imageMogr2/format/webp)
/0/16738/coverorgin.jpg?v=78834ef12abc12ccf44e059c7fbc7d75&imageMogr2/format/webp)
/0/19648/coverorgin.jpg?v=8f3be7fbf196a069f5bab2021d5d1d3e&imageMogr2/format/webp)
/0/5169/coverorgin.jpg?v=1e618f05454f01f07aa76f072ace8c90&imageMogr2/format/webp)
/0/18338/coverorgin.jpg?v=fd3714856cbd0c5db11cdea2f4de72e9&imageMogr2/format/webp)
/0/23841/coverorgin.jpg?v=20250607090807&imageMogr2/format/webp)
/0/26494/coverorgin.jpg?v=9f3c4b0d80e84312e3f601762d44dbbc&imageMogr2/format/webp)
/0/16582/coverorgin.jpg?v=99237a32bbb0fd244ed6889983ed2a8e&imageMogr2/format/webp)