Merebut Istri Yang Kau Sakiti

Merebut Istri Yang Kau Sakiti

Desti Angraeni

5.0
Komentar
173
Penayangan
41
Bab

Naila adalah gadis salihah berusia dua puluh satu tahun yang menikah dengan Daffa-seorang anak geng motor dengan atittude buruk. Pernikahan Daffa dan Naila tidak seindah pernikahan milik orang lain karena sikap tidak terpuji Daffa. Namun, Naila tetap bertahan dalam keterpurukannya dan menganggap ini adalah ujian dari Tuhan untuk rumah tangganya. Ketabahan dan kebijaksanaan Naila ternyata menarik perhatian Raihan, teman kuliahnya. Dari ketertarikan biasa, Raihan bahkan berniat menolong Naila untuk keluar dari toxic relationship itu. Dapatkah Raihan mengeluarkan Naila dari situasi yang merugikan si gadis atau justru kehadirannya semakin menambah petaka?

Bab 1 Naila dan Daffa

Naila sedang berjalan di jalanan umum di dekat rumahnya. Namun, dia menundukan wajahnya setiap berpapasan dengan seorang laki-laki yang bukan mahramnya, sehingga tanpa sengaja, dirinya menyenggol tas ransel seorang lelaki hingga terjatuh.

"Maaf." Segera, Naila berkata dengan panik seiring membantu mengambil tas di atas tanah.

"Iya, tidak apa," ucap Raihan--si pemilik tas.

Naila dan Raihan saling memandang sekejap, tetapi Naila kembali menundukkan kepalanya. Dengan santun dan sesal, Naila berkata, "Sekali lagi, saya minta maaf."

"Tidak apa." Raihan memaafkan dengan enteng.

"Kalau begitu, saya permisi," pamit Naila.

"Eu, tunggu!" cegah Raihan, "saya sedang mencari alamat, kamu bisa bantu? Kebetulan saya mahasiswa pindahan yang akan kuliah di kampus dekat sini. Saya tidak tahu jalan," kekeh Raihan.

Naila memutuskan membantu laki-laki di hadapannya sebagai permohonan maafnya. "Memangnya kamu mau ke mana?" Sekali lagi, Naila dan Raihan beradu tatapan sekejap karena Naila segera menundukan wajahnya lagi, menatap tanah di bawahnya.

"Mau ke rumah tante saya," jawab Raihan seiring mencoba mencari tahu wajah si gadis.

"Iya sudah, saya akan antar. Coba lihat alamatnya," pinta Naila tanpa menatap wajah laki-laki di hadapannya, dirinya hanya menatap secarik kertas di dalam genggaman Raihan.

Raihan menyodorkan cacatan kecil itu. Naila mengenali alamat yang tertulis di atas permukaan kertas. "Oh, ini sih tidak jauh dari sini. Ini rumah Tante Rumi yang buka toko roti kan?" tanya Naila untuk memastikan seiring menatap ke arah Raihan.

"Iya, Tante Rumi adiknya mama saya," jawab Raihan bersama tatapan kagum pada gadis berhijab rumahan di hadapannya.

"Saya akan mengantar kamu, mari," ajak Naila yang mulai berjalan di hadapan Raihan.

Selama dalam perjalanan, laki-laki jangkung ini memerhatikan cara berjalan Naila yang sedikit pincang seperti pernah menginjak sesuatu yang menyakiti telapak kakinya.

Tidak ada obrolan di antara Raihan dan Naila hingga gadis ini berhenti di salah satu ruko. "Ini rumah Tante Rumi."

Raihan segera menyebarkan tatapan ke arah rumah mewah itu dengan toko roti di pinggirnya, kemudian memicingkan tatapan kala melihat wanita yang sedang mengemas beberapa roti ke dalam kotak. "Eh iya, itu tante saya," riang Raihan, "thank ya, mampir yuk," ajaknya pada Naila.

"Tidak usah, terimakasih. Sebenarnya saya mau ke warung," tolak halus Naila.

"Oh, iya sudah. Maaf ya, kamu jadi antar saya," sesal Raihan. Seandainya dia tahu lebih awal maka dirinya tidak akan meminta diantar atau hanya sekedar menanyakan alamat.

"Tidak apa. Kalau begitu saya permisi." Naila berlalu sebelum sempat saling memperkenalkan diri.

Raihan menatap sekejap kepergian Naila, kemudian menemui Rumi. "Siang, tante."

"Eh, Raihan. Kapan kamu datang?" sambut hangat Rumi.

"Barusanlah, tante," kekeh Raihan, "tadi Raihan diantar cewek, tapi belum sempat kenalan, padahal cantik," sesalnya.

"Bagaimana ciri-cirinya, siapa tahu tante mengenalnya karena kalau anak-anak sini tante tahu," tutur santai Rumi seiring membantu karyawannya melayani pembeli.

"Eu ... cantik, tapi sedikit pincang, mungkin telapak kakinya terluka."

Rumi segera membidik tatapannya pada Raihan. "Mungkin itu Naila, tante dengar kakinya terkena pecahan gelas."

"Hah, kasihan sekali. Sudah diobati, kan?" cemas Raihan pada seseorang yang baru saja ditemuinya.

"Iya mungkin sudah, tapi tante tidak tahu." Rumi menggendikan bahunya, kemudian berpesan, "kalau kamu bertemu Naila lagi, lebih baik cukup menyapa karena Naila baru saja satu minggu menikah."

"Eu, iya tante." Ada nada kecewa dalam suara Raihan karena sebenarnya dirinya ingin memiliki kesempatan kedua bertemu Naila.

Sementara, Naila baru saja pulang ke rumah setelah membeli perban baru untuk kakinya yang dibalut sepatu dan kaos kaki agar tidak terkena polusi udara. "Aw," rintih gadis ini kala kaos kaki itu menempel di area luka.

Naila mulai membalut perban pada kakinya setelah dibersihkan menggunakan alkohol. "Semoga saja tidak ada pecahan kaca yang tertinggal," harapnya seiring mengingat penyebab luka di kaki kanannya yang terjadi dua hari yang lalu.

"Kamu kemana saja sih, jam segini baru pulang?" tanya ketus Daffa-suaminya Naila. Mereka menikah hasil dari perjodohan.

"Maaf, saya banyak tugas di kampus," jawab santun Naila, sikapnya sangat jauh dengan sikap yang ditunjukan Daffa.

"Alasan. Sekarang juga sediakan kopi buat saya. Saya haus, lapar, saya kuliah sambil bekerja harusnya kamu lebih pengertian dong!" teguran Daffa yang seakan semua kesalahan ada pada Naila.

"Iya, sebentar." Naila bergegas menyimpan tas dan buku-bukunya ke kamar, kemudian segera menyeduh kopi untuk Daffa. Namun, karena airnya terlalu panas dan di dalam gelasnya tidak tersedia sendok. Maka, gelas itu pecah hingga percikan air panas menyapa rok dan tangan Naila, sedangkan kakinya terkena tumpahan air panas serta pecahan gelas. "Kya!!!" jeritnya.

Daffa segera menghampiri Naila ke dapur. "Ada apa sih, ribut sekali?" kesalnya.

Kaki Naila kepanasan sekaligus kesakitan hingga darah mengucur. Daffa menyaksikannya, tapi tidak memiliki belas kasihan. "Begitu saja tidak becus!" Laki-laki ini segera berlalu menuju rumah orangtuanya, sedangkan Naila dibiarkan sendiri bersama denyutan brutal di area kaki dan hati teriris.

Sampai saat ini Naila masih harus merasakan sakit itu, hingga tanpa sadar sebuah tetesan bening mengucur, kemudian tangan kanannya segera menyapu jejak basah dengan kasar. "Saya tidak boleh menangis. Saya menikah dengan Daffa karena saya ikhlas."

Naila adalah seorang anak petani. Orangruanya terlilit hutang belasan juta, sedangkan Daffa anak orang berada yang telah meminjamkan uang pada orangtuanya Naila.

Namun, Daffa terkenal tidak baik di daerah ini. Atittudenya sangat rendah, dia juga seorang anak motor. Maka, untuk mengubah Daffa menjadi lebih baik orangtuanya memutuskan menikahkannya dengan Naila seorang gadis baik-baik dan shalehah.

Naila adalah sosok menantu impian Haris dan Farida. Maka, mereka segera melamar Naila untuk Daffa berharap putranya menjadi lebih baik setelah dinikahkan. Lalu, soal hutang piutang semua dianggap lunas.

Awalnya Heru dan Mia tidak setuju karena masa depan Naila sangat panjang, apalagi putrinya dilamar untuk Daffa tentu saja mereka tidak memiliki minat sedikitpun.

Namun, karena Haris dan Farida telah membantu Heru dan Mia dimasa sulit. Maka, akhirnya Naila dinikahkan dengan Daffa. Pernikahan mereka terjadi satu minggu yang lalu dengan acara besar-besaran. Haris dan Farida juga sangat menyayangi Naila layaknya anak mereka sendiri, tapi kasih sayang kedua orang itu sangat berkebalikan dengan Daffa yang justru sama sekali tidak menginginkan Naila.

Maka semenjak malam pertama, Daffa memperlakukan Naila dengan cara tidak baik. Kata-kata kasar sering keluar dari mulutnya bahkan saat Naila ketakutan, Daffa semakin menjadi. Dia semakin brutal di malam pertama mereka.

Perbedaan usia Daffa dan Naila satu tahun saja. Sekarang, Daffa sudah mulai bekerja di perusahaan ayahnya karena harus menafkahi Naila, tapi tentu saja nafkah lahir itu tidak akan pernah sampai pada istrinya.

Kini, Daffa baru saja menunjukan batang hidungnya kala Naila meringis kesakitan di area kakinya. "Ngapain kamu, sudah masak belum? Jangan pemalas jadi istri!" hardik Daffa.

Bersambung ....

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Desti Angraeni

Selebihnya

Buku serupa

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gemoy
5.0

Kami berdua beberapa saat terdiam sejanak , lalu kulihat arman membuka lilitan handuk di tubuhnya, dan handuk itu terjatuh kelantai, sehingga kini Arman telanjang bulat di depanku. ''bu sebenarnya arman telah bosan hanya olah raga jari saja, sebelum arman berangkat ke Jakarta meninggalkan ibu, arman ingin mencicipi tubuh ibu'' ucap anakku sambil mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh di atas tempat tidur. ''bruuugs'' aku tejatuh di atas tempat tidur. lalu arman langsung menerkam tubuhku , laksana harimau menerkam mangsanya , dan mencium bibirku. aku pun berontak , sekuat tenaga aku berusaha melepaskan pelukan arman. ''arman jangan nak.....ini ibumu sayang'' ucapku tapi arman terus mencium bibirku. jangan di lakukan ini ibu nak...'' ucapku lagi . Aku memekik ketika tangan arman meremas kedua buah payudaraku, aku pun masih Aku merasakan jemarinya menekan selangkanganku, sementara itu tongkatnya arman sudah benar-benar tegak berdiri. ''Kayanya ibu sudah terangsang yaa''? dia menggodaku, berbisik di telinga. Aku menggeleng lemah, ''tidaaak....,Aahkk...., lepaskan ibu nak..., aaahk.....ooughs....., cukup sayang lepaskan ibu ini dosa nak...'' aku memohon tapi tak sungguh-sungguh berusaha menghentikan perbuatan yang di lakukan anakku terhadapku. ''Jangan nak... ibu mohon.... Tapi tak lama kemudian tiba-tiba arman memangut bibirku,meredam suaraku dengan memangut bibir merahku, menghisap dengan perlahan membuatku kaget sekaligus terbawa syahwatku semakin meningkat. Oh Tuhan... dia mencium bibirku, menghisap mulutku begitu lembut, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, Suamiku tak pernah melakukannya seenak ini, tapi dia... Aahkk... dia hanya anakku, tapi dia bisa membuatku merasa nyaman seperti ini, dan lagi............ Oohkk...oooohhkkk..... Tubuhku menggeliat! Kenapa dengan diriku ini, ciuman arman terasa begitu menyentuh, penuh perasaan dan sangat bergairah. "Aahkk... aaahhk,," Tangan itu, kumohooon jangan naik lagi, aku sudah tidak tahan lagi, Aahkk... hentikan, cairanku sudah keluar. Lidah arman anakku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar. Kemudian kurasakan lidahnya menyeruak masuk kedalam vaginaku, dan menari-nari di sana membuatku semakin tidak tahan. "Aaahkk... Nak....!"

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Merebut Istri Yang Kau Sakiti
1

Bab 1 Naila dan Daffa

07/03/2023

2

Bab 2 Laki-Laki Hangat itu Raihan

07/03/2023

3

Bab 3 Perbedaan Raihan dan Daffa

07/03/2023

4

Bab 4 Tentang Daffa dan Raihan

07/03/2023

5

Bab 5 Perasaan Aneh Raihan

07/03/2023

6

Bab 6 Sosok Heroik

07/03/2023

7

Bab 7 Raihan Seorang Tersangka

07/03/2023

8

Bab 8 Dua Orang yang Dicurigai

07/03/2023

9

Bab 9 Raihan Harus Menghindar

07/03/2023

10

Bab 10 Naila Dijadikan Kambing Hitam

07/03/2023

11

Bab 11 Pertolongan Raihan Lagi

20/03/2023

12

Bab 12 Raihan Memiliki Banyak Saingan

20/03/2023

13

Bab 13 Hanya Selembar Uang

21/03/2023

14

Bab 14 Rencana Licik Daffa

21/03/2023

15

Bab 15 Warga Baru itu Pengecut

22/03/2023

16

Bab 16 Sepertinya Naila Selingkuh Sama Raihan!

22/03/2023

17

Bab 17 Ingin Melihat Keseharian Naila

23/03/2023

18

Bab 18 Apa Tuhan Salah Menjodohkan Mereka

24/03/2023

19

Bab 19 Tidak Boleh Memikirkan Laki-Laki Lain Selain Daffa

26/03/2023

20

Bab 20 Terimakasih untuk Naila

27/03/2023

21

Bab 21 Attitude Anak Orang Paling Kaya

01/04/2023

22

Bab 22 Apa Anak Saya Bisa Merebut Naila dari Daffa

04/04/2023

23

Bab 23 Alat Pengaman Kehamilan

06/04/2023

24

Bab 24 Kalau Selingkuh Pasti Tidak Akan Ketahuan!

07/04/2023

25

Bab 25 Pendekatan Daffa pada Gisel

08/04/2023

26

Bab 26 Bolehkah Saya Menyukai Kamu

09/04/2023

27

Bab 27 Tidak Ingin Naila Didekati Oranglain

12/04/2023

28

Bab 28 Daffa Semakin Brutal

15/04/2023

29

Bab 29 Apa Saya Terlalu Kasar

20/04/2023

30

Bab 30 Keterlaluan Sekali Daffa!

22/04/2023

31

Bab 31 Minta Maaf pada Naila

24/04/2023

32

Bab 32 Obrolan Menenangkan Raihan dan Daffa

26/04/2023

33

Bab 33 Naila Sedang Hamil

29/04/2023

34

Bab 34 Gugurkan Saja!

02/05/2023

35

Bab 35 Tega Sekali, Daffa!

07/05/2023

36

Bab 36 Perceraian Bukan Hal Buruk

10/05/2023

37

Bab 37 Kedzoliman Daffa

14/05/2023

38

Bab 38 Ambil Saja Naila!

20/05/2023

39

Bab 39 Akhirnya Dia Pergi!

27/11/2024

40

Bab 40 Mungkin Naila Mati!

29/11/2024