Merebut Istri Yang Kau Sakiti
wajahnya setiap berpapasan dengan seorang laki-laki yang bukan mahramnya, sehin
dengan panik seiring membant
," ucap Raihan-
la kembali menundukkan kepalanya. Dengan santun dan s
ihan memaafkan
saya permisi,
bisa bantu? Kebetulan saya mahasiswa pindahan yang akan kuli
"Memangnya kamu mau ke mana?" Sekali lagi, Naila dan Raihan beradu tatapan sek
awab Raihan seiring mencoba
Naila tanpa menatap wajah laki-laki di hadapannya, dirin
s permukaan kertas. "Oh, ini sih tidak jauh dari sini. Ini rumah Tante Rumi yang
awab Raihan bersama tatapan kagum pada
mari," ajak Naila yang mula
tikan cara berjalan Naila yang sedikit pincang seperti
Naila hingga gadis ini berhenti di sa
emudian memicingkan tatapan kala melihat wanita yang sedang mengemas beberapa roti ke dalam
Sebenarnya saya mau ke w
han. Seandainya dia tahu lebih awal maka dirinya tidak ak
rmisi." Naila berlalu sebelum se
ergian Naila, kemudian men
n kamu datang?" s
i Raihan diantar cewek, tapi belum semp
karena kalau anak-anak sini tante tahu," tutur santa
ikit pincang, mungkin te
Raihan. "Mungkin itu Naila, tante d
ati, kan?" cemas Raihan pada ses
ahunya, kemudian berpesan, "kalau kamu bertemu Naila lagi, lebi
ara Raihan karena sebenarnya dirinya ingi
ntuk kakinya yang dibalut sepatu dan kaos kaki agar tidak terkena polusi
kohol. "Semoga saja tidak ada pecahan kaca yang tertinggal," harapnya seiri
ulang?" tanya ketus Daffa-suaminya Naila
awab santun Naila, sikapnya sangat jau
r, saya kuliah sambil bekerja harusnya kamu lebih pengertian do
un, karena airnya terlalu panas dan di dalam gelasnya tidak tersedia sendok. Maka, gelas itu pecah hingga percikan air
aila ke dapur. "Ada apa si
memiliki belas kasihan. "Begitu saja tidak becus!" Laki-laki ini segera berlalu menuju rumah oran
etesan bening mengucur, kemudian tangan kanannya segera menyapu jejak basah dengan
hutang belasan juta, sedangkan Daffa anak orang berad
juga seorang anak motor. Maka, untuk mengubah Daffa menjadi lebih baik orangtua
gera melamar Naila untuk Daffa berharap putranya menjadi lebih baik
aila sangat panjang, apalagi putrinya dilamar untuk D
mereka terjadi satu minggu yang lalu dengan acara besar-besaran. Haris dan Farida juga sangat menyayangi Naila layaknya anak mer
baik. Kata-kata kasar sering keluar dari mulutnya bahkan saat Naila ketak
mulai bekerja di perusahaan ayahnya karena harus menafkahi Naila, ta
ila meringis kesakitan di area kakinya. "Ngapain kamu, su
mbung