Merebut Istri Yang Kau Sakiti
temu Ciara. "Siang adik," sapan
mbalut!" heboh Ciara kala
di haid pertama kamu, kakak yang selamatkan. Sekarang kakak mau jadi hero b
han langsung punya cewek anak kampus ini, kan ini
dirinya dan Alia sudah memilih bangku dan menunggu. "Kok ngelamun
a kakak aku. Ka
ang ba
tu kaka
... tingg
lang Kak Raihan tiang
Naila menunggu. "Ini, pakai ya. Terus jake
ini jake
Naila kan?" Kemarin saya bertanya sama
kamu. Ngomong-ngomong,
a kemarin gadis ini juga membantunya. Tan
kanannya. Maka, telapak tangan
ini sudah memakai pembalutnya, jaket laki-l
i, celana saya sudah kotor terkena darah." Naila kebingungan, tapi andai dirinya bisa b
sul ke kantin karena l
melingkar di pinggang Naila. "Ko
aki yang pinjamkan jak
an. Kakak bilang mau tolong cewek
yang tidak menduga p
k Raihan tolong cewek ti
karena iba dengan langkah kaki kawannya. Ja
entu saja tempat itu lebih terkenal dari tempat Naila menim
rgila-gila padanya, tapi tidak satupun yang membuat ketertarikannya mencuat. Semua gadis-gadi
n materi. Di kampus ini hanya kelima kawannya ya
sanya menikah
," jawab da
annya enak," g
tapi saya malas kasih m
harus dapat nafkah lahir, bukan cuma b
duli!" Da
idak lagi membahas pernikahan Daffa karena mer
rusahaan Haris. "Pa, boleh tidak Daffa tidak usah bekerja? Enak sekali Nail
istrinya dan suatu hari untuk anak dan istri," t
, itu ti
kahi Naila sesuai haknya." Kini Haris berkata tegas. Maka, Daffa tidak bisa m
Dirinya harus berjalan sekitar dua puluh met
Naila sedang berjalan pincang menyusuri ja
ke arah Raihan. "Tida
tidak sakit berjal
ikan jawaban yang sama se
maka dirinya mengerti jika Naila sedang menjaga fitnah t
agaiman ja
ran tulus laki-laki den
menunggu jaketnya kering ka
, "iya sudah, saya duluan," pamitnya karena beberapa tetangga mulai memandangi dirin
Jaket milik Raihan segera dicuci memakai mesin supaya cepat kering. Naila juga menitipkan jemurannya di halaman tetang
tidak menyantap masakan Naila. Sama halnya dengan so
aja sendiri," tolak Daffa kala Naila b
t lagi, nanti saya mau minta uan
reka yang menikahkan kita." Sant
a pelan dan hati-hati Naila a
rintah saya!" tegas Daffa,
darah milik Naila yang masih menggantung. "Ck, baru saja seminggu menik
asih sibuk di dapur karena semua urusan rumah menjadi tanggung ja
angtua kita tiba-tiba dat
logika, kan!" Daffa segera berlalu, dia memacu
da. Para pemuda menyapa Daffa sebagaimana pada seorang kawan. Lalu, salah satu pemuda berkata setela
minya Naila.
mbung