/0/24927/coverorgin.jpg?v=09a6b4ac3c49d9c142eca1406092c220&imageMogr2/format/webp)
"Ehm, kau terlihat sangat cantik hari ini, Bianca."
Teguran seorang lelaki yang tiba-tiba terdengar, membuat Bianca–yang sedang mengelap meja–menoleh. Dia tersenyum saat mendapati salah satu pelanggan menyapa dirinya.
"Oh, Maxim … apa selama ini aku tidak cantik?" tanyanya sambil tersenyum dan mengangkat sebelah alis.
"Kau selalu cantik, Bianca. Bahkan dengan apron dan lap kotormu itu. Aku justru menyukai wajahmu yang berkeringat," goda Maxim lagi, cepat-cepat duduk di meja yang baru saja dibersihkan oleh Bianca.
"Terima kasih, itu terdengar seperti sebuah pujian," kata Bianca terkekeh.
"Aku memang sedang memujimu, Sayang." Maxime terkekeh. "Jadi, kapan kau mempunyai waktu luang untuk menerima tawaran kencan dariku?"
"Aku akan menghubungimu, jika sudah senggang," kata Bianca serius. "Kau di sini untuk merayuku, atau mau pesan beberapa kue?"
"Tentu saja pesan kue dan juga melihatmu," ucap Maxime terkekeh. "Bawakan aku red velvet dan juga moccacino,"pintanya.
"Kalau begitu tunggu sebentar," tutur Bianca, tersenyum begitu manis sebelum beranjak pergi dari sana.
Wanita itu memasuki ruangan lain, dan wajahnya berubah seratus delapan puluh derajat. Senyum yang sejak tadi dia tampakkan, sirna lenyap tak berbekas sedikit pun digantikan raut wajah kekesalan.
"Sialan! Dasar lelaki perayu ulung. Jika bukan karena pelanggan, sudah kudepak dia sejak tadi!" umpatnya bergumam lirih.
Namun, ternyata ada yang mendengar. Mary—salah satu karyawan kepercayaannya, mendekat dengan alis saling bertautan. "Ada apa, Bu? Kenapa terlihat kesal sekali?" tanyanya.
Bianca menoleh, lalu berdecak dengan kedua tangan bertolak pinggang. Hanya menggerakkan dagunya, dia memberikan kode pada Mary. "Urus pesanan si cassanova itu. Aku mau pergi sebentar," ucapnya ketus.
Setelah memastikan Mary tahu pesanannya, Bianca melepaskan mulai melepas apron dan mencuci tangannya sampai bersih. Lalu dia mengambil tasnya dan pergi lewat pintu belakang. Dia tak ingin sosoknya terlihat oleh Maxim, atau lelaki manapun yang sering merayunya. Bianca merasa muak, dan dia ingin terbebas dari lelaki macam itu.
Selama ini, dia hanya berpura-pura bersikap baik, bersikap lemah lembut, hanya untuk menarik perhatian pelanggan toko kuenya. Namun, sepertinya beberapa pelanggan salah mengartikan tentang kebaikan dirinya. Hal ini malah membuatnya menjadi bulan-bulanan sasaran para lelaki penggoda ulung.
Wanita itu mendesah kasar, berjalan tergesa ke taman yang tak jauh dari toko kuenya. Memilih tempat ternyaman untuknya duduk, lalu mengeluarkan kertas dan bolpoin. Dia terlihat terdiam sebentar menghadap depan dengan pandangan kosong karena tengah berpikir untuk merencanakan launching produk baru berupa kue di tokonya.
Sore ini, taman terlihat begitu ramai dan Bianca sangat menyukai suasana tersebut. Suara tawa anak-anak kecil yang bermain, entah kenapa membuat hatinya menghangat dan semakin melancarkan otaknya untuk berpikir.
Di tengah-tengah fokusnya Bianca menulis, tiba-tiba seorang bocah perempuan berlarian di depannya. Bianca mendongak, dan tersenyum melihatnya. Namun, ketika bocah itu tiba-tiba terjatuh, Bianca reflek berdiri dan mendekat.
"Kau tidak apa-apa, Nak?" tanya Bianca panik.
Bocah itu menatapnya dengan mata bulatnya yang sempurna. Awalnya, bocah itu terdiam. Tetapi, tiba-tiba menangis dan memeluknya dengan erat. "Mama."
Terkejut, mulut Bianca terbuka setengah mendengar bocah itu memanggilnya Mama. Cepat-cepat, dia mendorong bocah kecil itu agar bisa melihat wajahnya. "Hey, Nak, aku bukan Mamamu. Kau pasti salah orang. Lihatlah ke sekeliling, perhatikan baik-baik semua orang yang ada di sini lalu kenalilah Mamamu," kata Bianca memberikan pengertian.
Namun, bocah itu menggeleng cepat. Merangsek maju dan lagi-lagi memeluk Bianca. "Mama … ini takit."
/0/8667/coverorgin.jpg?v=935dd95c4efc2172a56d213d05525c5d&imageMogr2/format/webp)
/0/9030/coverorgin.jpg?v=883fe3c7ef3c952d8025ab444c7ba36a&imageMogr2/format/webp)
/0/8464/coverorgin.jpg?v=bb2fa6976040b74967606847f472435d&imageMogr2/format/webp)
/0/13931/coverorgin.jpg?v=20250123145704&imageMogr2/format/webp)
/0/15407/coverorgin.jpg?v=eb52c08fedf92d47e98ef432bf8299d3&imageMogr2/format/webp)
/0/20438/coverorgin.jpg?v=f4ce88162c20b83c898310594ebee030&imageMogr2/format/webp)
/0/6823/coverorgin.jpg?v=20250122151557&imageMogr2/format/webp)
/0/23685/coverorgin.jpg?v=67f525831c2cc86f2a390a0c8e8938db&imageMogr2/format/webp)
/0/17784/coverorgin.jpg?v=20240401115211&imageMogr2/format/webp)
/0/5769/coverorgin.jpg?v=20250121171801&imageMogr2/format/webp)
/0/16399/coverorgin.jpg?v=1e15c1b5d5554d21af64e257ce86aabf&imageMogr2/format/webp)
/0/7030/coverorgin.jpg?v=66ef500fba68df5246c38220ee708a7f&imageMogr2/format/webp)
/0/2795/coverorgin.jpg?v=043d4b1da96165844a701a244b3febde&imageMogr2/format/webp)
/0/2640/coverorgin.jpg?v=cd404ed8e307d022c965a36eb2d49305&imageMogr2/format/webp)
/0/7314/coverorgin.jpg?v=a1082c86ea6699e6432ece45218c8f91&imageMogr2/format/webp)
/0/16559/coverorgin.jpg?v=e2071e6c7a02478e542e0f7ba23df599&imageMogr2/format/webp)
/0/5184/coverorgin.jpg?v=72b988390c55a957b5306f33b865e4e6&imageMogr2/format/webp)
/0/10516/coverorgin.jpg?v=01aff05d00205982dc45aa23981f69dc&imageMogr2/format/webp)