Bunga tidak pernah menyangka kalau Ezza-suami pilihan orang tuanya, tiba-tiba menjadi dosen di kampusnya. Apa tujuan Ezza sebenarnya?
🏵️🏵️🏵️
Hari ini awal masuk kuliah, aku melanjutkan pendidikan di salah satu universitas yang ada di Tanjungpinang. Setelah lulus SMA, orang tua memintaku istirahat dua tahun.
Akhirnya, sekarang kebahagiaan itu datang menghampiri. Orang tua setuju agar aku kembali melanjutkan pendidikan setelah dua tahun berlalu. Namun di satu sisi, hati merasa sedih karena teman-temanku sudah lebih awal melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. Perasaan kesepian tanpa sahabat datang mengikuti karena dulu mereka selalu menemani setiap hari-hariku-saat masih sama-sama duduk di bangku SMA.
Rasanya seperti asing saat berada dalam kelas, tidak ada satu pun yang aku kenal. Namun, demi niat dan harapan yang ingin tercapai, aku harus tetap semangat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Semua ini kulakukan demi cita-cita dan impian.
Aku harus yakin dan percaya karena cepat atau lambat, aku pasti mampu menemukan teman dan sahabat di tempat yang baru ini. Aku pun tetap berusaha bersikap ramah kepada teman-teman sekelas untuk menyesuaikan diri.
Ini hari pertama belajar setelah melaksanakan kegiatan ospek tiga hari lamanya. Mata kuliah pertama adalah Akuntansi, pelajaran yang paling kugemari sejak SMA. Ingat Akuntansi, tiba-tiba ingat seseorang yang paling dekat denganku. Kami sama-sama mengambil jurusan yang sama. Aku baru mengenalnya selama tiga tahun terakhir ini, dia baik dan sangat dekat dengan keluargaku.
Mata kuliah Akuntansi akan segera dimulai, semua mahasiwa dan mahasiswi dalam kelasku duduk di bangku masing-masing. Dosen yang mengajar pun memasuki kelas.
"Selamat pagi semuanya." Dosen itu menyapa dengan ramah.
"Selamat pagi, Pak." Balasan dari mahasiswa dan mahasiswi.
Aku memandang lelaki yang kini di depan kelas, dia dosen yang mengajar mata kuliah Akuntansi. Jantung rasanya seperti ingin berhenti berdetak karena benar-benar kaget luar biasa. Rasanya ini seperti mimpi, melihat dirinya berdiri di sana. Kenapa harus dia? Apakah tidak ada dosen lain? Aku gugup dan bingung harus bagaimana dengan situasi yang tak biasa ini.
"Perkenalkan, nama saya Ezza Saputra. Saya akan mengajar mata kuliah Akuntansi di kelas ini." Dosen itu memperkenalkan diri.
Aku mimpi apa, sih, semalam? Kenapa harus melihatnya di sini? Kenapa dia tidak memberitahukan kalau dirinya mengajar di kampus ini? Apa tujuannya menutupi semua ini? Sepertinya dia ingin memberikan kejutan yang tidak pernah kuharapkan sama sekali. Aku sungguh tidak suka dengan semua ini.
"Pak Ezza cakep, yah," ucap salah satu mahasiswi yang duduk di belakangku.
"Iya, tuh. Boleh minta nomor kontak pribadinya, nggak, yah? Mudah-mudahan masih jomlo," balas teman yang di sebelahnya.
What?
Jomlo?
Kenapa, sih, aku harus mendengar kalimat itu keluar dari bibir mereka?
Kenapa mereka harus mengagumi Mas Ezza?
Aaarrrggghhhh!
Aku kesal!
Aku sebel!
🏵️🏵️🏵️
Namaku Bunga Cantika, saat ini berusia dua puluh tahun. Kulitku putih, mata sendu, dan banyak yang bilang cantik. Aku anak tunggal dari Papa Akbar Ramadhan dan Mama Bella Marina. Mereka sangat menyayangiku, bahkan selalu memenuhi semua kebutuhan dan permintaan anak semata wayangnya ini.
Teman-teman selalu memberikan pujian dan berpikir bahwa aku perempuan yang terlahir dengan sempurna. Lahir dari keluarga yang berkecukupan, dimanja, dan selalu berprestasi saat duduk di bangku sekolah. Mulai SD hingga SMA, aku selalu juara di kelas. Papa dan Mama mengaku sangat bangga memiliki putri seperti diriku. Oleh karena itu, mereka selalu memberikan semua yang aku inginkan.
Akan tetapi, ada satu hal yang tidak dapat kuminta dari orang tua, membatalkan perjodohan dengan anak partner kerja Papa. Beliau memiliki partner kerja yang sangat berjaya saat ini, beliau bukan sekadar teman kerja biasa, tetapi juga sahabat karib Papa sejak duduk di bangku SMP.
Sejak lama, mereka berencana menjodohkanku dengan anak Om Satia Perdana, nama sahabat Papa. Aku tidak kuasa menolak permintaan tersebut karena kedua pria itu mengaku bahwa perjodohan anak-anak mereka juga bertujuan untuk meningkatkan kemajuan usaha yang telah dirintis.
Dua tahun yang lalu, acara pernikahanku dengan putra tunggal Om Satia berjalan dengan sangat meriah. Resepsi pernikahan dihadiri oleh pengusaha-pengusaha besar yang ada di kota ini. Pesta meriah itu diadakan selama tiga hari dan penuh dengan kemewahan. Namun, tidak sepenuhnya kebahagiaan yang kurasakan karena diriku sedih harus menikah di usia dini.
Aku masih ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, bangku kuliah. Namun, keputusan orang tua tidak dapat kutolak karena pernikahan terjadi demi kemajuan usaha Papa. Kebahagiaan dan kelancaran usaha Papa jauh lebih penting dari perasaanku. Aku berusaha ikhlas untuk mencoba membuka diri mendampingi suami pilihan orang tua.
=============
Bab 1 Terkejut
09/12/2023
Bab 2 Kesal
09/12/2023
Bab 3 Benci
09/12/2023
Bab 4 Bertemu Kakak Tingkat
09/12/2023
Bab 5 Salah Tingkah
09/12/2023
Bab 6 Berdebat
09/12/2023
Bab 7 Cemburu
09/12/2023
Bab 8 Pengakuan Mengejutkan
09/12/2023
Bab 9 Cinta pada Pandangan Pertama
09/12/2023
Bab 10 Rencana
09/12/2023
Bab 11 Status Suami Istri
09/12/2023
Bab 12 Tiket Bulan Madu
09/12/2023
Bab 13 Kejutan
09/12/2023
Bab 14 Ungkapan Cinta
09/12/2023
Bab 15 Pulang ke Rumah Orang Tua
09/12/2023
Bab 16 Dilema
09/12/2023
Bab 17 Nasihat
09/12/2023
Bab 18 Ciuman Pertama
09/12/2023
Bab 19 Pertanyaan Membingungkan
09/12/2023
Bab 20 Nekat
09/12/2023
Bab 21 Tamparan
09/12/2023
Bab 22 Menikmati
09/12/2023
Bab 23 Perhatian
09/12/2023
Bab 24 Senyum-Senyum
09/12/2023
Bab 25 Seranjang Berdua
09/12/2023
Bab 26 Merasa Bersalah
09/12/2023
Bab 27 Rasa Cinta
09/12/2023
Bab 28 Unboxing
16/12/2023
Bab 29 Canggung
19/12/2023
Bab 30 Kejujuran
21/12/2023
Bab 31 Masih Merahasiakan
23/12/2023
Bab 32 Masa Lalu
26/12/2023
Bab 33 Pengumuman Status
28/12/2023
Bab 34 Cemburu
30/12/2023
Bab 35 Mengingat Masa Lalu
02/01/2024
Bab 36 Harapan
04/01/2024
Bab 37 Sakit Hati
06/01/2024
Bab 38 Penolong Masa Lalu
09/01/2024
Bab 39 Pemandangan Menyakitkan
11/01/2024
Bab 40 Merahasiakan Kehamilan
13/01/2024
Buku lain oleh Nova Irene Saputra
Selebihnya