Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
"Mom."
Wanita yang tengah sibuk di dapur itu menoleh ke ambang pintu. Penampakan putranya dengan tas ransel lusuh menggantung di bahu, dan kepala menunduk adalah hal rutin yang akan dia lihat setiap Sean Alexander, putrinya kembali dari sekolah.
"Ada apa? Seseorang menghinamu lagi?" Jane bertanya tanpa menoleh. Wanita itu sibuk mencuci piring-piring kotor setumpuk di bak cuci piring.
"Aku bukan anak haram, kan?"
Aktivitas Jane terhenti. Wanita itu diam dengan tangan menggantung di udara. Sesekali ia menghela napas, sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Mommy sudah bilang, jangan dengarkan mereka."
"Tapi Daddy tak pernah pulang."
"Daddymu bekerja sangat jauh."
Sean mendongak, selalu wajah menyedihkan itu yang dia perlihatkan. Untungnya, Jane tak melihat ke belakang atau dia akan menangis sendirian di dalam kamar.
"Kapan Daddy pulang? Ibu guru selalu bertanya, kenapa hanya Mommy yang datang di setiap pertemuan orang tua. Daddy tidak pernah ada, teman-temanku selalu bersama ayahnya, dan aku ... Aku hanya bisa bermimpi bisa membawa Daddy ke sekolah."
Tangan Jane nyaris licin, dan membuat piring-piring itu pecah. Dia berusaha menjaga tubuhnya agar tak merosot. Rasa sakit yang selalu dia pendam, selalu mencuat jika Sean menanyakan di mana ayahnya.
Jane tidak tahu di mana ayah Sean berada. Kejadian pahit di masa lalu, sungguh mengubah hidup Jane. Ayahnya meninggal karena serangan jantung saat mendengar dirinya hamil, dan laki-laki yang menghamilinya menghilang entah ke mana.
Kekasihnya yang dicintainya juga lenyap seperti ditelan bumi. Setelah kejadian dia tertangkap basah tidur dengan sahabat kekasihnya sendiri.
Jane tidak tahu, dia tidak paham bagaimana bisa berakhir tidur dengan lelaki itu. Yang Jane ingat adalah, selepas pesta ulang tahun temannya di senior highschool.Jane merasakan sakit kepala hebat, dan terbangun dalam dekapan sahabat sang pacar dengan keadaan tanpa busana.
"Pergilah makan, Mommy memasak makanan kesukaanmu." Selalu, jawaban itu yang akan Jane katakan pada sang putra.
"Aku hanya ingin Daddy pulang, agar mereka tidak mengataiku anak buangan."
"Kamu bukan anak buangan, kamu anak Mommy. Jangan dengarkan apa kaya mereka. Apa tidak cukup hanya Mommy yang berada di sisimu?"
Jane meratap dalam diam, air matanya tak mampu keluar. Berpuluh tahun dia hidup dalam hinaan, telinganya sudah cukup dia tulikan selama ini dari hujatan orang-orang.
"Maaf, Mom."
"Pergilah makan."
Sean diam, matanya berkaca-kaca. Dia hanyalah anak berusia 10 tahun yang merindukan sosok ayahnya. Sejak kecil, Sean tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah.
"Baik, Mom."
Sean melangkah pelan ke arah kamar, Jane melirik punggung putranya yang menghilang di balik pintu. Dia hanya bisa menunduk lemah.
"Maafkan Mommy, Sean."
***
"Kau akan berangkat ke Chun An?"
Seorang pria tampan, yang tengah memasang dasi di depan cermin, hanya menjawab dengan anggukan pertanyaan sang istri yang duduk di repi ranjang.
"Untuk apa kau ke sana?"
Pertanyaan itu membuat aktivitas lelaki bernama Daniel Wu itu terpaksa berhenti, dan mengalihkan atensinya ke arah wanita cantik bernama Anne Lin.
"Bukankah aku sudah bilang akan menandatangi kontrak pembelian dengan pemilik flat di daerah itu."
"Kenapa di sana? Apa kau ingat mantan kekasihmu?"
Kedua tangan Daniel menggantung di udara, Anne terlalu mengingatkan dia akan masa lalunya yang membuatnya menjadi manusia paling berdosa di muka bumi.
"Hanya sebuah pekerjaan, tidak ada hubungannya."
"Apa kau yakin? Cintamu padanya, apa kau bisa membunuhnya, Niel? Lima tahun kita menikah, dan sampai hari ini kau bahkan tidak mau menyentuhku sama sekali!"
Daniel memilih diam, meladeni Anne hanya akan menimbulkan pertengakaran. Meskipun dia tahu Anne wanita yang baik. Hidup dengannya selama lima tahun, hanyalah sebuah status di atas kertas. Nyatanya mereka tidur di kamar masing-masing, tanpa ada kontak fisik sekalipun, dan selama ini Anne selalu bungkam.
"Pergilah, aku tahu itu menyangkut pekerjaan."
"Maafkan aku, Anne."
Ingin menangis, namun air mata Anne seolah sudah kering. Tak mampu lagi keluar, menjadi boneka yang hanya bisa tersenyum di depan semua orang, tanpa tahu hatinya telah rusak parah.
"Untuk apa? Jika minta maaf berguna. Tidak perlu ada takdir kejam di dunia ini, Niel"
Anne berangsur berdiri, dia berjalan ke arah pintu keluar kamar sang suami. Hatinya cukup sakit merasakan pernikahannya yang tak pernah baik-baik saja. Mereka hanya bersikap mesra di depan orangtua maupun publik.
Meskipun Anne tahu, pernikahan mereka hanya sebatas pernikahan bisnis, seharusnya dia tahu diri. Apalagi tak ada perasaan di hati Daniel untuknya, hati lelaki itu masih tersangkut pada wanita di masa lalunya.
***
Siang itu pintu flat kecil yang Jane tinggali diketuk dengan brutal dari luar.
Jane yang baru pulang berjualan makanan dari pasar, berlari tergopoh membuka pintu flat yang ia sewa.
"Nyonya Jang, ada apa? Aku sudah membayar sewa uang flatku sampai bulan depan, kan?"
"Kemasi barang-barangmu, flat ini sudah bukan milikku."