Shiloh Jung mengalami quarter life crisis dimana dia kehilangan bisnisnya dan ditinggal menikah oleh mantan pacarnya yang sudah ia pacari bertahun-tahun. Ia dikirim ayahnya untuk liburan ke luar negeri dengan harapan bisa ceria kembali, dalam perjalanan tersebut Shiloh bertemu dengan Edward Leung, pria keturunan Kanada - China yang kharismatik. Mereka berdua sepakat untuk pergi bersama ke Rusia sebagai pasangan kekasih, dengan catatan tidak saling memberitahu identitas masing-masing, cinta tumbuh dan mereka berjanji akan jadi pasangan sungguhan jika bertemu kembali setelah berpisah. Akan tetapi Edward seolah tidak mengenal Shiloh setahun kemudian, apa yang pria itu sembunyikan darinya?
Agustus, 2020
Hanya ada suara hembusan angin, aku berada di ruangan kosong di lantai tiga. Memandang nanar pada dinding putih, padahal beberapa saat lalu ini adalah ruangan kantor yang penuh dengan meja-meja pegawai. Lemari besar berisi tumpukan naskah, buku-buku sastra Inggris sebagai referensi. Dua mesin fotocopy, scanner, komputer di tiap meja pegawai. Satu AC yang dihidupkan ketika intensitas pekerjaan semakin mendesak dan lembur tiada henti. Kami melakukannya dengan baik, dan tidak keberatan kehilangan sedikit istirahat. Aku bangga memiliki karyawan yang berdedikasi, mereka menolak beristirahat jika belum menemukan pemecahan masalah mereka. Ini baru satu ruangan, ada beberapa ruangan lainnya yang memiliki isi sama persis seperti yang kusebutkan tadi.
Terpaksa aku harus memberikan mereka pesangon untuk menyokong kehidupan beberapa bulan kedepan mereka sebelum mendapatkan pekerjaan baru, untuk pegawai senior aku berusaha keras merekomendasikan mereka ke perusahaan lainnya agar tidak perlu mencari pekerjaan sendiri. Aku yakin kemampuan mereka sudah sangat profesional, terkadang aku menerima pesan penyemangat. Mereka janji akan kembali lagi padaku jika aku memulai perusahaan baru. Aku tertawa getir tiap membaca pesan sejenis, dapat uang dari mana? Aku terlalu malu meminta dukungan finansial dari orangtuaku untuk memulai bisnis, walau mereka akan memberikannya dengan senang hati. Kurasa aku trauma untuk memulai semuanya dari awal lagi, aku butuh waktu untuk sendiri.
Barangkali sekarang sudah jam sembilan, Aku duduk termangu sambil memeluk lututku, sendirian di tengah ruangan. Semua barang-barang yang ada di gedung ini baru saja diangkut menuju gudang di rumahku. Polisi belum memberikan kabar lagi, Chad memintaku untuk beristirahat terlebih dahulu. Chad Wilson, pengacara keluargaku dan sangat dipercayai oleh Ayah.
Aku tidak sadar ponselku terus berdering sejak tadi, setelah aku cek rupanya ada panggilan masuk sampai tujuh belas kali dari Ibuku, aku akan mengangkatnya jika meneleponku lagi nanti. Hal yang paling membuatku syok sekarang ini adalah gedung ini kepemilikannya sudah berubah, padahal aku membelinya dengan uangku sendiri. Tega sekali Emily menjualnya pada orang Perancis yang aku tidak kenal siapa. Saat ini Emily dan Andrew tengah menjadi buronan, belum diketahui kabar pastinya mereka ada di mana. Kata detektif yang menangani kasusku, bisa dipastikan Andrew dan Emily sudah sangat matang merencanakan penipuan ini, mereka bisa saja mengganti identitas mereka dan menyiapkan rekening baru jauh-jauh hari.
Suara dobrakan pintu kasar dan langkah kaki yang begitu cepat membuatku menoleh ke belakang. Seorang wanita setinggi 165 sentimeter dengan rambut lurus, serta gaya pakaian yang modis melambaikan tangannya padaku. Rupanya Jenna, ia menyembunyikan ekspresi asli wajahnya yang terlihat khawatir. Ia langsung duduk berhadapan denganku.
"Shiloh, ibumu meneleponku menanyakan kau di mana ini seharian. Angkatlah panggilannya! Kau ini benar-benar anak nakal!" gerutunya kesal.
Aku menunjukkan ponselku acuh tak acuh ketika ia semakin mendekat.
"Aku tidak tahu kalau dia menelepon."
"Kan, sudah kubilang dulu ... sebelum kau mengundurkan diri dari pekerjaan, jangan bekerjasama dengan Emily. Dia itu sejak jaman kuliah memang suka culas, sekarang penerbitanmu hancur begini dan kau harus membayar penalti kontrak para klien," Jenna marah.
"Aku tidak tahu," sesalku sekarang.
"Makanya kuberi tahu, sayangnya kau terlalu percaya pada kata-kata manisnya."
"Iya, iya. Aku minta maaf, Jen. Lain kali aku akan mempertimbangkan semua saranmu."
Aku menatapi kosong pada jendela yang terbuka dan dan tertutup karena tertiup angin. Jenna benar, aku salah menilai orang. Aku tidak memiliki apapun sekarang kecuali diriku sendiri, benar-benar hancur luar dan dalam.
"Kupikir manusia bisa berubah, aku yang bodoh. Selama dua tahun ini mempercayainya seperti orang tolol. Tapi aku yakin aku selalu mengunci brankas dan tidak pernah meninggalkan ruanganku tanpa kunci ganda!"
"Brengsek memang dua orang itu," keluh Jenna dengan emosi yang meluap-luap.
"Aku juga mau mengatakan itu, Jen."
"Aduh, aku lelah sekali karena semalam begadang menggambar."
"Aku iri sekali pada orang yang punya kesibukan."
"Aku bukannya sibuk, aku cuma menyalurkan ide dan tiba-tiba sudah pagi."
Perempuan berambut panjang dan lurus alami itu berbaring di sebelah kananku, Hasegawa Jenna adalah anak dari kakak ibuku. Kami hanya selisih beberapa bulan, sudah mengenal sejak kami masih belum berjalan, terkadang Jenna bercanda kalau kami itu sudah kenal sejak di dalam kandungan. Ayahku orang Korea dan ibuku orang Jepang, ketika ditanya orang asing yang baru berkenalan denganku ... entah mengapa aku bingung bagaimana cara menjawab pertanyaan tentang orang manakah aku ini?
Aku menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya sepelan mungkin, lalu ikut berbaring di sebelah Jenna. Tiba-tiba membuatku mengantuk, sepertinya aku harus tidur siang jua mulai sekarang. Dua tahun belakangan aku bekerja seperti tiada hari esok, aku jarang menyisihkan waktu untukku sendiri. Apa seharusnya aku berterima kasih pada dua penipu yang membuatku bangkrut itu? Karena membuatku memiliki semua waktu yang tidak pernah kumiliki. Seperti ada bongkahan besi panas di dalam dadaku, membujur dan baranya tidak pernah padam.
"Hei, Jen!"
"Apa?"
"Lebih menyedihkan mana diselingkuhi pacarmu jika dibandingkan dengan bangkrut dalam satu malam?"
"Kau gila? Aku lebih memilih diselingkuhi pacar."
"Kurasa aku masih menyukai Louis. Bodoh ya?"
"Shiloh, jika aku jadi kau ..., kau tahu? Meski rasa sakit hatiku tidak akan sembuh dengan cepat, setidaknya aku masih punya banyak uang," aku tertawa keras sekali mendengarnya, tawa getir.
"Tapi aku kehilangan keduanya dalam hitungan bulan."
"Si pirang itu masih belum meminta maaf padamu? Dasar, muka tembok!"
Tanpa sadar aku menangis, Louis akan bertunangan minggu depan dan dia akan benar-benar menghapus tujuh tahun kenangan hubungannya denganku. Selain tidak pandai memilih rekan bisnis, aku juga sudah terbukti tidak memiliki kemampuan untuk mencari kekasih yang baik. Kemalangan bertubi-tubi datang tanpa bisa kucegah, apa karena aku jarang pergi ke gereja?
Jenna menguap, memilikinya sebagai sahabat sekaligus saudara adalah satu-satunya hal yang bisa aku syukuri sekarang ini. Setidaknya dia tidak akan pernah bisa mengkhianatiku karena hubungan darah kami.
"Shiloh?"
"Apa?"
"Tapi aku penasaran pada satu hal, kalian berhubungan seks?"
"Tidak, kami hanya berciuman, berpelukan dan sedikit sentuhan. Kurasa selama kami berpacaran nuansanya seperti serial TV remaja, hanya saling mendukung dan bertemu jika butuh, saling memuji dan marah lalu balikan. Louis memperlakukan aku seperti Ratu."
"Membosankan sekali, ini karena kau terlalu banyak menonton Mickey Mouse."
"Apa salahnya, aku cukup puas dengan hubungan semacam itu."
Jenna langsung duduk dan kurasa akan marah-marah. Dia mengambil segelas soda, menyesapnya dalam-dalam kemudian bersendawa.
"Itu masalahnya! Ini membuatku sangat kesal!"
"Karena kami tidak bercinta?" Tanyaku heran. Karena hubungan kami dimulai dari sekolah menengah dari kenalan, menjadi teman baik lalu berpacaran ala film keluarga yang bisa ditonton siapa saja. Tentang apa yang dimaksudkan Jenna rasanya aneh memikirkannya saja.
Bab 1 Sepupuku Jenna
02/06/2022
Bab 2 Hasegawa Jenna
02/06/2022
Bab 3 Pesta
02/06/2022
Bab 4 Bartender Yoshi
02/06/2022
Bab 5 Mama
02/06/2022
Bab 6 Pergi ke Klinik
02/06/2022
Bab 7 Mobil Mogok
02/06/2022
Bab 8 Nyaris Saja
02/06/2022
Bab 9 Pergi ke Korea
02/06/2022
Bab 10 Tiba di Incheon
02/06/2022