Aku Enggak Siap Dengan Perasaan Ini
tus,
sastra Inggris sebagai referensi. Dua mesin fotocopy, scanner, komputer di tiap meja pegawai. Satu AC yang dihidupkan ketika intensitas pekerjaan semakin mendesak dan lembur tiada henti. Kami melakukannya dengan baik, dan tidak keberatan kehilangan
mencari pekerjaan sendiri. Aku yakin kemampuan mereka sudah sangat profesional, terkadang aku menerima pesan penyemangat. Mereka janji akan kembali lagi padaku jika aku memulai perusahaan baru. Aku tertawa getir tiap membaca pesan sejenis, d
barang-barang yang ada di gedung ini baru saja diangkut menuju gudang di rumahku. Polisi belum memberikan kabar lagi,
gedung ini kepemilikannya sudah berubah, padahal aku membelinya dengan uangku sendiri. Tega sekali Emily menjualnya pada orang Perancis yang aku tidak kenal siapa. Saat ini Emily dan Andrew tengah menjadi buronan, belum diketahui kaba
tinggi 165 sentimeter dengan rambut lurus, serta gaya pakaian yang modis melambaikan tangannya padaku. Rupanya
mana ini seharian. Angkatlah panggilannya! Kau
ku acuh tak acuh ketik
tahu kalau d
ekerjasama dengan Emily. Dia itu sejak jaman kuliah memang suka culas, sekarang pener
tahu," sesal
angnya kau terlalu percaya
Jen. Lain kali aku akan memp
rtiup angin. Jenna benar, aku salah menilai orang. Aku tidak memiliki ap
mempercayainya seperti orang tolol. Tapi aku yakin aku selalu mengunc
ng itu," keluh Jenna deng
au mengataka
kali karena semalam
pada orang yang
u cuma menyalurkan ide d
udah mengenal sejak kami masih belum berjalan, terkadang Jenna bercanda kalau kami itu sudah kenal sejak di dalam kandungan. Ayahku orang Korea dan ibuku orang
mulai sekarang. Dua tahun belakangan aku bekerja seperti tiada hari esok, aku jarang menyisihkan waktu untukku sendiri. Apa seharusnya aku berterima kasih pada dua penipu yang m
i, J
Ap
kuhi pacarmu jika dibandingkan d
lebih memilih di
sih menyukai Lo
ku tidak akan sembuh dengan cepat, setidaknya aku masih punya b
ngan keduanya dal
elum meminta maaf padam
hubungannya denganku. Selain tidak pandai memilih rekan bisnis, aku juga sudah terbukti tidak memiliki kemampuan unt
satu-satunya hal yang bisa aku syukuri sekarang ini. Setidaknya di
hil
Ap
pada satu hal, kali
erpacaran nuansanya seperti serial TV remaja, hanya saling mendukung dan bertemu jik
karena kau terlalu banya
cukup puas dengan hu
h-marah. Dia mengambil segelas soda, meny
a! Ini membuatk
menengah dari kenalan, menjadi teman baik lalu berpacaran ala film keluarga yang bisa