Perkenalkan, namaku Jent. Well, namaku seperti nama wanita, but trust me, I'm a man. Umurku sudah 32 tahun, dan sudah menikah selama 7 tahun. Istriku bernama Erna, berumur 30 tahun. Kami belum dikaruniai anak, mungkin karena kesalahan kami. Kami menunda memiliki anak sampai aku berumur 31 tahun, dengan alasan yang tidak akan kujabarkan disini. Dan sekarang, lihatlah kami, begitu sulit memiliki anak. Selain itu, mungkin juga disebabkan karena kami saling stress satu sama lain.
Di kantor kami masing-masing, kami sudah memiliki permasalahan masing-masing, yang cukup menguras tenaga dan pikiran. Di rumah pun, karena kami dibesarkan dari keluarga yang adat-istiadatnya berbeda. Seringkali kami bertengkar, karena aku maunya tahu beres saja, sedangkan istriku suka membuat masalah kecil menjadi besar. Aku orangnya cukup toleran, sedangkan istriku cukup tidak toleran. Haduh, serba berkebalikan. Tapi mungkin perbedaan itulah yang menyatukan kami pada awalnya.
Yah, begitulah pernikahan, banyak lika-liku suka-dukanya. Erna memiliki tubuh yang cukup bagus. Badan yang ramping, terutama perutnya. Kulitnya putih bersih, buah dadanya cukup bulat dan berukuran 34B, pantatnya cukup bulat dan berisi, pahanya pun begitu menggoda. Ia masih sangat merawat tubuhnya. Ia tergabung dalam suatu klub fitness, dan menjadi instruktur berbagai macam kelas di klub itu.
Dalam permainan kami di ranjang, kami cenderung hambar. Mungkin dikarenakan pikiranku yang selalu lelah, dan ada saja yang dipertengkarkan antara aku dan istriku. Akibatnya, di ranjang, aku cenderung asal-asalan mainnya, dan alhasil hanya 2 menit saja aku bertahan. Sungguh, tidak seperti usia awal pernikahan kami. Mungkin ini juga bisa menjadi saran bagi pembaca, jangan suka memendam-mendam sesuatu, apalagi yang berhubungan dengan orang-orang terdekat kita.
***
Pada suatu hari sabtu, istriku minta izin untuk ke rumah temannya untuk menyelesaikan lembur pada hari Minggu. Aku harus bisa memahaminya, karena pekerjaan kantor pun memiliki peran yang penting terhadap masa depan. Maka, aku mengizinkannya.
Dan hari minggu itu pun tiba, dan istriku berangkat pagi-pagi subuh. Aku menjadi curiga, kenapa harus berangkat pagi-pagi subuh. Maka, diam-diam kuikuti dari belakang dengan menggunakan taksi.
Akhirnya, istriku sampai ke suatu rumah di daerah Jakarta Barat. Istriku memarkir kendaraannya di depan rumah tersebut, dan turun lalu membunyikan bel. Dan dari rumah itu keluarlah sesosok orang yang sangat familiar.
Itu kan si Adi, mahasiswa yang sedang praktek industri di tempat kerja istriku. Ngapain istriku ke rumah dia? Bukannya dia saja yang ke rumahku.
Kulihat dari dalam taksi, mereka mengobrol, tetapi aku tidak tahu apa yang mereka perbincangkan.
Tidak lama kemudian, datanglah mobil kijang innova dan parkir dibelakang mobil istriku. Dari mobil itu, turunlah sepasang laki-laki dan perempuan, yang umurnya kira-kira sama dengan si Adi itu.
Kok semakin aneh ya ini? Istriku terlihat marah kepada si Adi ini, namun aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Ingin sekali rasanya aku turun, dan mengumpat dibalik semak-semak untuk mendengarkan pembicaraan mereka, tapi nanti malah ketahuan lagi. Akhirnya, istriku terlihat mengalah, dan akhirnya pergi bersama Adi dan kedua temannya menaiki mobil kijang innova itu. Maka, kuminta supir taksi yang kunaiki untuk mengikuti mobil mereka.
***
Tidak terasa, matahari sudah terbit, dan taksi yang kunaiki masih mengikuti mobil mereka. Kita sudah ada di area Bogor.
Mau kemana sih sebetulnya mereka? Dari Bogor, mereka terus melaju keatas menuju Puncak.
Akhirnya, mobil mereka berhenti di kebun teh, dan mereka berempat pun turun dan berjalan-jalan di kebun teh, sambil berfoto-foto. Walaupun tadinya tidak bermaksud, tapi kebetulan jaket yang kupakai adalah hooded jacket, dan kebetulan aku membawa masker, jadinya bisa menyamar. Maka kukenakan hood di jaketku dan juga masker yang kubawa. Lalu, aku turun dari taksi, dan pergi kearah mereka.
"Yen! Sini Yen, disini bagus nih buat spot foto!" kata teman si Adi yang laki-laki.
"Siip. Bu, ayo kita kesana," kata temannya si Adi yang perempuan.
Istriku hendak melangkah, tapi tiba-tiba si Adi menggandeng tangan istriku, dan menuntunnya ke spot yang ditunjukkan teman Adi itu.
/0/8634/coverorgin.jpg?v=96e62c6023987ebca54dcacc23e4e80a&imageMogr2/format/webp)
/0/30184/coverorgin.jpg?v=e3944fa4123d4d529887e2785b3090db&imageMogr2/format/webp)
/0/16152/coverorgin.jpg?v=3b8d9d0560ed479c600608ec0e0aa1cf&imageMogr2/format/webp)
/0/2839/coverorgin.jpg?v=a5453b0ae8ffb01a33039d54ea0e2ad2&imageMogr2/format/webp)
/0/17472/coverorgin.jpg?v=0f8e7448c85466b72ec61a947bc22be7&imageMogr2/format/webp)
/0/19315/coverorgin.jpg?v=1dbd347670cb3efe93492a8db385e9c5&imageMogr2/format/webp)
/0/14882/coverorgin.jpg?v=39658c23aaf68aacb5857cf8bfa08246&imageMogr2/format/webp)
/0/5388/coverorgin.jpg?v=a77d99299cb7146c435c59a269fee375&imageMogr2/format/webp)
/0/16712/coverorgin.jpg?v=6446d851c8c0d77c944e63be16a4d2b4&imageMogr2/format/webp)
/0/16463/coverorgin.jpg?v=83f6dd3af71ea3068b6d2868bc1debf9&imageMogr2/format/webp)
/0/21622/coverorgin.jpg?v=0458e6c3da0bce5c211e55e61bd7b237&imageMogr2/format/webp)
/0/2865/coverorgin.jpg?v=148b7c0297ea539ab197a845457d933d&imageMogr2/format/webp)
/0/2377/coverorgin.jpg?v=67acf49fea73fef129ee87c869b4833f&imageMogr2/format/webp)
/0/6595/coverorgin.jpg?v=36080175ef3c9e6d890c9db59d2148c9&imageMogr2/format/webp)
/0/4930/coverorgin.jpg?v=ed0d2e5ba8b7b0aa7029354a35604b9a&imageMogr2/format/webp)
/0/13537/coverorgin.jpg?v=aef3cbdd20395134974fd5b636a25238&imageMogr2/format/webp)
/0/23544/coverorgin.jpg?v=a06ed9995a7154eadda89eead620367c&imageMogr2/format/webp)
/0/12872/coverorgin.jpg?v=79c2e0f0b09adda1f567f6b9841f5bf8&imageMogr2/format/webp)