Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dikejar Oleh Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Jangan Main-Main Dengan Dia
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Hiru Pikuk, sebuah jalan yang ramai dengan banyak orang di setiap sudutnya. Di sepanjang jalan ini, terdapat banyak orang yang berkerumun, mungkin untuk berbagai kegiatan atau sekadar melintas.
Di salah satu bar malam di sepanjang jalan tersebut, musik menggema keras dan mungkin mengundang perhatian dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Dentuman musik yang keras ini menciptakan atmosfer yang energik dan penuh semangat di tempat tersebut.
Sementara itu, di tengah keramaian dan kebisingan ini, ada seorang pria yang tidak melepaskan pelukannya dari kekasihnya. Hal ini menunjukkan kedekatan dan ketenangan di antara mereka, di tengah gemerlapnya suasana sekitar.
Ia adalah Joong, Pria dengan alis yang tebal dengan wajah dingin itu tak sedetikpun menjauhkan diri dari tubuh kekasihnya Dunk.
"semua orang akan tau jika dia kekasihmu Joong" ucap pria yang ada didepan Joong tanpa mengalihkan pandangannya sedetikpun. Ia adalah Pond.
"aku memang ingin memberitahu semuanya bahwa Dia adalah orang yang ku cintai" ucap Joong.
Dunk yang tampak risih itu segera menjauh dari Joong.
"berhenti bersikap seperti itu, apa kau tidak bosan mengatakan hal itu selama 5 tahun?" tanya Dunk.
"kenapa kau bosan ?" tanya Joong.
"kau akan membuat mereka muntah jika terus mengatakan hal itu" ucap dunk.
"sudah sampai mana persiapan pernikahan kalian ?" tanya Phuwin yang memotong pembahasan tidak penting mereka.
"sudah hampir 95%, kami hanya menunggu hasil jas kami" jawab Joong.
"sangat tidak terasa ya, aku ingat sekali waktu memperkenalkan Dunk 5 tahun lalu pada Joong dan sekarang kalian akan menikah." ucap Phuwin yang menjadi orang yang memperkenalkan Joong dan Dunk hingga bisa bersama.
"aku berterima kasih sekali padamu phuwin, berkat kamu aku menemukan orang yang benar-benar tidak bisa ku tinggalkan"ucap Joong.
"awas aja jika kau menyakiti sahabatku, tidak akan ku biarkan kau bahagia" ucap Phuwin.
Pond menenangkan phuwin yang juga adalah kekasihnya.
"jangan emosi sendiri, jika perlu aku akan membantumu" ucap pond.
"apa kalian berdua akan melawanku ?"
"sayang, kau tidak akan membela ku ?" tanya joong pada dunk.
"kau akan melawan kami bertiga jika itu terjadi" jawab dunk.
Meskipun ramai, suasana di dalam bar tetap nyaman. Orang-orang duduk di meja-meja kayu atau berdiri di sekitar bar, tertawa dan berbicara dengan teman-teman mereka.
Pond dan Joong berbicara dengan lainnya , sementara Dunk dan Phuwin duduk menikmati segelas wine dan musik yang mulai melow.
"aku senang dia memperlakukan kamu dengan baik Dunk" ucap Phuwin.
"aku juga bersyukur karena bisa menjadi orang terakhir baginya" sambung Dunk.
"bagaimana pond? dia memperlakukanmu dengan baikkan ?" tanya Dunk
Phuwin mengangguk.
"yaa. dia bahkan tidak membuatku sekalipun kesulitan" ucap phuwin.
masing-masing mereka memuji setiap pasangan mereka.
Diperjalanan pulang, Dunk memperhatikan ponselnya.
"besok kita harus pergi melihat lokasi tempat dimana kita akan melakukan pesta ya Joong, kamu sempat ? kalau tidak, aku akan pergi sendiri" ucap Dunk.
Joong menggelengkan kepalanya.
"aku akan menemanimu, ini pernikahan kita kenapa harus melihat sendiri ?" tanya Joong.
"bukankah kamu bilang akhir-akhir ini perusahaanmu sedang sibuk ? apa kita tunda saja pernikahan kita ?" tanya Dunk.
"Hei dunk, tunda bagaimana ? kita sudah menyebar undangan, semuanya sudah hampir rampung."
"tidak akan ada yang bisa menghentikan pernikahan kita" ucap joong.
Dunk hanya mengangguk lalu memperhatikan ponselnya kembali.
---
Keesokan harinya Dunk menunggu Joong menjemputnya untuk pergi bersama menuju tempat yang telah mereka reservasi untuk pernikahan mereka. Namun setelah menunggu hampir 1 jam, Joong tak kunjung datang bahkan ketika dihubungi pun tidak ada jawaban. Akhirnya Dunk menghubungi Phuwin untuk pergi bersama.
"Maaf win, aku mengajakmu tiba-tiba , Joong tidak bisa dihubungi pasti dia masih meeting dan ponselnya dimatikan" ucap Dunk ketika ia sudah berada dimobil yang sama dengan Phuwin.
"tidak masalah dunk, aku juga sedang tidak ada kesibukan."
"Joong harus mulai mengatur waktunya, jika dia tidak bisa maka dia tidak boleh membuat janji padamu" ucap phuwin.
"akhir-akhir ini menjelang pernikahan kami, dia cukup sibuk." ucap dunk.
"apa kami tunda saja ya pernikahan kami ?"
"Jangan ! kenapa harus menundanya ? kalian sudah memikirkan ini matang-matang" ucap phuwin.
"masalah di waktu pernikahan pasti ada, jangan terlalu dipikirkan. selama sikapnya tidak berubah padamu maka tidak ada yang perlu kau khwatirkan" ucap Phuwin.
"terima kasih broo.. entah kenapa aku selalu tenang jika mendengar jawaban atas pertanyaanku" ucap Dunk.
"ehmm. jangan sungkan. seperti yang selalu ku katakan, jika dia menyakitimu beritahu aku" ucap phuwin sembari tertawa kecil.
--
Mereka kemudian telah sampai ditempat yang begitu indah, sebuah taman dengan konsep hijau yang benar-benar menarik.
"atas nama Joong dan Dunk ?" seorang pelayan menghampiri Dunk dan Phuwin.
"ya, benar" jawab Dunk.
"mari saya tunjukan beberapa hal yang mungkin saja ingin diubah atau lainnya" ucapnya.
Kemudian pelayan itu membawa Dunk kesetiap sudut, memperlihatkan bagaimana nanti lampu akan menyala, beberapa peralatan yang akan disiapakan dan lainnya.
"bagaimana tuan ? apa ada yang ingin diperbaiki ?" tanya pelayannya.
"semua sudah sesuai dengan permintaan kami, jaditidak ada yang perlu diubah" ucap Dunk