Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Luca Marino menatap keluar jendela pesawat yang baru saja mendarat di bandara kota kecilnya. Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan sebagai tentara di luar negeri, pemandangan kota asalnya terasa asing dan sekaligus familiar. Rumahnya sekarang adalah tanah yang dikelilingi oleh gedung-gedung yang telah banyak berubah, tetapi masih menyimpan kenangan masa kecil yang tak terlupakan.
Setelah memungut kopernya dari conveyor belt, Luca melangkah keluar dari area kedatangan. Angin sore yang sejuk menyambutnya, membawa aroma kota yang telah lama tidak dia hirup. Dia merasakan campuran kegembiraan dan kecemasan; kegembiraan karena akhirnya pulang setelah bertahun-tahun, dan kecemasan karena apa yang mungkin dia temui di sini.
Kota ini dulu penuh dengan kehidupan sederhana, tetapi beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perubahan besar. Luka, adik laki-lakinya yang lebih muda, telah menghubunginya beberapa kali selama bertahun-tahun, sering kali berbicara tentang perkembangan terbaru dan masalah yang dihadapi keluarga mereka. Luka, yang dulunya hanya seorang remaja yang ceria, kini tampaknya terlibat dalam sesuatu yang lebih gelap.
Setibanya di rumah, Luca melihat rumah keluarga mereka dari kejauhan. Rumah itu masih berdiri kokoh, meskipun catnya mulai memudar dan kebun di sekelilingnya tumbuh liar. Itu adalah simbol dari masa lalu yang sederhana dan bahagia, sebelum dunia mulai mengeruh.
Ibunya, Maria, menyambutnya dengan pelukan hangat yang penuh emosi. "Luca, kamu akhirnya pulang!" suaranya bergetar dengan haru. Dia tampak lebih tua dari yang diingat Luca, dengan kerutan di wajahnya yang semakin dalam seiring berjalannya waktu.
"Ma, aku pulang," jawab Luca, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang dia rasakan melihat keadaan ibunya. "Bagaimana semuanya di sini?"
Maria menghela napas dan mengajak Luca masuk ke dalam rumah. "Ada banyak yang harus kita bicarakan. Ayo masuk."
Di dalam rumah, suasana terasa sama seperti yang dia ingat—berbagai foto keluarga menghiasi dinding, dan aroma makanan rumahan memenuhi udara. Namun, ada sesuatu yang terasa berbeda. Luca bisa merasakan ketegangan yang tidak biasa, sebuah nuansa yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Setelah makan malam, Maria duduk bersama Luca di ruang tamu, dan mulai menceritakan berita terbaru. "Luka, ada sesuatu yang perlu kamu ketahui. Ada banyak perubahan di kota ini."
Luca mengangguk. "Aku sudah mendengar beberapa hal dari Luka. Apa yang sebenarnya terjadi?"
Maria tampak ragu sejenak, kemudian mulai menjelaskan. "Adikmu telah terlibat dalam beberapa hal yang... tidak terlalu baik. Keluarga Marino kita, mereka... mereka terlibat dalam bisnis yang sangat gelap."
Luca terkejut. "Apa maksudmu dengan bisnis gelap?"
"Bisnis mafia, Luca," Maria menjawab dengan suara rendah. "Keluarga kita sekarang terlibat dalam hal-hal yang sangat berbahaya. Luka terjebak dalam itu semua."
Hati Luca bergetar mendengar kabar ini. Dia tahu adiknya pernah terlibat dalam beberapa masalah, tetapi dia tidak pernah membayangkan bahwa Luka akan terjerumus dalam dunia kriminal. "Aku harus berbicara dengannya," kata Luca, tekad di suaranya.
Maria mengangguk. "Aku sudah mencoba, tapi dia tidak mau mendengarkan. Dia terpengaruh oleh kekuatan dan uang. Aku khawatir dia akan terjerat dalam masalah yang lebih besar."