/0/17384/coverorgin.jpg?v=824555dd66945fa97551dd6fb5bd7e30&imageMogr2/format/webp)
Beberapa gelas jatuh dari atas nampan setelah seorang pelayan menubruk tak sengaja pada seorang pria yang tiba-tiba berdiri ketika ia sedang berjalan. Tepat saat pelayan perempuan itu melewatinya, si pria yang berpenampilan bak seorang eksekutif muda mendadak bangun dari duduknya dengan suasana hati yang terlihat kesal.
“What the ...!” umpat si pria dengan wajah penuh emosi. Sempat ia menarik kemeja si pelayan, reaksi spontan atas kemarahannya.
Namun, seolah menyadari keberadaannya di area umum, umpatan kasar itu tidak ‘tulus’ terucap, dan lelaki itu pun kembali melepaskan kemeja pelayan itu dari cengkeramannya.
“M-maaf, Tuan. M-maaf!” ucap si pelayan dengan suara bergetar.
Wajahnya cemas dan takut saat ia melakukan kesalahan yang sebetulnya tidak disengaja. Meski pria itu yang salah karena tidak melihat dan langsung berdiri, tetapi pelayan itu sadar jika dirinya-lah yang harus meminta maaf.
“Apakah kamu buta?” hardiknya dengan wajah memerah penuh emosi serta tangan menunjuk si pelayan yang saat ini semakin ketakutan.
Tubuh pelayan itu gemetaran. Ia sadar dirinya sedang dalam masalah sekarang. Bagaimana tidak jika ia harus berurusan dengan seseorang yang semua orang di kafe tempatnya bekerja mengenal dan tahu siapa dirinya.
Pria yang pakaiannya basah oleh pelayan bernama Zia itu adalah Sagara Pratama, seorang pengusaha muda yang terkenal akan sikapnya yang dingin dan angkuh.
Sagara adalah pelanggan tetap di kafe tersebut. Ia kerap datang ke tempat itu saat hendak bertemu dengan klien atau sekedar untuk menikmati makanan dan minuman.
Sagara bukanlah pengusaha muda biasa. Wajahnya yang tampan bak seorang model, tubuhnya yang bagus dengan tinggi dan berat proporsional, menjadikannya sebagai sosok lelaki yang banyak diincar bagi banyak wanita-wanita kalangan atas.
Namun, tidak sedikit juga yang takut akan sosok lelaki itu. Sebab bagi mereka yang tahu, Sagara bukanlah seorang lelaki yang mudah atau harus didekati. Ia adalah seseorang yang menyeramkan, yang bisa melakukan apapun sesuai keinginannya. Bahkan, bukan hal aneh jika sosok Sagara memiliki banyak musuh yang tak terlihat. Sebab pada kenyataannya sosok Sagara yang terkenal di banyak kalangan tersebut —baik itu bisnis bersih atau kotor— mampu melakukan tindakan keji seperti menculik atau membunuh musuh-musuhnya yang diketahui sengaja mencari masalah dengannya.
Sagara tidak akan segan memberi hukuman bagi orang-orang yang melakukan kesalahan. Baik itu karyawannya di kantor, para pengawalnya sendiri, atau bahkan orang lain yang tidak ada hubungan sama sekali dengannya, termasuk rekan bisnis yang tiba-tiba berkhianat.
Hal itulah yang membuat sosok pengusaha itu ditakuti semua orang, pun bagi Zia yang saat ini menundukkan kepala ketakutan. Selentingan kabar mengenai siapa Sagara, sudah ia ketahui sejak pertama kali dirinya bekerja.
Seorang laki-laki lain yang juga bersama sang pengusaha, mencoba mencegah Zia yang tiba-tiba ingin mengelap pakaian lelaki itu dengan tisu. Sebab menurutnya apa yang Zia lakukan adalah hal yang sia-sia.
Benar dugaannya, ketika Zia akan mengeringkan pakaian Sagara yang basah karena tumpahan minuman yang dibawa, lelaki itu menolak. Menepis tangan Zia dengan kencang, membuat gadis itu kaget.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Sagara menatap Zia yang terus menunduk.
“S-saya mencoba mengeringkan pakaian Anda, Tuan,” ucap Zia masih dengan suara bergetar.
“Kau ini gila atau apa? Pakaian mahal seperti ini mau dikeringkan dengan selembar tisu? Cih!”
“M-maaf, Tuan.”
Zia terus saja menunduk —reaksi dari rasa takut dan malu sebab suasana kafe yang mulai terdengar gaduh dengan beberapa pengunjung yang kasak kusuk memperhatikan sebuah ‘drama’ yang terjadi antara dirinya dengan si pengusaha.
“Ada apa ini, Zia?” tanya seseorang yang datang di tengah keributan.
Lelaki paruh baya dengan penampilannya yang mirip seperti Sagara —kemeja dipadu dasi serta sebuah jas melengkapi penampilannya— datang dari arah belakang Zia dan kini berdiri di sebelah anak buahnya itu.
“P-pak Deri, i-itu Pak, saya enggak sengaja menjatuhkan gelas-gelas ini dan mengenai T-Tuan Sagara,” ujar Zia dengan suara bergetar ketakutan.
Lelaki paruh baya itu langsung mengerti. Sempat terlihat kedua matanya yang membola, sedetik kemudian ia mencoba bersikap tenang dan biasa.
“Maafkan karyawan kami, Tuan Sagara. Kami akan membantu Anda dengan me-laundry pakaian Anda yang kotor sebagai kompensasi kesalahan yang sudah karyawan kami lakukan.”
“Tidak perlu. Mood saya sudah buruk sebelum karyawan kamu buat kesalahan. Sekarang mood saya semakin rusak karenanya.”
Ya, Sagara yang rencananya sore itu hendak melakukan sebuah proyek akuisisi perusahaan dengan seorang rekan bisnis, seketika marah dan kesal setelah mendengar berita yang asisten pribadi sekaligus pengawal setianya sampaikan.
Rencana proyek akuisisi itu gagal sebab alasan yang belum Sagara ketahui alasannya. Kini kekesalan pengusaha itu semakin bertumpuk oleh kecerobohan seorang pelayan yang sudah membuat kemeja mahalnya terkena tumpahan jus.
“Sekali lagi maafkan kami, Tuan. Jadi, apa kiranya yang bisa kami lakukan sebagai permintaan maaf kami kepada Anda?”
Sang manajer kafe tentu akan berbuat apapun demi kata maaf yang diberikan oleh salah satu pelanggan setianya itu, termasuk jika harus memecat Zia saat itu juga meski ia tidak akan tega melakukannya.
Sagara diam sebentar, lalu ia pun menjawab tawaran manajer kafe tersebut.
/0/5470/coverorgin.jpg?v=20250121174120&imageMogr2/format/webp)
/0/17653/coverorgin.jpg?v=20240401134619&imageMogr2/format/webp)
/0/2730/coverorgin.jpg?v=1e4a864a7bd0932a298738a067ff4eeb&imageMogr2/format/webp)
/0/6835/coverorgin.jpg?v=20250122151617&imageMogr2/format/webp)
/0/13274/coverorgin.jpg?v=20250123145017&imageMogr2/format/webp)
/0/5306/coverorgin.jpg?v=20250121173907&imageMogr2/format/webp)
/0/11020/coverorgin.jpg?v=20250122183037&imageMogr2/format/webp)
/0/18134/coverorgin.jpg?v=e404494d1c135083c85708e4ff3d918e&imageMogr2/format/webp)
/0/6564/coverorgin.jpg?v=20250122151311&imageMogr2/format/webp)
/0/3719/coverorgin.jpg?v=20250122110137&imageMogr2/format/webp)
/0/8164/coverorgin.jpg?v=f4aa42100d8a061d880270e14b5d538e&imageMogr2/format/webp)
/0/10098/coverorgin.jpg?v=20250122182539&imageMogr2/format/webp)
/0/14455/coverorgin.jpg?v=20250123120056&imageMogr2/format/webp)
/0/17785/coverorgin.jpg?v=20240402103607&imageMogr2/format/webp)
/0/18268/coverorgin.jpg?v=20240701114431&imageMogr2/format/webp)
/0/16253/coverorgin.jpg?v=20241202100347&imageMogr2/format/webp)
/0/3445/coverorgin.jpg?v=65301042cde472e4db046a33b8ddc99d&imageMogr2/format/webp)
/0/3495/coverorgin.jpg?v=20250122112904&imageMogr2/format/webp)