Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sudah seminggu berlalu, kesibukan menyambut acara besar esok hari, masih terlihat jelas, bahkan hari ini, semakin ramai dan semakin sibuk dari biasanya.
“Belfa… apa lagi yang kau pikirkan? Besok itu Hari pernikahan mu dengan pria tertampan di kota ini, mengapa kau bahkan tak terlihat antusias menantikannya?” Ucap Hanifah teman sekampus yang juga sahabatnya.
“Ia.. jangan terlalu banyak berfikir.. kau termasuk beruntung, karena seperti yang kita ketahui, Leo adalah pria idaman semua wanita di kota ini.. banyak orang iri dengan posisi mu saat ini Cinderella..” Sahut Triana sembari cekikikan.
“Huh…” suara helaan napas memelas Belfa, menanggapi kedua pujian dari sahabatnya mengenai sang calon suami.
‘Tapi dia juga bencana, bayangkan, berapa banyak Wanita yang menjadi fansnya? Mereka semua akan menganggapku musuh mereka mulai saat itu.’ Gumam Belfa dalam hati.
‘Dan tidak hanya sebatas itu saja, sesungguhnya Maleo Dirgatama juga telah lama membenci ku, kami sudah bermusuhan sedari kami masih kecil, tepatnya ketika acara ulang tahun ku yang ke-5’
‘Hari itu…’
***
Flashback
Mes pembantu wanita, kediaman Dirgatama.
Tepat hari ini, para pembantu yang bekerja di keluarga Dirgatama, tengah berkumpul dan menyanyikan lagu ulang tahun untuk seorang gadis kecil yang baru saja memasuki usianya yang ke 5 tahun.
Manik matanya berwarna hijau terang, begitu indah dan berbinar, sungguh mampu membuat orang yang melihatnya terpana.
Bola mata yang berwarna hijau, sungguh pemandangan yang sangat langka, terlebih bagi warga negara indonesia yang biasanya memiliki manik berwarna gelap.
Saking langkanya, tiada yang percaya, Bik Elisa memiliki Anak secantik Belfa. Sungguh berkebalikan dari dirinya. Seakan tuhan memberikan satu keberkahan atas banyaknya keburukan yang Bik Elisa miliki.
Namanya, Ayunda Deli Belfa, Meski keseluruhan tubuhnya tertutupi kain syar’i dengan cadar yang juga menutupi wajah imutnya. Tapi raut Wajah kebahagiaan Khas Anak Kecil itu mampu di lihat oleh semua orang.
Tepat, di hari ini, ia genap berusia 5 tahun, bertepatan dengan kelulusannya dari Taman kanak-kanak .
Dia begitu pintar hingga di usianya yang ke-3 tahun, gadis cilik itu telah memasuki Tk Kecil, ia yang energik juga aktif, namun ia juga memiliki sisi pendiam, suka menyendiri dengan tumpukan buku-buku di sebelahnya.
***
Di tengah-tengah nyanyian para ibu-ibu pelayan, ketukan pintu menghentikan nyanyian mereka. Kesemuanya cukup terkejut, karena baru kali ini ada yang mengetuk pintu.
Biasanya jika mereka di perlukan, kepala pelayan akan menghubungi mereka melalui telepon khusus.
Elisa, seketika berdiri dan membukakan pintu, untuk melihat siapa yang datang.
“Tuan Besar..?!” Ucapnya tercengang, menatap wajah pria tua namun masih terlihat gagah itu berdiri tegak di hadapannya.
“I.. ini.. hanya acara kecil-kecilan saja tuan.. apakah kami membuat keributan? Kalau begitu, kami mohon maaf tuan besar..” Ucap Elisa tertunduk takut.
“Cerewet!” Jawab Matheo Dirgatama.
Pria itu langsung masuk saja melewati salah seorang pembantunya itu.
“Ini dia si gadis yang sedang berulang tahun..?” Ucap Matheo dengan ramah menghadap Belfa yang juga membalas tatapannya.
“Hmmm hadiah apa yang kau inginkan dari ku gadis kecil?” Tanya pria tua itu.
Belfa menghadap ke arah Elisa, seakan meminta izin, namun Elisa menggeleng dan berkata “Tidak sopan meminta hadiah pada orang yang telah menyelamatkan nyawa kita nak..” Bisiknya tanpa bersuara, yang mampu terbaca oleh gadis kecil itu.
Belfa pun menggeleng “Tidak ada tuan bersar.. doakan saja saya, agar kelak mampu membalas budi baik tuan besar..” menjawab pertanyaan sang majikan.
Matheo berjongkok di hadapan gadis itu, bola matanya berkaca-kaca, sembari kedua tangan keriputnya memegangi bahu gadis kecil itu erat-erat.
“Karena kamu tidak memiliki permintaan, maka aku akan memberikan mu sesuatu sebagai hadiah, terlebih, kamu mengatakan ingin membalas budikan? aku rasa, hadiah ini adalah yang paling pantas” Ucapnya menjeda sembari menatap lekat-lekat manik hijau Belfa.
“Dan jika kamu menerimanya, aku anggap balasan mu baru tulus” ucap Matheo yang membuat Belfa mengerutkan keningnya.