/0/25602/coverorgin.jpg?v=f78608e96138309796e790df68c40154&imageMogr2/format/webp)
Langit sore berwarna kelabu ketika Ariana duduk di depan cermin, mengenakan kebaya putih sederhana yang terasa asing di tubuhnya. Riasan tipis di wajahnya nyaris tak mampu menyembunyikan ekspresi kosong yang terpancar dari matanya. Ini bukan hari bahagianya. Ini bukan pernikahan yang ia impikan.
Di luar kamar, suara tamu yang datang terdengar samar. Hanya keluarga terdekat dan beberapa rekan bisnis ayahnya yang hadir. Tidak ada pesta besar, tidak ada kebahagiaan. Hanya sebuah akad nikah yang diatur terburu-buru, seolah pernikahan ini hanyalah transaksi, bukan ikatan suci.
Ariana mengepalkan tangannya di pangkuan. Ayahnya sedang sakit keras, dan inilah permintaan terakhirnya. "Menikahlah dengan Daniel Aldrigham," begitu katanya. Suara ayahnya yang lemah masih terngiang di kepalanya, membuat dadanya sesak.
Ariana tidak punya pilihan. Menolak berarti mengecewakan satu-satunya orang yang selalu mencintainya tanpa syarat. Namun menerima berarti mengikat diri pada pria asing yang bahkan tidak pernah ia temui sebelumnya.
Suara ketukan di pintu membuatnya tersentak. Ibu tirinya, Evelyne, masuk dengan ekspresi puas. "Sudah siap?" tanyanya dengan nada datar, seolah Ariana akan menghadiri pertemuan bisnis, bukan pernikahan.
Ariana menoleh pelan. "Apakah aku masih bisa mundur?"
Evelyne tertawa kecil, sinis. "Jangan konyol, Ariana. Ini bukan tentang kamu. Ini tentang keluarga kita. Ayahmu sudah memutuskan, dan kau tahu betapa buruk kondisinya sekarang."
Ariana terdiam. Tentu saja dia tahu. Itulah satu-satunya alasan dia masih duduk di sini, mengenakan pakaian pengantin dan bersiap menikahi pria yang bahkan belum pernah ia tatap sebelumnya.
***
Di ruang tamu besar yang dijadikan tempat akad, Daniel Aldrigham duduk dengan ekspresi datar. Pria itu mengenakan setelan hitam yang terlihat mahal, tetapi tak sedikit pun menunjukkan tanda bahwa hari ini adalah hari penting baginya.
Tatapannya kosong, rahangnya mengeras, dan tubuhnya tegang seolah ia ingin berada di mana saja selain di sini.
Ariana melangkah masuk, ditemani Evelyne. Sejenak, tatapan mereka bertemu. Mata Daniel dingin, tidak menyambut, tidak menolak. Hanya menilai.
Ketika penghulu mulai membaca akad, suasana semakin menegang. Daniel mengucapkan ijab kabul dengan suara yang tegas, tetapi tanpa perasaan. Semuanya berlangsung cepat, dan sebelum Ariana benar-benar bisa mencerna apa yang terjadi, ia telah menjadi istri dari pria asing itu.
/0/23378/coverorgin.jpg?v=2b5bede187005628b77d48f6f43c4f70&imageMogr2/format/webp)
/0/21145/coverorgin.jpg?v=f92d27052d064519ff54ec8995292583&imageMogr2/format/webp)
/0/6982/coverorgin.jpg?v=386525d6839deabb39f04700330d93ab&imageMogr2/format/webp)
/0/10329/coverorgin.jpg?v=109cced51fe1b6bd734c006a4a9046fb&imageMogr2/format/webp)
/0/5472/coverorgin.jpg?v=10b7f3df1d4895a07dbbd640a08d6b4d&imageMogr2/format/webp)
/0/27131/coverorgin.jpg?v=8467bda87ebf6f435a53680fd049fee0&imageMogr2/format/webp)
/0/2751/coverorgin.jpg?v=afedef2cb9c91e39201ce746d637e369&imageMogr2/format/webp)
/0/21346/coverorgin.jpg?v=b27dd6e873aa620e3ecbe3b457600c8d&imageMogr2/format/webp)
/0/24939/coverorgin.jpg?v=7824b37b09d0d1c026f25e3cd3defbdb&imageMogr2/format/webp)
/0/23734/coverorgin.jpg?v=20250526182827&imageMogr2/format/webp)
/0/17820/coverorgin.jpg?v=42b344e9128ad2636aafb6252dbc82c5&imageMogr2/format/webp)
/0/29585/coverorgin.jpg?v=f84382457203f06ee0fb9d1238028b9d&imageMogr2/format/webp)
/0/13079/coverorgin.jpg?v=a6c06b631419545580a4e017d8a460e5&imageMogr2/format/webp)
/0/23627/coverorgin.jpg?v=f285cbfe3e929af7d2d05222a9a25935&imageMogr2/format/webp)
/0/15351/coverorgin.jpg?v=da8e7f3f38cae8819662a57ac5ef4784&imageMogr2/format/webp)
/0/27820/coverorgin.jpg?v=20251106165748&imageMogr2/format/webp)
/0/16559/coverorgin.jpg?v=e2071e6c7a02478e542e0f7ba23df599&imageMogr2/format/webp)
/0/3853/coverorgin.jpg?v=b9640e1bc4332274459607b536ffc0db&imageMogr2/format/webp)