Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Santi tersandung oleh kakinya sendiri karena menghindari kubangan jalan. Padahal jalanan disitu sudah diaspal sedemikian rupa, mungkin ini karena efek hujan deras semalam. High heels yang dipakai sampai patah sebelah sehingga mau tak mau harus mematahkan sisi yang lainnya agar seimbang.
Dengan jalan yang terseok-seok, dia melanjutkan langkah menuju ke sebuah perusahaan besar yang ada di seberang jalan. Santi menyeberang jalanan itu dengan perlahan, karena saking padatnya jalanan saat ini.
Namun baru saja sampai di tepi, Santi nyaris terjatuh lagi karena ada mobil berhenti mendadak di depannya. Mobil mewah berwarna hitam yang bisa dipastikan keluaran terbaru karena catnya yang masih mengkilap.
“Wah … kapan aku bisa naik mobil semewah ini, ya?”
Tanpa sadar dia mengelus badan mobil tersebut. Dan ketika menyentuh bagian pintu, secara tiba-tiba keluarlah sang pemilik mobil dan brukk!! Santi terjatuh lagi.
“Ohhh … maafkan aku! Aku buru-buru sampai nggak liat kalau ada orang!” ujar seorang lelaki berjas navy.
Dia mengulurkan tangannya untuk membantu Santi berdiri. Betapa tampannya lelaki yang seperti pangeran di dunia dongeng itu. Kulitnya yang putih bersih tampak bagus memakai jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Nggak apa-apa! Terima kasih, ya!! Awwwhhhh …!!” Santi merintih kesakitan dan secara tak sengaja malah berpegangan pada lelaki tampan itu dengan posisi yang hampir berpelukan.
“Hati-hati! Coba kamu duduk dulu di dalam mobil,” ujarnya sambil membantu Santi duduk di jok mobil belakang.
Dengan sedikit berjinjit, Santi pun duduk menghadap keluar. Dan laki-laki itu meminta supirnya untuk mengambil kotak P3K yang ada di depan setelah melihat lutut Santi ternyata berdarah.
“Biar aku obati dulu lukamu, ya.”
“Tapi …”
“Udah, kamu diem aja!”
Lelaki itu pun membersihkan lutut Santi dengan posisi setengah menunduk. Dan mungkin karena posturnya yang terlalu tinggi itu, dia akhirnya berjongkok.
Santi yang mengenakan rok mini pendek itu merasa risih ketika menyadari lelaki tersebut mencuri pandang ke dalam roknya. Apalagi kulit mulus pahanya yang terekspos tepat di depan wajah lelaki itu.
“Jangan banyak bergerak!!” seru lelaki itu sambil menahan paha Santi. Ada desiran tersendiri yang dirasakan oleh Santi ketika lelaki itu menyentuh lembut pahanya.
Namun dengan cepat ditepisnya tangan itu setelah menyadari bahwa itu salah. “Maaf!!” ujar lelaki itu.
“Awwwhhh!!”
“Sakit??”
“Sedikit.”
“Kamu mau kemana?”
“Aku mau melamar kerja di perusahaan Sanjaya Corporation. Hari ini aku interview,” jawab Santi tanpa tau bahwa lelaki yang di depannya sekarang adalah Bima Sanjaya, CEO perusahaan tersebut.
“Owh … semoga sukses, ya!” ucapnya setelah selesai memplester luka Santi.
“Ma-makasih! Aku masuk dulu, takut telat!” kata Santi seraya turun dari mobil dan membenarkan posisi roknya yang sedikit tersingkap.
“Aku akan mendapatkanmu sebentar lagi, lihat saja!!” kata Bima dengan senyum liciknya.