/0/22021/coverorgin.jpg?v=40ba8dce77cf7c4da1bd8af23dfd3d9b&imageMogr2/format/webp)
Taman Putri Kaca Mayang, Pekanbaru.
Jum'at, 5 Agustus 2022.
Siang hari, 14.00 WIB.
Azra sedang duduk di salah satu tempat yang ada di taman Putri kaca Mayang Pekanbaru. Matanya menatap kosong ke depan menerawang sesuatu yang sudah beberapa hari ini membuat sesak dadanya. Sekuat mungkin Azra menahan air mata yang terus saja mendesak ingin keluar. Berbagai macam beban bertumpu di pundak. Belum selesai satu masalah, sudah datang lagi masalah yang lain sampai Azra sendiri bingung bagaimana caranya mencari solusi agar dapat keluar dari segala kerumitan ini.
Hah!
Azra menghembuskan nafas panjang. Mencoba tersenyum sembari menatap anak-anak yang berbahagia tengah bermain bersama keluarga mereka. Terlintas di pikiran Azra, andai saja dia dapat tertawa lepas bahagia seperti anak itu mungkin semuanya akan terasa sangat ringan tanpa beban. Getaran ponsel mengalihkan perhatian Azra. Senyuman manis terukir di bibirnya mendapati pesan dari seorang pria yang sangat dia cintai.
"Lagi di mana, Dek? Udah pulang dari klinik, belum?" Isi pesan singkat dari Bima, pria yang sudah menjalin hubungan dengannya beberapa bulan terakhir. Hanya pesan singkat seperti itu saja, tetapi berhasil menghangatkan hati Azra.
"Udah, Mas. Nih, aku lagi duduk di Kaca Mayang," balas Azra dengan cepat. Dia tidak mau Bima terlalu lama menunggu pesan balasan darinya.
"Gimana kata dokter, Dek?" tanya Bima akan kesehatan Azra yang memang sedikit terganggu beberapa bulan terakhir.
"Semuanya udah mulai baik, Mas. Cuma, bulan depan tetap harus check up lagi. Setiap bulan harus ke klinik sampai benar-benar sembuh." Azra mengetik dengan gerakan yang sangat cepat. Wajar saja, dia yang menggunakan ponselnya untuk mencari uang tambahan tentu sudah terbiasa mengetik cepat.
"Maaf, Mas ngak bisa ngantar," lanjut Bima dengan emoticon sedih.
Mengirimkan balasan dengan senyuman yang terdapat love di sana, Azra berusaha menunjukkan kalau dia sekarang sedang baik-baik saja.
"Ngak papa, Mas. Aku ngerti, ko."
"Lagian, aku udah biasa kemana-mana sendiri. Jadi, aku nggak kaget lagi. Mas tenang aja. Mas tahu kan, kalau aku pemberani?"
Dua kali Azra mengirimkan pesan singkat balasan. Azra tidak mau Bima mengetahui kalau sebenarnya saat ini dia sedang membutuhkan sandaran.
Berbagi cerita dan keluh kesah sembari mengeluarkan segala apa yang tertahan di hatinya. Sayang sekali, kesempatan itu belum datang padanya saat ini.
"Iya, Mas tahu. Cuma, rasanya lain aja. Biasanya, kan Mas bisa ngantar Adek, tapi karena kerjaan Mas yang bener-bener ngak bisa ditinggal, jadi Adek harus pergi sendiri," balas Bima mengungkapkan penyesalannya.
Yah, sebelumnya Bima tidak pernah absen mengantarkan Azra pergi ke klinik memeriksakan kesehatannya. Hanya saja, kali ini pekerjaan yang menumpuk benar-benar tidak bisa ditinggal. Bahkan beberapa berkas kantor yang akhir-akhir ini menggunung membuat Bima harus lembur tiap malam.
Azra tersenyum kecut membaca pesan dari kekasihnya. Dia sama sekali tidak marah. Bukan teman pergi ke klinik yang dibutuhkan Azra, tapi teman untuk berbagi masalah yang saat ini mengganggu pikirannya.
"Yah, Mas rasanya memang lain. Bukan cuma karena Mas Bima yang nggak bisa ngantar aku ke klinik, tapi ada hal lain yang lebih besar dari itu. Sesuatu yang membuatku terganggu dalam tidurku. Sayangnya, Mas Bima nggak pernah mau membicarakan hal itu bersamaku," gumam Azra pelan sembari menatap ponsel dalam genggamannya. Membaca pesan Bima yang sampai saat ini sudah lebih dari 15 menit belum juga dia balas.
"Belum lagi tentang ibu yang kesehatannya semakin hari semakin memburuk. Dari mana aku harus mendapatkan uang sebanyak itu? Sementara gajiku dari bekerja ditambah dengan tabunganku masih jauh dari kata cukup," lanjut Azra yang masih menatap ponsel seolah Bima mendengar apa yang menjadi kegelisahannya saat ini.
/0/12930/coverorgin.jpg?v=f1d178d85c4e24b2cfcbcc8d6f43c9ae&imageMogr2/format/webp)
/0/17216/coverorgin.jpg?v=8de1de39814150b2a34ec36544991dd7&imageMogr2/format/webp)
/0/16858/coverorgin.jpg?v=55e57d0c3fbbbe72391c0a97e4415700&imageMogr2/format/webp)
/0/21489/coverorgin.jpg?v=20250117155253&imageMogr2/format/webp)
/0/17164/coverorgin.jpg?v=5399f2d9a3016cf695306f21f6d38fe9&imageMogr2/format/webp)
/0/23335/coverorgin.jpg?v=449cea810c5ef59b88cedb2b49dc88c2&imageMogr2/format/webp)
/0/2865/coverorgin.jpg?v=148b7c0297ea539ab197a845457d933d&imageMogr2/format/webp)
/0/20947/coverorgin.jpg?v=ab10417d839e86efa38945687e702b18&imageMogr2/format/webp)
/0/2967/coverorgin.jpg?v=29286c02197e8a269c74c66c8aecc6b0&imageMogr2/format/webp)
/0/16366/coverorgin.jpg?v=ed3cd92b48b52b04968e892b3c1dc209&imageMogr2/format/webp)
/0/12548/coverorgin.jpg?v=f72bc751994afe48ccd7108bf84b4770&imageMogr2/format/webp)
/0/16988/coverorgin.jpg?v=fb6f5bc71b71ba673fd22385c858c968&imageMogr2/format/webp)
/0/3957/coverorgin.jpg?v=20250122110512&imageMogr2/format/webp)
/0/12741/coverorgin.jpg?v=0e14b610eced47453db3c9f9f039dd67&imageMogr2/format/webp)
/0/12593/coverorgin.jpg?v=9175d9bfbc3ee93c606111000d56ea7b&imageMogr2/format/webp)
/0/17498/coverorgin.jpg?v=20240401115211&imageMogr2/format/webp)
/0/12640/coverorgin.jpg?v=8024324c160775a0222b462be3b0b130&imageMogr2/format/webp)
/0/13486/coverorgin.jpg?v=20250123145306&imageMogr2/format/webp)
/0/5626/coverorgin.jpg?v=79f5e94995c9ef2e0230aa95e6050667&imageMogr2/format/webp)