/0/14428/coverorgin.jpg?v=e673db163036ee391c656ce0b40786ba&imageMogr2/format/webp)
Hujan turun deras sore itu. Langit kota dipenuhi abu keabu-abuan yang menggantung rendah, menekan bumi dengan hawa dingin dan sunyi.
Di depan panti asuhan kecil di pinggir kota, seorang anak perempuan berusia delapan tahun duduk di bawah beranda kayu yang sudah lapuk. Rambutnya yang hitam kusut menempel di pipi, bajunya kebesaran dan basah karena hujan.
Namanya Alea.
Sudah seminggu ini ia tahu, seseorang akan datang untuk menjemputnya. Bukan untuk dikunjungi seperti biasa oleh donatur, tapi menjemputnya. Membawanya pergi.
"Alea," suara lembut itu memanggil dari dalam ruang utama. "Nak, ayo masuk dulu. Kamu bisa pilek kalau terus duduk di situ."
Itu suara Suster Berta, pengurus panti yang selama ini menjadi satu-satunya tempat Alea bersandar.
Alea menoleh, senyumnya tipis. "Katanya hari ini mereka datang, Suster. Kalau aku masuk nanti mereka enggak lihat aku."
Suster Berta tersenyum pahit. Ia sudah mendengar cerita dari kepala panti - pasangan suami istri yang ingin mengadopsi anak perempuan. Mereka kaya, terhormat, dan tampak begitu baik. Tapi entah kenapa, ada kekhawatiran kecil di hati wanita tua itu.
"Orang baik pasti tahu caranya menemukanmu, meski kamu enggak duduk di depan pintu," katanya lembut sambil menyelimutkan jaket tipis ke bahu Alea. "Tapi kalau kamu kedinginan dan sakit, nanti mereka malah enggak bisa bawa kamu pulang."
Alea menatap jalanan yang becek dan sunyi. Ia tidak tahu seperti apa "rumah" baru yang akan menerimanya nanti. Tapi di dalam hatinya yang kecil, ia berdoa - semoga rumah itu hangat, tidak seperti panti yang selalu dingin di malam hari.
Dua jam kemudian, sebuah mobil hitam berhenti di halaman panti. Dari dalam keluar dua orang dewasa - pria dengan jas abu-abu dan wanita dengan gaun pastel yang sopan.
Alea menatap mereka dari jendela.
Mereka tampak seperti dari dunia yang berbeda. Bersih, tenang, dan penuh wangi bunga.
"Selamat sore," Suster Berta menyambut ramah. "Anda pasti Tuan dan Nyonya Pradipta?"
Pria itu mengangguk sambil tersenyum tipis. "Ya, saya Reynald Pradipta, dan ini istri saya, Marina."
Suara Reynald tenang, dalam, seperti orang yang terbiasa memberi perintah dan dihormati.
Sementara Marina terlihat lembut, dengan mata cokelat hangat yang langsung mencari-cari sosok kecil di balik Suster Berta.
"Di mana Alea?" tanya Marina lembut. "Kami ingin bertemu."
Alea menatap mereka dari balik pintu, jantungnya berdegup kencang. Ia ingin lari, tapi kaki kecilnya seolah terpaku.
Suster Berta menoleh ke arah pintu. "Alea, sini nak. Mereka sudah datang."
Perlahan, Alea melangkah keluar. Langkahnya kecil dan ragu. Matanya menatap wajah dua orang itu, dan entah mengapa, Marina langsung meneteskan air mata.
"Cantiknya..." Marina berbisik. "Tuhan... dia persis seperti yang aku bayangkan."
Reynald menatap Alea cukup lama. Tatapannya tidak setulus Marina, tapi lebih dalam - menilai, menelusuri. Seolah sedang memastikan sesuatu.
Alea menunduk, merasa malu sekaligus takut.
"Namamu Alea?" tanya Reynald akhirnya.
"Iya, Pak."
"Mulai sekarang, kamu boleh panggil aku Papa, dan ini Mama."
Alea menatap Marina. Perempuan itu tersenyum, lalu berjongkok dan memeluknya. "Mulai hari ini kamu enggak sendirian lagi, sayang. Kami akan jadi keluargamu."
Pelukan itu... hangat. Sesuatu yang belum pernah Alea rasakan seumur hidupnya. Ia memejamkan mata, air mata kecil mengalir di pipinya.
Sore itu, hujan berhenti. Dan bersama itu pula, hidup baru Alea dimulai.
Rumah keluarga Pradipta jauh lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.
Dindingnya berwarna putih bersih, dengan halaman luas dan taman bunga di belakang. Setiap langkah Alea terasa kecil di tengah kemegahan itu.
Namun, di balik kemewahan, Alea merasakan sepi yang aneh. Rumah itu terlalu hening.
Hari-hari pertamanya berjalan hati-hati. Alea belajar memanggil "Papa" dan "Mama" dengan kaku, belajar makan dengan garpu, dan tidur di kamar yang terlalu besar untuknya.
Marina selalu berusaha mendekat. Ia menyisir rambut Alea setiap pagi, menemaninya belajar, bahkan menidurkannya di malam hari.
Tapi Reynald... selalu menjaga jarak.
Pria itu sibuk bekerja, jarang berbicara banyak. Namun kadang, tatapan matanya pada Alea terasa sulit dijelaskan.
Suatu sore, ketika Alea sedang menggambar di ruang keluarga, Reynald datang dari kantor lebih awal. Marina sedang keluar bersama rekan yayasannya.
Alea tidak sadar saat Reynald berdiri di ambang pintu memperhatikannya.
"Bagus gambarnya," ucap Reynald datar.
Alea menoleh, tersenyum sopan. "Terima kasih, Pa."
Reynald berjalan mendekat, lalu jongkok di sampingnya. "Itu gambar siapa?"
"Aku dan Mama... dan Papa juga."
Reynald menatap gambar itu - tiga sosok tersenyum di bawah sinar matahari. Ada tulisan kecil di bawahnya: Keluarga Bahagia.
Senyum tipis muncul di wajah pria itu. "Kamu cepat sekali menyesuaikan diri."
Alea mengangguk. "Mama baik banget. Papa juga."
Reynald terdiam beberapa detik, lalu menyentuh kepala Alea dengan ragu. "Kamu anak yang pintar, Alea. Papa bangga."
Alea menatapnya heran. "Papa jarang di rumah, tapi aku tahu Papa sayang aku."
/0/28875/coverorgin.jpg?v=e2b141bfe25cde795b7edb8b1f135fed&imageMogr2/format/webp)
/0/21487/coverorgin.jpg?v=0ac87d32e96af18e2cb6c0cf3e61df32&imageMogr2/format/webp)
/0/3809/coverorgin.jpg?v=e7e077333046fba0f011a2436c21b55a&imageMogr2/format/webp)
/0/26736/coverorgin.jpg?v=4c0fbfe9b681f66f91279de560c205ca&imageMogr2/format/webp)
/0/2977/coverorgin.jpg?v=b82fecc8f2255437c295867c2d0dae61&imageMogr2/format/webp)
/0/26732/coverorgin.jpg?v=20250909185452&imageMogr2/format/webp)
/0/5761/coverorgin.jpg?v=3221c9cf3dacd31904f13e0509382acc&imageMogr2/format/webp)
/0/17589/coverorgin.jpg?v=c0e622f7fdb1c0e513bdc77f5ae5d16a&imageMogr2/format/webp)
/0/15351/coverorgin.jpg?v=da8e7f3f38cae8819662a57ac5ef4784&imageMogr2/format/webp)
/0/14665/coverorgin.jpg?v=20250123120227&imageMogr2/format/webp)
/0/29609/coverorgin.jpg?v=c54c1933a1aece1644681f8607cc9f49&imageMogr2/format/webp)
/0/16661/coverorgin.jpg?v=9c7b62709e7a727d396fdf5361579605&imageMogr2/format/webp)
/0/16914/coverorgin.jpg?v=7d8a807bc586068f1c685c037a9eb1a5&imageMogr2/format/webp)
/0/14615/coverorgin.jpg?v=af8f9632390e98b41587210720b66922&imageMogr2/format/webp)
/0/9153/coverorgin.jpg?v=d739cadec9e6d9f609887335587c2f88&imageMogr2/format/webp)
/0/28882/coverorgin.jpg?v=a58ba5897c5802f25e6ffce521a39def&imageMogr2/format/webp)
/0/18382/coverorgin.jpg?v=9bbdc40dbf7874e0fb2cfa1b2697a7af&imageMogr2/format/webp)
/0/21433/coverorgin.jpg?v=6dc1a2ffb0b9952a948f5b4f342b3576&imageMogr2/format/webp)
/0/18257/coverorgin.jpg?v=577fd49c17486fe54a57b3ae5421e213&imageMogr2/format/webp)