/0/26736/coverbig.jpg?v=4c0fbfe9b681f66f91279de560c205ca&imageMogr2/format/webp)
Calon suamiku, Devan, direbut oleh kakakku, Siska. Hatiku hancur berkeping-keping, namun kesedihan itu perlahan berubah menjadi bara api dendam. Aku bersumpah akan membalas perbuatan mereka. Targetku? Raditya, bos Devan yang juga seorang duda kaya raya. Kudengar ia memiliki seorang putri kecil dan sedang mencari pengasuh. Sempurna. Aku menyusun rencana matang. Dengan menyamar sebagai babysitter bernama Anya, aku berhasil diterima bekerja di rumah megah Raditya. Awalnya, semua berjalan sesuai rencana. Aku berpura-pura menjadi pengasuh yang sempurna untuk putri Raditya, **Kirana**, sambil diam-diam mencari celah untuk mendekati Raditya dan menjalankan rencanaku. Namun, setelah beberapa minggu bekerja, hatiku mulai goyah. Kirana adalah anak yang manis dan ceria. Kedekatanku dengannya tumbuh secara alami, melampaui sekadar peran profesional. Raditya sendiri, meskipun awalnya terkesan kaku dan dingin, ternyata adalah sosok ayah yang penuh kasih sayang dan pria yang sangat bertanggung jawab. Aku melihat sisi lain dirinya yang tak pernah kubayangkan. Perlahan, rencana balas dendamku terasa semakin tidak penting. Senyum Kirana dan perhatian kecil dari Raditya mulai mengisi kekosongan di hatiku yang ditinggalkan oleh Devan. Kebencianku mulai memudar, digantikan oleh perasaan yang tidak kuduga...
Suara bel pintu rumah mewah itu masih terngiang dalam telingaku. Tanganku sempat gemetar saat menekannya, tapi aku cepat-cepat mengatur napas dan memasang wajah tenang. Ini adalah langkah pertamaku. Langkah pertama untuk membalaskan apa yang telah mereka rampas dariku.
Pintu besar itu terbuka perlahan. Seorang perempuan paruh baya dengan seragam rapi berdiri di ambang, menatapku dari ujung kaki sampai kepala.
"Selamat pagi. Saya Anya," ujarku sambil tersenyum sopan, menyorongkan map berisi lamaran kerja. "Saya melamar posisi pengasuh untuk putri Pak Raditya."
Perempuan itu mengangguk, lalu mempersilakanku masuk. Interior rumah ini begitu mewah-marmer mengilap, lampu gantung kristal, dan aroma bunga segar di udara. Aku pernah membayangkan tinggal di tempat seperti ini... bersamanya. Tapi kenyataannya, aku ditinggalkan. Dikhianati.
Setelah beberapa menit menunggu di ruang tamu, akhirnya seseorang muncul. Langkah kaki tegas terdengar dari tangga atas. Aku menoleh.
Raditya.
Tinggi, tegap, dan wajahnya lebih tampan dari foto-foto yang kulihat di internet. Dingin dan tegas, tapi ada gurat letih di matanya. Duda kaya dengan satu anak. Targetku.
"Anya, ya?" tanyanya singkat.
Aku bangkit dan mengangguk. "Iya, Pak Raditya. Saya tertarik dengan posisi sebagai pengasuh. Saya sangat menyukai anak-anak."
Dia menatapku tajam, seakan mencoba membaca pikiranku. Tapi aku sudah melatih ekspresi ini di cermin selama berminggu-minggu.
"Kalau begitu, ikut saya. Kirana sedang di taman belakang."
Kami berjalan tanpa banyak bicara. Raditya bukan tipe yang suka basa-basi, rupanya. Tapi aku tidak keberatan. Justru itu membuatnya lebih mudah dipelajari.
Saat mencapai taman, aku melihatnya-Kirana. Seorang gadis kecil berambut ikal sedang duduk di atas ayunan, tertawa sendiri sambil menggambar di buku sketsa.
"Kirana, ini Kak Anya. Mungkin nanti dia yang akan jagain kamu kalau kamu cocok," kata Raditya.
Kirana memandangku. Matanya bulat dan jernih seperti kaca. Ia tersenyum malu-malu. "Hai, Kak Anya... kamu cantik. Kamu suka gambar juga?"
Aku tersenyum, berlutut sejajar dengannya. "Kakak suka banget. Boleh Kakak lihat gambarmu?"
Kirana mengangguk, lalu menunjukkan gambarnya-rumah dengan taman dan seekor kucing besar berwarna ungu.
"Namanya Mimi," katanya pelan. "Kucing imajinasi."
Aku tertawa kecil. "Kakak juga punya kucing imajinasi dulu. Namanya Bola."
Kirana tertawa keras. "Bola? Kenapa namanya itu?"
"Karena dia bulat seperti donat."
Tawa Kirana pecah. Di belakang kami, Raditya hanya diam. Tapi aku bisa merasakan sorot matanya. Mungkin ia sedang menilai. Mungkin juga... sedikit terkesan.
Bagus. Semua berjalan sesuai rencana.
Tapi entah kenapa, senyum Kirana tadi terasa terlalu tulus. Dan untuk sesaat, aku lupa bahwa semua ini hanya bagian dari sandiwara.
Bab 1 melamar posisi pengasuh
31/07/2025
Bab 2 Malam pertama di rumah Raditya
31/07/2025
Bab 3 Hati yang Mulai Berkhianat
31/07/2025
Bab 4 kekecewaan
31/07/2025
Bab 5 ruang makan
31/07/2025
Bab 6 Siang harinya
31/07/2025
Bab 7 Wajahku dirias tipis
31/07/2025
Bab 8 melihat tingkah Raditya yang mencoba membuat wajah lucu
31/07/2025
Bab 9 tubuhku mulai menunjukkan gejala yang tidak biasa
31/07/2025
Bab 10 membangunkan Raditya yang masih tertidur
31/07/2025
Bab 11 Raditya yang baru pulang dari kantor langsung menghampiri
31/07/2025
Bab 12 awalnya mencoba menahan diri
31/07/2025
Bab 13 Mama bangga banget sama kamu
31/07/2025
Bab 14 membuatku waspada
31/07/2025
Bab 15 menunggu sarapan
31/07/2025
Bab 16 sedang asyik menyantap pancake
31/07/2025
Bab 17 menenangkan Anya
31/07/2025
Bab 18 hanya karena satu orang
31/07/2025
Bab 19 Apa benar ini akhir dari semuanya
31/07/2025
Bab 20 sesekali mencuri pandang
31/07/2025
Bab 21 pulang sekolah
31/07/2025
Bab 22 mengenakan sweater abu-abu
31/07/2025
Bab 23 Surat undangan
31/07/2025
Bab 24 Suasana bandara
31/07/2025
Bab 25 New York
31/07/2025
Bab 26 Setelah acara
31/07/2025
Bab 27 suasana di kantor
31/07/2025
Bab 28 Pesan dari Siska
31/07/2025
Bab 29 membuatnya terjaga
31/07/2025
Bab 30 ruang kerja
31/07/2025
Bab 31 pandangannya menerawang
31/07/2025
Bab 32 Raditya belum kembali sejak pagi
31/07/2025
Bab 33 teman lama
31/07/2025
Bab 34 mempersiapkan diri
31/07/2025
Bab 35 kenyataan tak pernah seindah harapan
31/07/2025
Bab 36 Sayang
31/07/2025
Bab 37 perusahaan tempat Devan
31/07/2025
Bab 38 Borgol di pergelangan tangannya
31/07/2025
Bab 39 Pintu kamar diketuk pelan
31/07/2025
Bab 40 Anya berhenti di ambang pintu
31/07/2025
Buku lain oleh Candra Kirana
Selebihnya