Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Sang Majikan
"Brak!"
"Akhh!"
Laily berteriak terkejut saat melihat seorang pria tiba-tiba terjatuh di depannya. Botol minuman keras menggelinding terhenti tepat di dekat kakinya.
"Pak!" seru Laily masih tampak terkejut campur ketakutan.
"Sudah jangan takut! Dia pria mabuk yang sama seperti pada malam-malam sebelumnya kita lihat." Pak Ilham, orang tua Laily berusaha menenangkan putrinya yang tampak terkejut.
Setelah mendengarkan penjelasan bapaknya, Laily menarik diri yang sebelumnya menempel ke tubuh pria yang berkalung sorban tersebut.
Laily baru ingat kalau ia punya tetangga tukang mabuk yang tinggal seorang diri di rumah besar yang terletak tepat di samping rumahnya. Dan setiap malamnya ia sering melihat pria itu pulang malam dalam keadaan mabuk.
"Gimana ini, Pak?" Mata Laily menatap tubuh pria yang tergeletak di tanah tak sadarkan diri.
"Apa gak ditolongin?" Gadis yang sudah siap berpakaian mukenah untuk melakukan sholat Lail tersebut menoleh ke bapaknya.
"Sudah, biarkan saja. Biasanya juga ada yang nolongin teman-temannya. Atau kalau tidak begitu sebentar lagi ia akan terbangun dengan sendirinya seperti sebelumnya Bapak pernah lihat," ucap Pak Ilham.
Akhirnya Laily pun kembali melangkah bersamaan dengan Pak Ilham melangkah menuju mushola kecil yang terletak di luar pagar rumah Pak Ilham.
Setiap malamnya, Laily dan Pak Ilham istiqomah melakukan sholat Lail kalau tidak ada halangan. Seperti halnya malam ini, tepatnya jam dua dini hari.
Usai sholat, Laily langsung bermunajat pada Allah. Banyak doa yang ia langitkan. Sebab diantara banyaknya doa yang ia langitkan, Laily tak tau mana yang akan Allah kabulkan.
Oleh karena itu Laily meminta semuanya yang ia inginkan. Kebaikan orang tuanya baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat.
Terakhir gadis yang dipanggil wanita malam itu sebab selalu bangun di malam hari untuk melakukan sholat malam, bermunajat pada Allah untuk dikaruniai seorang jodoh yang kelak bisa membawa ia ke jalan menuju surga-Nya.
Seorang pria yang akan membangunkan dan menemani Laily bermunajat pada Allah di malam hari.
Sebuah waktu dimana sangat baik untuk menghadap Allah dan meminta nikmat dan rizki Allah.
***
"Dulu itu ibumu bingung, Nak. Untuk menentukan nama kamu," ucap Pak Ilham.
Seperti biasa, usai sholat Tahajud dan sunnah penutup, Laily dan Bapak bercengkrama di mushola kecil namun damai buat berdiam menurut Bapak dan Laily.
"Kenapa bingung, Pak?"
"Ia, dia bingung antara nama Imroatul Laily dan Nur Laily."
Laily tersenyum. Katanya, ibunya itu dulu sangat suka dengan waktu malam. Saat hamil Laily, ibu Laily nyaris tak pernah meninggalkan sholat malam.
"Ibumu itu suka waktu malam. Oleh karena itu jika anaknya lahir perempuan ia berniat akan memberinya nama Laily. Yang artinya malam." Pak Ilham berucap dengan pandangan mendongak ke atas menatap langit malam. Gelap.
"Saat kau lahir perempuan, ia bingung. Antara memberi nama Imroatul Laily yang artinya wanita malam dengan Nur Laily yang artinya cahaya malam."
Laily masih setia mendengar cerita yang sudah berulang kali didengarnya namun tak bosan untuk didengarkan. Sebuah cerita ibunya dalam menentukan namanya.
"Lalu tiba-tiba ibumu memilih Nur Laily." Pak Ilham tersenyum, larut dalam nostalgianya.
"Kenapa, Pak?"
"Karena kalau Imroatul Laily yang artinya wanita malam kesannya identik dengan wanita gak benar. Sedangkan kalau Nur Laily dengan arti cahaya malam, ibumu berharap kelak kau akan membawa cahaya dalam kegelapan."
"Amin…doakan saya, Pak, agar jadi wanita seperti arti nama yang diberikan Almarhum Ibu dan seperti keinginan beliau, yaitu menjadi cahaya dalam kegelapan."
"Amin …." Pak Ilham segera berseru mengaminkan doa putrinya.
***
Usai sholat Dhuha di kamar, seperti biasa Laily menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga.
Kaki lincah Laily yang hendak ke meja makan untuk meletakkan mangkuk sayur sempat terhenti saat melihat Nando saudara tirinya duduk di kursi seorang diri.
Bapak Laily memang menikah untuk kedua kalinya. Yaitu dengan seorang janda anak dua. Istrinya itu anak dari guru Pak Ilham sendiri.
Andai bukan gurunya sendiri yang meminta untuk menikahi seorang janda dengan anak dua, tentu Pak Ilham tak akan menikah. Ia lebih suka hidup berdua saja dengan putrinya Laily.
"Kenapa hanya diam saja. Cepat kemari. Aku sudah lapar!" ucap pria yang usianya terpaut 5 tahun lebih tua dari Laily.
"Baik, Mas." Laily kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
Saat tangannya meletakkan mangkuk sayur yang dibawanya, tiba-tiba Nando menangkap tangan Laily dengan kuat.
"Mas, lepasin!" Laily berusaha menarik tangannya dari genggaman Nando, namun pria yang berstatus saudara tiri itu malah semakin kuat menggenggamnya.
"Kamu semakin hari semakin cantik aja, Li." Nando berdesis di akhir kalimatnya, membuat Laily jijik mendengarnya.