Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jeratan Cinta Kakak Tiri

Jeratan Cinta Kakak Tiri

LOVAYU

5.0
Komentar
10.5K
Penayangan
60
Bab

Luna tidak pernah menyangka bahwa cinta pertamanya harus berakhir tragis. Reno, pria yang dia cintai ternyata adalah calon kakak tirinya. Romansa yang baru akan dimulai itu pun seolah pupus dalam sekejap. Kendati begitu, cinta yang menggebu antara Luna dan Reno tak dapat dihentikan begitu saja. Mereka memilih berjalan di atas bara api, meski tau perlahan-lahan terbakar bersama. Jika hubungan terlarang diantara mereka terungkap, akankah mereka bisa terus bersama? Dan bagaimana nasib Luna ketika dia harus merelakan masa depannya karena mengandung buah dari hubungan terlarang mereka?

Bab 1 Pertemuan

"Jadi, Ibu akan menikah lagi?"

Luna menatap Ibunya dengan gembira. Akhirnya setelah sekian lama sang ibu membuka hatinya pada seorang pria. Meski gadis berusia 20 tahun itu sedikit terkejut mendengarnya.

"Iya, Luna. Ibu akhirnya menemukan sosok yang sangat baik, kami memang baru berkenalan enam bulan, tapi kami merasa sangat cocok. Dia sangat pengertian dan mengerti kondisi Ibu. Maaf Ibu baru bilang padamu sekarang. Itulah kenapa Ibu mengajakmu untuk bertemu dan berkenalan dengannya malam ini," jelas Diana, Ibu Luna yang telah berusia 42 tahun.

Senyum dibibir Luna perlahan memudar. "Malam ini? Kenapa sangat tiba-tiba, Bu? Aku sudah ada janji dengan seseorang."

"Ohh... sorry, Sweety. Ibu tidak tahu kalau kau sudah ada janji. Apakah itu dengan pria yang kemarin kau ceritakan?"

Luna tak kuasa menahan senyumnya mengingat pria yang satu bulan lalu baru dikenalnya. Gadis itu belum pernah jatuh cinta sebelumnya, jadi ini adalah pengalaman pertama.

Luna mengangguk pelan, pipinya bersemu merah. "Dia mengajakku makan malam hari ini, Bu."

Diana tersenyum menatap wajah merona putrinya. Meski Luna belum bercerita banyak mengenai pria itu dan identitasnya karena ingin mengenalkannya secara langsung. Diana berusaha mendukung setiap pilihan putrinya, terlebih ini kali pertama Luna merasakan jatuh cinta.

Diana lantas mengusap lengan Luna dengan lembut. "Luna, Ibu sungguh ikut bahagia mendengarnya. Tapi maaf apa kau bisa mengundurnya dulu? Lucas Peterson, calon ayah tirimu adalah orang yang sangat sibuk, kami telah mengatur pertemuan ini dari jauh-jauh hari dan dia baru bisa memberi Ibu kepastian bertemu hari ini. Ibu mohon padamu, ya?"

Luna terdiam berpikir sejenak. Sungguh ia sangat ingin bertemu pria yang berhasil memikat hati sang ibu, tapi gadis itu juga tidak sabar untuk bertemu dengan pria pujaan hatinya.

Drttttr drttt drrrttt

Belum sempat Luna menjawab, ponselnya bergetar. Senyumnya seketika merekah melihat nama pengirim pesan di layar. Namun, dia kembali murung setelah melihat isi pesan singkat tersebut. Pria itu ternyata membatalkan janji temu mereka.

Akhirnya setelah membalas pesan dan mematikan ponselnya, Luna menghela napas berat lalu berkata, "Baiklah, Bu. Apa yang harus aku gunakan nanti malam?"

Diana tersenyum senang. "Apa saja. Tidak perlu terlalu formal, kita hanya makan malam bersama dan berkenalan dengan calon Ayah dan Kakakmu."

"Tunggu... Kakak? Jadi, aku akan punya Kakak setelah Ibu menikah?"

"Kakak laki-laki, tepatnya." Diana mengangguk dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya.

Wow, Luna tak menyangka dia bukan hanya akan memiliki ayah, tapi juga akan memiliki kakak? Sungguh sejak dulu Luna sangat ingin memiliki kakak laki-laki, gadis itu merasa jika ia memiliki seorang kakak disampingnya pasti dia akan sangat dimanja dan dilindungi, tapi sayang Luna anak pertama dan satu-satunya karena sang ayah telah meninggal sejak ia berusia 5 tahun.

"Oke... rasanya aku semakin penasaran. Sebenarnya kenapa baru sekarang Ibu mau menikah lagi?"

Diana mendekat lantas menangkup wajah mungil Luna. "Karena Ibu merasa sekarang waktunya sudah tepat, putri Ibu sudah beranjak dewasa, jadi kau tidak memerlukan perhatian extra dari Ibu lagi, selain itu sebentar lagi kau juga akan menemukan tambatan hatimu sendiri. Ibu tidak ingin jadi bebanmu dikemudian hari, jadi Ibu juga menerima pendamping hidup baru, yang Ibu tahu dia bukan hanya menerima Ibu, tapi juga menerimamu. Itu sebabnya."

Mata Luna dipenuhi genangan air mata ketika mendengar penjelasan sang Ibu. Betapa tulus dan besar cinta Diana padanya. Padahal Luna tahu Ibunya selama ini hancur karena kehilangan sang ayah dan harus membesarkan dia seorang diri. Bahkan tak jarang Diana menerima cacian dan hinaan karena statusnya sebagai single parent.

Luna segera memeluk ibunya dengan penuh kasih sayang kemudian mengecup pipi Diana lembut. "Aku sangat menyayangi Ibu, terimakasih telah menjadi Ibu yang luar biasa untukku selama ini. Aku tidak sabar segera bertemu mereka."

Diana tak kuasa menahan air matanya juga, akhirnya mereka berpelukan sambil menangis siang itu kemudian membicarakan apa yang akan mereka kenakan nanti malam.

Malam harinya Luna dan Diana telah tiba di sebuah restoran. Ketika mereka sampai di sebuah meja, seorang pria berdiri menyambut. Luna langsung bertemu tatap dengan calon ayah tirinya. Lucas Peterson, seperti namanya, pria paruh baya itu terlihat penuh wibawa dan mapan, meski usianya sudah menginjak 48 tahun, postur tubuhnya yang tegap dan tinggi membuat Lucas lebih terlihat muda dari usianya.

Lucas tersenyum lembut pada Luna kemudian ia menarik Diana ke pelukannya, Lucas memberi kecupan ringan di pipi Diana, yang membuat senyum mereka lebih lebar lagi.

Luna baru melihat pemandangan itu, cara Lucas memperlakukan Diana dengan mesra dan Ibunya yang tampak merona, mereka terlihat sangat kasmaran.

"Jadi, ini Luna? kau terlihat lebih cantik dari foto yang Ibumu perlihatkan padaku."

Pujian Lucas terdengar sangat tulus jadi Luna tersenyum menanggapinya. "Terima kasih... P-paman." Luna terdengar ragu-ragu dengan panggilan yang dia berikan.

Lucas yang merasakannya hanya tersenyum. "Tidak apa. Kita baru bertemu, kau bebas memanggilku senyamannya dirimu." Luna mengangguk merasa lega. Untungnya Lucas terlihat sangat pengertian.

"Oh ya, dimana putramu?" tanya Diana pada Lucas. Mereka akhirnya duduk di tempat duduk masing-masing.

Luna dan Diana duduk berdampingan, Lucas duduk dihadapan Diana sementara tempat duduk kosong di samping Lucas akan terisi oleh putranya.

"Oh, dia masih dalam perjalanan. Mungkin sebentar lagi juga sampai."

Diana mengangguk antusias, sementara Luna entah mengapa tiba-tiba merasa lebih gugup, mungkin karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan calon kakak tirinya. Gadis itu sangat berharap, dia tidak membuat kesan pertama yang buruk dan mereka bisa cepat akrab.

"Jadi, bagaimana dengan kuliahmu, Luna? Aku dengar dari Ibumu, kau baru saja memenangkan kompetisi melukis? Aku sudah melihat lukisanmu difoto dan itu sangat luar biasa." Lucas menatap Luna, pria paruh baya itu berusaha mencairkan suasana dan Diana sangat senang melihat bagaimana Lucas berinteraksi dengan putrinya.

"Ah, ya... terimakasih. Aku sangat menikmati kuliahku," jawab Luna singkat.

"Luna memang sangat suka melukis sejak kecil. Sekarang dia sedang fokus untuk meningkatkan skill dan nilainya karena ingin lolos pertukaran pelajar ke London tahun depan," lanjut Diana dengan bangga.

"Wow, sound's good. kau memiliki putri yang cantik dan pintar, Diana."

"Kau juga, buktinya Reno berhasil memenangkan tender besar baru-baru ini. kau sangat berhasil mendidik putramu, Luc."

Reno? Kening Luna mengernyit mendengar nama familiar itu. Tapi, banyak pria yang bernama Reno, kan?

"Ya, itu karena dia sangat pekerja keras." balas Lucas diiringi kekehan kecil. "Oh, itu dia sudah datang!" Beberapa detik setelahnya, ada langkah kaki mendekat disusul suara maskulin seorang pria.

"Hai, semua. Maaf aku terlambat."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku