/0/24879/coverorgin.jpg?v=0d67d7338b7cc49c969c5ad1a9444060&imageMogr2/format/webp)
Saat ini, Alan sedang bersiap-siap di dalam kamarnya, karena sebentar lagi, Alan harus secepatnya berangkat ke sekolah.
Di Sekolah, Alan mendapatkan julukan dari gurunya. "Tampang Konglomerat Tingkah Laku Melarat."
Alan tidak tahu kenapa gurunya menjuluki Alan seperti itu, mungkin karena Alan sering bolos dan zonk soal pelajaran Matematika.
Perjalanan dari rumah ke sekolah hanya memakan waktu 10 menit.
Setibanya disekolah, Alan masuk ke ruang kelas lalu duduk di pojok paling belakang.
Alan sangat membenci pelajaran matematika, karena setiap pelajaran matematika, Alan selalu di panggil ke depan oleh gurunya yaitu Bu Elissa.
Tak lama terdengar suara Bell masuk.
Kriiing... Kriiing...! Begitulah kira-kira suara Bell nya.
Mendengar suara Bell, semua murid kembali duduk di kursinya masing-masing, sehingga terlihat sangat rapi.
Beberapa saat kemudian, Bu Elissa masuk keruangan lalu duduk di kursi kebesarannya.
"Selamat pagi ibu guru." Sapa semua murid keroyokan.
"Pagi juga semuanya." Balas Bu Elissa dengan senyum manisnya.
Bu Elissa langsung memulai pelajarannya, lalu menulis soalnya di Papan tulis.
Setelah selesai menulis soalnya, Bu Elissa meminta semua muridnya untuk menyelesaikan tugasnya.
"Baik anak-anakku kalian salin di buku, setelah itu kalian kerjakan soalnya, kalau sudah selesai tolong kumpulkan tugasnya di meja saya." Kata Bu Elissa lalu duduk kembali di kursi kebesarannya.
Bu Elissa, terkenal guru yang paling cantik di sekolah, banyak sekali siswa yang membicarakan Bu Elissa, bukan hanya cantik, Bu Elissa juga memiliki body yang sangat aduhai.
Setiap pelajaran matematika. Semua anak pria otaknya mesum semua, dan tidak pernah fokus dengan pelajarannya, karena yang mereka lihat isi di dalam seragamnya Bu Elissa.
Setelah selesai mengerjakan soalnya, Alan mengumpulkan tugasnya. Walau hasil contekan dari temannya.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara Bu Elissa memanggil Alan. Dan Alan sudah langganan di panggil Bu Elissa, karena Alan terkenal sering menyontek setiap pelajarannya.
"Alan, coba kedepan dulu." Pinta Bu Elissa yang sudah siap mengintrogasi Alan.
"Benarkan dugaanku, dia benar-benar sentimen. Masa setiap pelajarannya, aku terus yang dipanggil, siap-siap deh dipermalukan di depan publik." Batin Alan.
"Alan, kamu nggak denger saya ngomong?" Tanya Bu Elissa lalu matanya melotot menatap Alan, karena Alan tidak mengikuti perintahnya.
"Iya bu." Alan bangkit dari kursinya, lalu pergi ke depan menghadap Bu Elissa.
Alan pun sudah pasrah dipermalukan, karena ini bukan pertama kalinya Alan dipanggil ke depan, dan hampir setiap pelajaran matematika, Alan selalu di panggil ke depan.
Setelah di depan, Alan berdiri menghadap semua teman-temannya.
Alan melihat semua teman-temannya terus tersenyum mengejek Alan, karena ia sudah tahu, sebentar lagi Alan akan mendapatkan hukuman dari Bu Elissa.
Bu Elissa kembali bicara.
"Barusan saya lihat jawabannya benar semua, Kamu sekarang sudah banyak kemajuan ya." Kata Bu Elissa lalu tersenyum manis menatap Alan, yang sedang berdiri di dekat papan tulis.
Alan sudah merasakan tanda-tanda bencana sudah mulai mendekat, sedikitpun Alan tidak senang mendengar pujian dari gurunya, Karena Alan merasa, sebentar lagi Bu Elissa akan membombardir nya di depan teman-temannya.
Alan hanya diam saja sambil menundukan kepalanya menatap lantai keramik, karena Alan tidak tahu harus berkata apa kepada gurunya.
Bu Elissa kembali berkata.
"Coba sekarang kamu kerjakan disini, agar teman-teman kamu bisa melihat cara perhitungannya dari mana." Ucap Bu Elissa, sukses membuat Alan jantungan.
Saat ini tubuh Alan terasa panas dingin, bahkan jantungnya sudah hampir lepas dari tempatnya, karena sebentar lagi bom atom akan segera meledak.
Bu Elissa menulis kembali soalnya di Papan tulis, setelah selesai, Bu Elissa mempersilahkan Alan untuk mengisi soalnya.
"Coba kamu kerjakan soal yang ini." Pinta Bu Elissa lalu kembali duduk di kursinya.
/0/21154/coverorgin.jpg?v=c2835f25ab9d458a0e17f5115dd93e12&imageMogr2/format/webp)
/0/10756/coverorgin.jpg?v=3ee4f31b7180293031102e707680e6a6&imageMogr2/format/webp)
/0/22407/coverorgin.jpg?v=c7641c702e1e9d740e819467251f260b&imageMogr2/format/webp)
/0/20513/coverorgin.jpg?v=4e99c7b3cee02d796cd9844c1bcb0cb8&imageMogr2/format/webp)
/0/16693/coverorgin.jpg?v=732d53039dfcb36dc4c30a2732c74fab&imageMogr2/format/webp)
/0/18453/coverorgin.jpg?v=e5e9a83888769727e77b41bd16e4dcf1&imageMogr2/format/webp)
/0/12863/coverorgin.jpg?v=01781a4c11a73d5c2378bb441d2543b1&imageMogr2/format/webp)
/0/22021/coverorgin.jpg?v=40ba8dce77cf7c4da1bd8af23dfd3d9b&imageMogr2/format/webp)
/0/6645/coverorgin.jpg?v=eb8a583f7f9a270566ae7feffedeedbd&imageMogr2/format/webp)
/0/15756/coverorgin.jpg?v=21a1f6cc7c52f87c8b6bec46767b9984&imageMogr2/format/webp)
/0/19608/coverorgin.jpg?v=872758a42ba09d3c1bdc306db68ba034&imageMogr2/format/webp)
/0/24570/coverorgin.jpg?v=8c31daa6eac4ffbe32c2510e4cacdb94&imageMogr2/format/webp)
/0/6637/coverorgin.jpg?v=a530a5398bc61eb694f5ea42202f4e80&imageMogr2/format/webp)
/0/15672/coverorgin.jpg?v=2cab0dfdd1dee95b0dd737fdf27d9d94&imageMogr2/format/webp)
/0/19320/coverorgin.jpg?v=f7760b193126c15b01909383c73fff86&imageMogr2/format/webp)
/0/15094/coverorgin.jpg?v=e47e40b3c69070a2e7c84429b1b2df6d&imageMogr2/format/webp)
/0/16511/coverorgin.jpg?v=d4dc22f9d688777e77ddddb634b06488&imageMogr2/format/webp)
/0/28826/coverorgin.jpg?v=54d3bed8b0d974e66d33269b2ce96b33&imageMogr2/format/webp)
/0/6643/coverorgin.jpg?v=028e724f89ee64dd13e3ada1e90c164c&imageMogr2/format/webp)